Tiongkok mendapatkan hak veto yang memastikan Tiongkok mendapatkan kontrol atas aspek kunci AIIB. Penggunaan hak veto ini di satu sisi tidak begitu menakutkan, karena Tiongkok tidak begitu saja bisa mengontrol jalannya AIIB. Tiongkok misalnya tidak bisa mem-veto keputusan mengenai peminjaman. Disini terlihat peran komunitas internasional yang mempengaruhi desain AIIB. Daya tawar kolektif para anggota memaksa Tiongkok beradaptasi dan berhati-hati dalam mengejar kepentingan nasionalnya melalui AIIB.[19]
Ada dua ungkapan yang bisa menyimpulkan seluruh tulisan ini. Pertama, seperti yang dikatakan Paman Ben kepada Spiderman, with great power comes great responsibility.[20] Dengan peran sebagai negara besar, sebagai hegemon, tanggung jawab yang diemban dalam sistem internasional pun semakin besar. Ini yang seharusnya disadari baik oleh AS dan Tiongkok.
Mereka tidak bisa begitu saja memaksakan kepentingan nasionalnya dan mengorbankan kepentingan negara lain. AS dan Tiongkok memang berpengaruh besar dalam ekonomi global, tetapi mereka juga harus menyadari bahwa mereka juga bergantung pada negara-negara lain. Keegoisan akan berbalas, dan itu yang harus dicamkan Tiongkok dalam pelaksanaan AIIB nantinya. Kedua, sesuai pepatah Afrika, if you want to go fast, go alone; if you want to go far, go together.
Era hegemon telah usai, dan inisiatif seperti AIIB tidak akan hilang begitu saja seiring Tiongkok berusaha memainkan peran yang lebih besar. AS akan lebih diuntungkan dengan berpartisipasi aktif dan memastikan AIIB sukses daripada tidak terlibat dan membiarkan AIIB gagal. Baik Tiongkok dan AS akan lebih diuntungkan dengan memastikan AIIB semultilateral mungkin. Negara-negara lain oleh karena itu bukannya tanpa pengaruh.
AIIB memang merupakan tantangan bagi tatanan yang ada, tetapi terbentuknya AIIB seperti sekarang ini menunjukkan bahwa sistem yang ada, dan negara-negara lain tetap mampu untuk menyeimbangkan dan memastikan Tiongkok play by the rules. Kita lihat saja, apakah dalam prakteknya nanti multilateralisme ini akan benar-benar diterapkan, atau malah mungkin Tiongkok seenaknya menggunakan AIIB untuk kepentingannya sendiri. What comes around goes around. Siapa tahu di masa depan Xi Jinping yang akan mengatakan, “我们搞砸了.”[21]
DAFTAR REFERENSI
Bergsten, C. Fred. 2008. A Partnership of Equals: How Washington Should Respond to China’s Economic Challenge http://www.iie.com/publications/papers/paper.cfm?ResearchID=955 diakses pada 15 Oktober 2015.
Bremmer, Ian. 2015. China Challenges America’s Financial Leadership, Time. http://time.com/3759639/china-america-financial-leadership/ diakses pada 15 Oktober 2015.
Gaouette, Nicole dan Andrew Mayeda. 2015. US Failure to stop China Bank Unmasks World Finance Fight, Bloomberg. http://www.bloomberg.com/news/articles/2015-04-07/u-s-failure-to-stop-china-bank-unmasks-fight-over-world-finance diakses pada 15 Oktober 2015
Gyohten, Toyoo. 2003. The United States in the Global Financial Arena dalam David M. Malone and Yuen Foong Khong (eds.), Unilateralism and U.S. Foreign Policy. International Perspective, Boulder: Lynne Rienner Publishers. Hlm. 285-287