Mohon tunggu...
Isah Azizah
Isah Azizah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berusaha baik terus

Ibu rumah tangga yang peduli kebaikan negeri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cari Jodoh Koalisi Demi Kursi

4 Juni 2022   13:46 Diperbarui: 4 Juni 2022   13:51 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Pertama jalur struktural DPD Kabupaten/Kota sampai ke tingkat desa dan kelurahan. Kedua melalui jalur FPG se Jawa Timur beserta seluruh jaringan pendukungnya," katanya saat dihubungi merdeka.com, Senin (24/1).

Dia menambahkan, strategi ketiga melalui jalur relawan yang saat ini mulai terbentuk. Kemudian, melalui media sosial untuk mensosialisasikan Airlangga secara lebih massif.

(Merdeka.com, 24 Januari).

Partai politik dan tokoh sudah mulai rajin melakukan penjajakan dengan parpol lain. Menimbang rekanan yang paling menguntungkan. Beberapa parpol mengaku berkoalisi untuk kepentingan meraih kemenangan Pemilu 2024.

Jika kita perhatikan, curi start kampanye ini sudah berlangsung saat pandemi masih berlangsung. Wajah politisi yang bermunculan pada baligo menjadi cirinya.

Hal ini bukan meningkatkan citra baik, justru malah tidak tepat. Bagaimana mungkin mereka bisa rame kampanye? Sementara yang dibutuhkan rakyat bukan itu? Tapi terpenuhinya kebutuhan hidup mereka yang sulit karena pandemi.

Miris, karena para pejabat itu tak peduli pada kebutuhan rakyat yang sebenarnya, sehingga tak peduli juga bagaimana solusinya. Masa jabatannya tidak digunakan untuk mengurusi rakyat, bahkan justru memberikan pernyataan yang menyakiti hati rakyat. Berkali-kali disakiti. 

Ketika harga cane mahal, rakyat disuruh nanam sendiri. Ketika harga daging mahal, rakyat disuruh makan bekicot sawah. Ketika tarif dasar listrik naik, rakyat disuruh mencabut meteran sendiri. Ketika premi BPJS naik, rakyat disuruh jangan sakit. Baru-baru ini, ketika minyak goreng langka dan muncul dengan harga mahal, Ibu-ibu dinyinyiri sebagai perempuan tak kreatif mengolah makanan. 

Kejadian seperti ini terus menerus menjadi keseharian rakyat Indonesia. Hidup sulit di negeri yang kaya sumber daya. Konsep Demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat hanya jargon semata. Penguasa tiranlah yang terjadi. Tugas pejabat negara yang harus mengurusi rakyat berubah menjadi pejabat yang menindas rakyat. Rakyat hanya dibutuhkan saat mendulang suara, setelahnya diinjak-injak dan diperas tak berdaya.

Sistem Demokrasi hanyalah alat yang digunakan oleh para Kapitalis yang mengendalikan penguasa tiran. Rakyat cukup ditipu oleh penampilan yang polos, latar belakang yang kampungan dan merakyat dibumbui dengan janji-janji palsu.

Bahkan setelah satu periode gagal menepati janji-janjinya, tetap bertahan untuk periode kedua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun