"Saya menangis, saya sedih kenapa saya punya hutan, alam Papua yang begini indah, yang tete nenek moyang wariskan untuk kami anak-cucu, kami jaga hutan ini dengan baik," kata perempuan suku Malind, Elisabeth Ndiwaen.
"Kami tidak pernah bongkar hutan, tapi orang dari luar bongkar itu. Buat saya itu luka," ujarnya.
Sementara, ketua marga Kinggo dari suku Mandobo, Petrus Kinggo, berkukuh mempertahankan hutan adatnya di Distrik Jair, Boven Digoel. Dia menolak hutan adatnya dijadikan kebun kelapa sawit. Dia mengatakan sagu yang jadi makanan pokok masyarakat Papua lambat laun tergusur kebun kelapa sawit.
"Jadi saya ambil ikan, daging, burung, sagu, gratis. Saya datang pasti dengan istri anak senyum, senang-senang kita makan. Tidak ada yang keberatan karena ini di atas tanah adat saya sendiri," kata Petrus sambil menunjukkan kebun sagu di hutan adatnya.
(Detik News, Sabtu, 14 November 202).
Islam Lindungi Hutan
Islam sebagai agama yang sempurna menyelesaikan masalah dengan baik dan tuntas. Demikian pula dengan hutan.
Hutan merupakan lahan kepemilikan negara yang pengelolaannya merupakan kewenangan negara untuk membiayai kebutuhan negara. Tidak boleh penguasaannya dimiliki oleh perusahaan milik pribadi, apalagi dibiarkan untuk dikuasai perusahaan  asing.
Allah SWT memiliki tujuan penciptaan manusia di bumi ini adalah untuk menjadi pengelola alam.
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(TQS. al-Baqarah: 30).
Begitu juga di antara tujuan pengutusan Nabi Muhammad ke dunia adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta (QS. Al-Anbiya: 107). Bukan hanya untuk membawa rahmat bagi manusia, tetapi juga untuk hewan, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara, dan semua hal  yang dicakup alam semesta. Secara umum, tugas manusia dalam mengelola alam adalah menjaga keseimbangannya (mizan atau ekuilibirium)
"Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan (7). Â agar kamu jangan merusak keseimbangan itu (8). Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu (9).
(TQS. Ar-Rahman: 7-9).
Dengan demikian, perangkat dalam negara bersistem Islam jelas sekali akan memberikan sanksi ta'jir bagi siapapun yang merusak hutan dan mengeksploitasi untuk kepentingan pribadi.