Meteseh, Tembalang, Semarang (27/1) -- Permasalahan sampah rumah tangga hingga saat ini menjadi masalah yang kompleks dalam kehidupan sehari-hari. Penduduk dan kebutuhan harian masyarakat yang kian meningkat menjadikan sampah akibat konsumsi harian rumah tangga memiliki timbulan yang besar.
KKN Reguler Universitas Diponegoro mandiri dan fokus pada monodisiplin tiap mahasiswa yang dilaksanakan dalam era COVID-19 sejak tahun 2020 kemarin, mengusung tema pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan atau SDG's.
Sebagai mahasiswa yang mengambil studi bidang Teknik Lingkungan, Saya membuat program yang dapat mengiring pada salah satu tujuan dalam SDG's yaitu kehidupan yang lebih baik. Program tersebut yaitu terkait pengurangan sampah rumah tangga.
Program pengurangan sampah rumah tangga Saya rancang bukan tanpa dasar. Dinas yang bertanggung jawab akan masalah persampahan, Dinas Lingkungan Hidup, melalui Peraturan Daerah Kota Semarang No. 6 Tahun 2012 juga telah memberikan arahan pada masyarakat untuk terlibat aktif dalam mengelola dan mengolah sampah secara mandiri.Â
Kegiatan yang Saya lakukan sebagai langkah awal dalam merancang program yaitu observasi lapangan lingkungan RW 02 yang sekaligus menjadi lingkungan Saya melakukan KKN. Dari hasil observasi tersebut, Saya mendapat hasil bahwa masyarakat RW 02 memiliki banyak kegiatan positif seperti menanam tanaman, baik tanaman hias rumah maupun tanaman hasil kebun yang dapat dijual.Â
Berdasarkan dasar dari DLH, tujuan SDG's dan kondisi lapangan RW 02, Saya merancang program "Pengurangan Sampah Rumah Tangga melalui Pembuatan Kompos Cair".Â
Kompos cair merupakan pupuk yang sangat mudah dibuat dari sampah-sampah rumah tangga, ekonomis bahkan tidak mengeluarkan biaya dalam keperluan bahan dasarnya.
Berhubung adanya wabah COVID-19. Program pengurangan sampah Saya laksanakan melalui edukasi dan pemberian sampel kompos cair. Program tidak bisa dilaksanakan dengan demonstrasi atau praktik pada warga demi menaati aturan dan protocol kesehatan yang telah ditetapkan Universitas Diponegoro dan Pemerintah Kota Semarang. Pembuatan sampel kompos cair Saya lakukan mulai dari mengumpulkan sampah-sampah rumah tangga, seperti sisa-sisa makanan tak layak makanan.Â
Sampah-sampah kebun seperti dedaunan, batang pohon juga dapat dimasukkan, namun dicacah terlebih dahulu untuk memudahkan proses penguraian.Â
Kemudian sampah dimasukkan kedalam suatu wadah (dalam proses pembuatan yang Saya lakukan Saya menggunakan ember cat 25 liter). Setelah wadah terisi sampah padat, dimasukkan juga sampah-sampah cair, seperti air gula, air kelapa yang berfungsi sebagai makanan bakteri pengompos.Â
Kemudian sampah yang tercampur diberi air bersih hingga cuckup penuh dan EM4 yang berfungsi sebagai bakteri activator dengan takaran 1 tutup botol per liter air dan aduk hingga rata. Setelah diaduk dengan rata kompos cair dalam ember ditutup dan didiamkan selama 2 minggu untuk menunggu proses pengomposan jadi. Penutupan ember tidak dilakukan terlalu kencang atau rapat untuk menghindari kompos cair luber akibat gas metan.Â
Setelah 2 minggu berlalu kompos cair dapat disaring ke botol atau wadah yang lebih kecil dan siap menjadi pupuk cair tanaman, dengan takaran 100 ml kompos cair tiap 10 liter air penyiraman. Materi-materi mengenai sampah dan kompos cair termasuk pembuatan yang telah dijelaskan Saya berikan sebagai materi edukasi pada masyarakat RW 02.
Harapan Saya dari program yang Saya laksanakan pada masyarakat RW 02 agar warga dapat memaksimalkan potensi hobi tanam menanam yang banyak dilakukan oleh masyarakat RW 02. Dari edukasi pengurangan sampah melalui pembuatan kompos, masyarakat RW 02 juga dapat membuat kompos cair secara mandiri dan dapat membuahkan panen yang lebih berkualitas.Â
Apabila hal-hal kecil tersebut didiskusikan/dikomunikasikan pada komunitas yang tepat, kompos dan hasil panen yang berkualitas menjadi potensi jual yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat RW 02. Selain perekonomian warga yang meningkat, tujuan-tujuan yang lebih besar seperti tujuan SDG's terkait lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan perlahan dapat tercapai.
Reporter : Isaaf Faadhilah / Fakultas Teknik: Teknik Lingkungan
Dosen Pembimbing Lapangan : Ir. Djoko Suwandono, MSP.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H