Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bandara Dhoho Kediri, Dibangun Ahli Isap dan Kaum Perokok - Trip Jawa #3

27 Juli 2023   15:26 Diperbarui: 9 Agustus 2023   07:43 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perdana, Bandara dibangun swasta

Baru pertama terjadi di Indonesia. Bandara yang dibangun bukan oleh pemerintah. Bandara itu bernama Dhoho International Airport. Orang menyebutnya bandara Dhoho Kediri atau Bandara Kediri.  Yang membangun adalah perusahaan rokok yang sudah terkenal sejak saya belum lahir, Gudang Garam.

Gudang Garam adalah salah satu industri rokok terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak tahun 1958 di kota Kediri, Jawa Timur. Terkenal sebagai penghasil rokok kretek berkualitas tinggi dengan komitmen untuk memberikan pengalaman tak tergantikan penikmat sejatinya. Komitmen inilah yang menjadikan rokok Gudang Garam menjadi pilihan jutaan ahli isap dan kaum perokok.

Ahli isap dan kaum perokok ini oleh Gudang Garam difasilitasi beragam mahzab selera. Ada Sigaret Kretek Tangan (Gudang Garam Merah, Djaja, Special Deluxe King Size, Patra dan Sriwedari Kretek), Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (Gudang Garam Filter International, Signature, Surya – Exclusive &Professional, Move). Sigaret Kretek Mesin LTLN (Gudang Garam Signature Mild, Mild, Surya Professional Mild, Shiver), Sigaret Klobot Kretek (Gudang Garam Klobot Manis) dan Sigaret Putih Mesin (Halim Merah dan Coklat). Bahkan planningnya juga akan masuk di industri rokok elektrik. Terserah memilih dan mengepulkan asap dari jenis yang mana, bebas. Asal ada cuan untuk membelinya.

Cai Daoping, atau Susilo Wonowidjojo anak ketiga dari pendiri Gudang Garam menemui menteri ESDM di awal 2016. Menyampaikan niat membangun bandara internasional di Kediri. Pemerintah gelagapan. Di luar kebiasaan. Belum ada swasta membangun bandara. Tidak bisa langsung diiyakan. Belum siap regulasinya. Belum dengan pembebasan lahan yang urusannya biasa panjang dan melebar.

13 Trilliun, Kas Internal Gudang Garam oke !


Gudang Garam kaya raya. Didirikan sejak 1958 oleh Tjoa Jien Hwie alias Surya Wonowidjojo, diawali membuat rokok kretek dengan nama Inghwie, disaat ini bahkan menjadi tulang punggung kota Kediri. Bahkan BPS 2021 menempatkan kota Kediri peringkat pertama dalam daftar kota terkaya se-Indonesia dengan jumlah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)  per kapita mencapai Rp 491,27 juta. Bayar pajaknya saja menyentuh Rp 97,59 triliun. Rejeki nomplok pemerintah daerah dan pusat.

Tidak ada yang membantah Gudang Garam kaya raya. Asetnya dimana-mana. Karyawannya hingga akhir 2022 ada lebih dari 31 ribu orang. dan menempatkan Cai Daoping dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Menurut data Forbes Real Time Billionaire, di Mei 2023 Susilo Wonowidjojo menempati urutan ke-14 orang terkaya RI dengan harta senilai US$ 3,5 miliar atau setara sekitar Rp 51 triliun.

Kekayaan lain? Tercantum di profil struktur perusahaan (gudanggaramtbk.com), Gudang Garam memiliki 12 anak perusahaan yang bergerak di industri kertas (PT Surya Pemenang), perdagangan (PT Surya Madistrindo), jasa transportasi udara (PT Surya Air, Galaxy Prime Ltd dan Prime Galaxy Ltd), jasa hiburan (PT Graha Surya Media), industri pengolahan tembakau (PT Surya Inti Tembakau), industri peralatan pelindung keselamatan (PT Surya Abadi Semesta), industri konstruksi (PT Surya Kerta Agung), industri objek wisata (PT Surya Wisata), investasi (PT Surya Dhoho Investama) dan terbaru di industri konstruksi tol (PT Surya Kertaagung Toll).

Di luar itu  keluarga Wonowidjojo mendirikan PT Matahari Kahuripan Indonesia (Makin Group) yang merupakan perusahaan kelapa sawit. Per 2021 lalu, Makin Group memiliki total area lahan seluas 140.000 hektar yang terbentang di Sumatra dan Kalimantan, serta memiliki 13 pabrik pengolahan. Gudang Garam Group juga memiliki PT Dhanistha Surya Nusantara dan PT Surya Nusantara Sawitindo. Keduanya aktif di bidang perkebunan kelapa sawit. Kedua perusahaan ini memiliki saham PT Pertiwi Lenggara Agromas yang dijual oleh PT Sampoerna Agro Tbk. Dhanistha Surya Nusantara mengelola lahan seluas 100 ribu hektare untuk kelapa sawit dan membawahi 11 ribu karyawan. (cnbcindonesia.com).

Entah bagaimana kota Kediri jika tidak ada Gudang Garam, karena sekitar 75%  PDRB kota Kediri adalah pendapatan Gudang Garam. Yang kaya itu Gudang Garam, bukan masyarakat Kediri. Maklumi saja. Masyarakat di Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar, dan sekitarnya mirip-mirip ekonominya. Masyarakat agraris.

Gudang Garam memang kaya raya. Tahun 2022 saja Gudang Garam mengakumulasi pendapatan total sebesar Rp124,68 triliun. Memang ada penurunan tetapi tetap kaya raya. Semua orang akan mengiyakan jika membuktikan dengan jalan-jalan pagi di sekitar pabriknya di tengah kota Kediri. Saat kecil saya pernah melihat sendiri ribuan orang bersepeda dari berbagai daerah sekitar bagai kawanan semut dimobilisasi, menuju pabrik-pabriknya seluas 5,14 kilometer persegi. Tidak heran kalau bisa bangun bandara.

Bandara dibangun seluruhnya menggunakan kas internal perusahaan dan tak akan mengganggu cash flow perusahaan. "Keperluan dana di-cover dari dana internal karena kalau bicara spread out sekitar lebih dari 2 tahun, kami sudah keluar dari kemarin-kemarin, kalau dibagi menjadi 3-4 tahun tidak membebani. Masih oke dari dana internal," kata Direktur Gudang Garam.

Semua Bergembira, Menyambut Manfaat Terciprat

Ketika akhirnya Gudang Garam membangun bandara, semua bergembira. Semua berharap kecipratan manfaatnya. Orang yang terdampak langsung maupun yang tinggal jauh dari lokasinya. Bahkan yang tinggal di kabupaten-kabupaten sekitar Kediri. Walau dampaknya sekedar bisa lebih dekat jika harus terbang bepergian.

Bandara Dhoho Kediri ini dibangun di desa Grogol, kecamatan Grogol dan desa Bulusari, kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri. Jarak Desa Grogol ke Pusat Kota Kediri sekitar 13 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Sekitar 120 km atau 1,5 – 2 jam via tol dari Juanda dan 87 km atau 3 - 4 jam jalan darat dari bandara Abdurahman Saleh Malang.

Pemerintah memfasilitasi regulasinya. Menyelaraskan pembangunan sarana prasarana koneksi bandara. Tol Kertosono-Kediri dan Tulungagung-Kediri direncanakan. Apalagi jika Gudang Garam sendiri yang membikin tol melalui anak perusahaannya. Gudang Garam telah membebaskan lahan bandara seluas hampir 400 hektar, dengan pembelian ganti untung (bukan ganti rugi). Banyak orang di desa-desa lokasi bandara yang masuk wilayah 3 kecamatan yaitu Bulusari, Banyakan, dan Grogol menjadi okabe (orang kaya baru). Tinggal hitung saja, ketika lahan kosong dihargai Rp 500 ribu per meter persegi, sementara lahan dengan bangunan Rp 750 ribu per meter persegi.

Salah satu ceritanya, ada tetangga di kecamatan Pace, Nganjuk turut kecipratan karena memiliki lahan di area yang dibebaskan. Rumah sederhana dengan lahan kebun yang tidak dapat dihandalkan tiba-tiba menjadi berkah. Bisa merenovasi rumah keluarga, membangun rumah baru, mobil baru, bahkan membeli tanah sawah baru di kampung lebih luas dan subur.

Memang sempat ada masalah. Sebelum groundbreaking di April 2020, tercatat masing ada 55 KK belum bersedia melepas lahan miliknya. Tetapi persoalan lahan di area pembangunan Bandara Internasional Dhoho Kediri akhirnya tuntas di Januari 2022, setelah 17 KK desa Bulusari menerima ganti rugi dari PT Gudang Garam dengan ganti untung 16 juta per-ru atau per-14 meter persegi sesuai keputusan KJPP (Kantor Jasa Penilai Publik). Tanah-tanah disekitar bandara melejit naik harganya. Diatas Rp 1 juta per meter persegi. Semua orang membicarakan efek ekonomis dari kehadiran bandara Gudang Garam ini.

Bandara Dhoho Kediri dibangun oleh PT Surya Dhoho Investama, anak perusahaan Gudang Garam. Yang sahamnya 99,9% punya Gudang Garam. Sisanya punya PT Surya Duta Investama, yang juga anak perusahaan Gudang Garam. Kabar terakhir, Gudang Garam menggelontorkan Rp 3 triliun kepada PT Surya Dhoho Indonesia, anak perusahaan Gudang Garam yang lain, yang 99,9% milik Gudang Garam juga untuk menambah modal pembangunan bandara terpadu, Dhoho Kediri. Hemm, kekayaan dan investasi yang putar-putar sendiri.

Total investasi awal pembangunan bandara ini mencapai Rp 10,8 triliun yang terdiri atas Rp 6,6 triliun untuk Tahap I, Rp 1,2 triliun untuk Tahap II, dan Rp 3 triliun untuk Tahap III. Berita investasi.kontan.co.id menyebut penyetoran tambahan modal ini menambah modal ditempatkan dan disetor Surya Dhoho Indonesia yang semula Rp 10 triliun bertambah menjadi Rp 13 triliun. Ini yang diungkap Heru Budiman, Sekretaris Perusahaan Gudang Garam.

Bandara Kediri ditargetkan mulai beroperasi pada Agustus atau September 2023. PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I di radarkediri.jawapos.com mengungkapkan bersiap mengelola satu bandara baru ini pada kuartal III/2023. Dengan runway atau landas pacu berukuran 3.300 x 60 meter,sanggup didarati pesawat berbadan lebar seperti Boeing 777-300ER. Fasilitas lain,  apron commercial berukuran 548 x 141 meter, apron VIP berukuran 221 x 97 meter, empat taxiway, dan lahan parkir seluas 37.108 meter persegi juga dalam tahap penyelesaian. Diproyeksikan nantinya mampu melayani kargo, pergerakan internasional, baik untuk penerbangan umrah maupun haji.

Kontribusi Ahli Isap dan Kaum Perokok

Menilik obrolan orang awam di kantin dan warung-warung, ada kesepahaman menarik. Orang-orang menarik benang merah dengan hadirnya bandara Kediri dengan logika sederhana. Bandara Dhoho Kediri ini dibangun dari keuntungan penjualan rokok yang diisap penggemar dan pecandunya. Bukan dari cukai rokok yang larinya ke pemerintah sebagai pendapatan negara. Bukan. Jadi orang-orang yang biasa nongkrong di kedai, warung, ladang huma dan pojok perkantoran sambil merokok itulah yang urunan, iuran membangun bandara tersebut. Logikanya tidak salah. Say hanya mengangguk membenarkan saja. Tidak penting diperdebatkan, lebih gayeng diiyakan.

Kehadiran bandara ini mengangkat derajat kaum perokok yang merasa bahwa kebiasaan merokoknya yang selama ini, dipinggirkan, dihujat, dikecam oleh sebagian lapisan masyarakat anti rokok ternyata tidak sepenuhnya mudhorot – merugikan kesehatan.

Para ahli isap dan kaum perokok sekarang bangga, berkontribusi bagi pembangunan dan menjadi justifikasi untuk terus melanjutkan kebiasaan itu dengan alasan, ada manfaat. Telunjuk ahli isap dan kaum perokok bisa memberi bukti dengan gagahnya, “Itu, bandara Dhoho Kediri, bandara bertaraf internasional dibangun berkat rokok dan kebiasaan merokok. Jadi jangan apriori dengan kaum kami !”.

Oke yang tidak merokok, diam saja dulu. Hehehe…

alifis@corner

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun