Meleset, Terpedaya Google Maps
Trip liburan ke Jawa tahun ini bukanlah wisata. Yang utama adalah silaturahim ke orang tua dan keluarga yang berdomisili di Nganjuk dan Pasuruan serta membackup persiapan anak kedua yang diterima kuliah di Unesa Surabaya.
Setelah istirahat satu setengah hari di Kota Pasuruan, ahad 9 Juli pagi jam 09.30 pagi kami meluncur ke Nganjuk untuk bertemu Pak Mak dan kerabat di desa Jatigreges Pace.
Tol Pasuruan - Kertosono - Nganjuk mempersingkat perjalanan. Niat awalnya mampir ke waduk Mbaduk, via Kertosono tidak lewat kota Nganjuk. Hanya sudah lama tidak jalan blusukan, akhirnya disandarkan pada navigasi google maps. Tidak cek and ricek dengan zooming, nyatanya jalan tembus Kertosono lewat. Masih berkhuznuzon bahwa google maps mencarikan rute terpendek. Kan ada algoritma optimasinya. Woalah, tak dinyana ternyata jalurnya lewat kota Nganjuk. Yang lurus itu tidak selalu benar, :).
Tidak mau masuk kota, akhirnya sekali lagi percaya google maps untuk mencarikan jalan tembus yang singkat menuju Patihan Loceret. Lewat perkampungan dan persawahan. Karena tidak mengenal situasi, ya ikuti saja walau diselingi sedikit keraguan. Kali ini, akurat tidak.
Benar kejadian. Ketika di perkampungan ada tutup jalan karena ada pest pernikahan, google tidak berkutik. Optimis puter kanan, ternyata jalan buntu, google maps tahunya perintah untuk kembali ke jalur. Google maps tidak faham bulan besar, bulan musim kawin kali. Balik sedikit akhirnya menemukan jalan yang benar. Tembusan itu berakhir di Jalan raya Nganjuk - Kediri dekat pertigaan kelokan desa Patihan, Loceret. Pertigaan itu menghubungkan tiga tujuan. Yang arah timur menuju desa Kecubung searah dengan lokasi Waduk Mbaduk. Arah selatan menuju Pace dan Kediri. Dan arah barat, di belakang kami adalah menuju kota Nganjuk.
Wokelah, waduk Mbaduk meleset, akhirnya niat kedua dibulatkan. Mampir di Mushola An Nabaat, kebetulan waktu pas masuk sholat dzuhur dan Yangti juga ingin melihat mushola yang unik dan bernuansa klasik. Klik, fix !
Dari pertigaan Patihan hanya tinggal 600 meter arah selatan, searah tujuan ke Jatigreges, cukup 1 menit sampai. Mushola ini ada di sebelah kanan jalan, seberang lapangan desa Batembat. Kalau dari arah perempatan tugu Pancasila, pasar pahing Pace posisi mushola ada di kiri jalan dan berjarak 3,3 km, ditempuh sekitar 5 menit.
Ala Menara Kudus, dinamai An Nabaat
Alhamdulillah sampai dan kami bisa menikmati bangunan uniknya. Mushola ini memiliki desain menyerupai Masjid Menara Kudus di Jawa Tengah, yang menyerupai bangunan candi serta pola arsitektur yang memadukan konsep budaya Islam dengan budaya Hindu-Buddhis. Ikon ini menjadi penanda di masa dakwah sunan Kudus, terjadi proses akulturasi dalam pengislaman Jawa.
Mushola klasik ini diberi nama An Nabaat, dalam bahasa Arab yang berarti tanaman atau tumbuh-tumbuhan. Kata ini muncul dalam beberapa ayat Al-Quran, seperti dalam surat An Naba ayat 15, yang berbunyi: [ لِّنُخْرِجَ بِهٖ حَبًّا وَّنَبَاتًاۙ ], Linukhrija bihī ḥabbaw wa nabātā, artinya "untuk Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman".
Sesuai namanya, mushola ini memang dikelilingi hamparan hektaran sawah membentang dan kota Nganjuk sendiri adalah kota agraris yang penghasilan utamanya dari pertanian. Tidak aneh jika pendirinya menamai demikian, karena salah satu bisnis yang mengantarkan kesuksesannya juga berkaitan dengan tanam-tanaman.
Pendirinya adalah CEO Cita Indonesia Group bernama Virnanda Aprila Hapsara, yang dikenal sebagai pengusaha muda asli Nganjuk yang telah sukses dalam dunia bisnis di kancah nasional. Usahanya bergerak di berbagai bidang seperti pakan dan suplemen ternak berbasis herbal, pertanian, dan pertambangan.
Fasilitas dan Kelengkapan Mushola
Mushola An Nabaat Batembat Pace tidak hanya menawarkan keindahan arsitektur, tetapi juga fasilitas yang memadai untuk para jamaah. Buka 24 jam, dari jalan raya akan disambut dengan gapura atau gerbang terbelah yang berupa bangunan simetris di kanan dan kiri jalan masuk. Untuk ukuran yang lebih besar disebut candi bentar sebagaimana di Masjid Menara Kudus, memiliki candi bentar berupa gerbang atau gapura.
Mushola ini dilengkapi dengan parkiran yang luas di sisi utara dan barat mushola. Toilet yang bersih, dan dilengkapi CCTV untuk keamanan. Mushola ini juga menyediakan tempat wudhu yang nyaman dengan struktur bangunan bata merah yang didesain menonjolkan relief perseginya. Didalam mushola tersedia sajadah yang bersih, dan Al-Quran yang lengkap. Terdapat lantai dua dan tiga, tetapi kami tidak sempat melihatnya. Mushola ini dapat menampung sekitar 40 orang jamaah.
Keunikan Struktur Bata Merah
Mushola An Nabaat Batembat Pace memiliki struktur dominan batu bata merah, yang juga menjadi ciri khas dari Menara Kudus. Batu bata merah memiliki nilai estetika yang tinggi, karena warna dan teksturnya yang alami.
Mengapa bangunan sakral atau candi jaman itu menggunakan batu bata merah?
Menurut sejarah, candi-candi di Jawa Timur umumnya usianya lebih muda dibandingkan di Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena pembangunannya dilakukan di bawah pemerintahan kerajaan-kerajaan penerus kerajaan Mataram Hindu, seperti Kerajaan Kahuripan, Singasari, Kediri dan Majapahit.
Candi-candi yang dibangun pada masa Kerajaan Singasari umumnya dibuat dari batu andesit dan diwarnai oleh ajaran Tantrayana (Hindu-Buddha), sedangkan yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit umumnya dibuat dari bata merah dan lebih diwarnai oleh ajaran Buddha.
Bata merah memiliki kelebihan seperti mudah dibentuk, mudah didapat, dan tahan terhadap gempa. Selain itu memiliki nilai estetika dan simbolik, karena warnanya yang merah melambangkan darah, kehidupan, dan kesuburan.
Bata merah memiliki kekuatan dan ketahanan yang tinggi, sehingga dapat menopang beban struktur bangunan dengan baik. Batu bata merah juga tahan terhadap api, air, dan serangan hama.
Apakah konstruksi batu bata merah mushola An Nabaat Batembat Pace bisa kuat bertahan berapa lama tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
(1) kualitas batu bata merah, didasarkan kualitas tanah liat dan proses pembakaran batu bata merah agar keras sempurna, (2) cara pemasangan batu bata merah harus rapi dan presisi agar tidak ada celah atau retakan pada dinding, (3) perawatan dilakukan secara rutin untuk membersihkan debu atau kotoran yang menempel pada dinding.
Destinasi Wisata
Secara topografis, Nganjuk berada di daerah dataran rendah yang subur dan berair, sehingga tanah liat yang menjadi bahan utama pembuatan bata merah mudah ditemukan. Tidak mengherankan bangunan atau rumah warga banyak menggunakan dinding bata merah. Tapi mushola dengan struktur menara berbahan baku bata merah ? Belum ada.
Ketika kita masuk di dalamnya untuk sholat, nuansanya adem temaram. Dinding bata merah menyerap cahaya. Tanah liatnya yang bersifat isolasi termal, mampu menahan panas dan dingin. Sehingga mushola bata merah ini lebih sejuk di siang hari dan mungkin lebih hangat di malam hari.
Mushola An Nabaat Batembat Pace merupakan salah satu destinasi wisata unik yang menarik di Nganjuk. Banyak pengunjung yang lewat jalan raya Nganjuk - Kediri sengaja datang ke mushola ini untuk mampir melaksanakan sholat dan sekadar berfoto-foto.
Di masa depan, mushola ini mungkin juga akan menjadi saksi sejarah perkembangan Islam di Jawa Timur, khususnya di daerah Pace dan menjadi simbol toleransi dan kerukunan umat beragama.
Selesai sholat kami akhirnya menuju desa Jatigreges di Pace Nganjuk. Alhamdulillah berjumpa Mak dan Pak, untuk sungkem, sejak terakhir silaturahim 10 bulan yang lalu. Kangen pada orang tua terobati. Berjumpa rasa udara pedesaan yang menyegarkan, sebagaimana di mushola An Nabaat, dapat sholat yang menenangkan hati dan jiwa.
alifis@corner
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H