Mohon tunggu...
Indonesian Student Association For International Studies ISAFIS
Indonesian Student Association For International Studies ISAFIS Mohon Tunggu... -

Indonesian Student Association for International Studies (ISAFIS) had been established since 14th February 1984. ISAFIS is a non-profit students organization, with the purpose to build the vision of mutual understanding among nations through youth cooperation. Along the way in its 30th year, ISAFIS has grown through deepening the coherence between its internal divisions' coordination, while widening efforts of its works for youth empowerment. The members are students from universities in Jabodetabek: University of Indonesia, Trisakti University, Paramadina University, Pelita Harapan University, Paramadina University, Bogor Institute of Agriculture, and many more.

Selanjutnya

Tutup

Politik

AIIB sebagai Respon terhadap Unilateralisme AS

9 Desember 2015   20:42 Diperbarui: 9 Desember 2015   20:54 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tiongkok mendapatkan hak veto yang memastikan Tiongkok mendapatkan kontrol atas aspek kunci AIIB. Penggunaan hak veto ini di satu sisi tidak begitu menakutkan, karena Tiongkok tidak begitu saja bisa mengontrol jalannya AIIB. Tiongkok misalnya tidak bisa mem-veto keputusan mengenai peminjaman. Disini terlihat peran komunitas internasional yang mempengaruhi desain AIIB. Daya tawar kolektif para anggota memaksa Tiongkok beradaptasi dan berhati-hati dalam mengejar kepentingan nasionalnya melalui AIIB.[19]

Ada dua ungkapan yang bisa menyimpulkan seluruh tulisan ini. Pertama, seperti yang dikatakan Paman Ben kepada Spiderman, with great power comes great responsibility.[20] Dengan peran sebagai negara besar, sebagai hegemon, tanggung jawab yang diemban dalam sistem internasional pun semakin besar. Ini yang seharusnya disadari baik oleh AS dan Tiongkok.

Mereka tidak bisa begitu saja memaksakan kepentingan nasionalnya dan mengorbankan kepentingan negara lain. AS dan Tiongkok memang berpengaruh besar dalam ekonomi global, tetapi mereka juga harus menyadari bahwa mereka juga bergantung pada negara-negara lain. Keegoisan akan berbalas, dan itu yang harus dicamkan Tiongkok dalam pelaksanaan AIIB nantinya. Kedua, sesuai pepatah Afrika, if you want to go fast, go alone; if you want to go far, go together.

Era hegemon telah usai, dan inisiatif seperti AIIB tidak akan hilang begitu saja seiring Tiongkok berusaha memainkan peran yang lebih besar. AS akan lebih diuntungkan dengan berpartisipasi aktif dan memastikan AIIB sukses daripada tidak terlibat dan membiarkan AIIB gagal. Baik Tiongkok dan AS akan lebih diuntungkan dengan memastikan AIIB semultilateral mungkin. Negara-negara lain oleh karena itu bukannya tanpa pengaruh.

AIIB memang merupakan tantangan bagi tatanan yang ada, tetapi terbentuknya AIIB seperti sekarang ini menunjukkan bahwa sistem yang ada, dan negara-negara lain tetap mampu untuk menyeimbangkan dan memastikan Tiongkok play by the rules. Kita lihat saja, apakah dalam prakteknya nanti multilateralisme ini akan benar-benar diterapkan, atau malah mungkin Tiongkok seenaknya menggunakan AIIB untuk kepentingannya sendiri. What comes around goes around. Siapa tahu di masa depan Xi Jinping yang akan mengatakan, “我们搞砸了.”[21]

 

DAFTAR REFERENSI

Bergsten, C. Fred. 2008. A Partnership of Equals: How Washington Should Respond to China’s Economic Challenge http://www.iie.com/publications/papers/paper.cfm?ResearchID=955 diakses pada 15 Oktober 2015.

Bremmer, Ian. 2015. China Challenges America’s Financial Leadership, Time. http://time.com/3759639/china-america-financial-leadership/ diakses pada 15 Oktober 2015.

Gaouette, Nicole dan Andrew Mayeda. 2015. US Failure to stop China Bank Unmasks World Finance Fight, Bloomberg. http://www.bloomberg.com/news/articles/2015-04-07/u-s-failure-to-stop-china-bank-unmasks-fight-over-world-finance diakses pada 15 Oktober 2015

Gyohten, Toyoo. 2003. The United States in the Global Financial Arena dalam David M. Malone and Yuen Foong Khong (eds.), Unilateralism and U.S. Foreign Policy. International Perspective, Boulder: Lynne Rienner Publishers. Hlm. 285-287

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun