Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bandara Dhoho Kediri, Dibangun Ahli Isap dan Kaum Perokok - Trip Jawa #3

27 Juli 2023   15:26 Diperbarui: 9 Agustus 2023   07:43 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di luar itu  keluarga Wonowidjojo mendirikan PT Matahari Kahuripan Indonesia (Makin Group) yang merupakan perusahaan kelapa sawit. Per 2021 lalu, Makin Group memiliki total area lahan seluas 140.000 hektar yang terbentang di Sumatra dan Kalimantan, serta memiliki 13 pabrik pengolahan. Gudang Garam Group juga memiliki PT Dhanistha Surya Nusantara dan PT Surya Nusantara Sawitindo. Keduanya aktif di bidang perkebunan kelapa sawit. Kedua perusahaan ini memiliki saham PT Pertiwi Lenggara Agromas yang dijual oleh PT Sampoerna Agro Tbk. Dhanistha Surya Nusantara mengelola lahan seluas 100 ribu hektare untuk kelapa sawit dan membawahi 11 ribu karyawan. (cnbcindonesia.com).

Entah bagaimana kota Kediri jika tidak ada Gudang Garam, karena sekitar 75%  PDRB kota Kediri adalah pendapatan Gudang Garam. Yang kaya itu Gudang Garam, bukan masyarakat Kediri. Maklumi saja. Masyarakat di Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar, dan sekitarnya mirip-mirip ekonominya. Masyarakat agraris.

Gudang Garam memang kaya raya. Tahun 2022 saja Gudang Garam mengakumulasi pendapatan total sebesar Rp124,68 triliun. Memang ada penurunan tetapi tetap kaya raya. Semua orang akan mengiyakan jika membuktikan dengan jalan-jalan pagi di sekitar pabriknya di tengah kota Kediri. Saat kecil saya pernah melihat sendiri ribuan orang bersepeda dari berbagai daerah sekitar bagai kawanan semut dimobilisasi, menuju pabrik-pabriknya seluas 5,14 kilometer persegi. Tidak heran kalau bisa bangun bandara.

Bandara dibangun seluruhnya menggunakan kas internal perusahaan dan tak akan mengganggu cash flow perusahaan. "Keperluan dana di-cover dari dana internal karena kalau bicara spread out sekitar lebih dari 2 tahun, kami sudah keluar dari kemarin-kemarin, kalau dibagi menjadi 3-4 tahun tidak membebani. Masih oke dari dana internal," kata Direktur Gudang Garam.

Semua Bergembira, Menyambut Manfaat Terciprat

Ketika akhirnya Gudang Garam membangun bandara, semua bergembira. Semua berharap kecipratan manfaatnya. Orang yang terdampak langsung maupun yang tinggal jauh dari lokasinya. Bahkan yang tinggal di kabupaten-kabupaten sekitar Kediri. Walau dampaknya sekedar bisa lebih dekat jika harus terbang bepergian.

Bandara Dhoho Kediri ini dibangun di desa Grogol, kecamatan Grogol dan desa Bulusari, kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri. Jarak Desa Grogol ke Pusat Kota Kediri sekitar 13 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Sekitar 120 km atau 1,5 – 2 jam via tol dari Juanda dan 87 km atau 3 - 4 jam jalan darat dari bandara Abdurahman Saleh Malang.

Pemerintah memfasilitasi regulasinya. Menyelaraskan pembangunan sarana prasarana koneksi bandara. Tol Kertosono-Kediri dan Tulungagung-Kediri direncanakan. Apalagi jika Gudang Garam sendiri yang membikin tol melalui anak perusahaannya. Gudang Garam telah membebaskan lahan bandara seluas hampir 400 hektar, dengan pembelian ganti untung (bukan ganti rugi). Banyak orang di desa-desa lokasi bandara yang masuk wilayah 3 kecamatan yaitu Bulusari, Banyakan, dan Grogol menjadi okabe (orang kaya baru). Tinggal hitung saja, ketika lahan kosong dihargai Rp 500 ribu per meter persegi, sementara lahan dengan bangunan Rp 750 ribu per meter persegi.

Salah satu ceritanya, ada tetangga di kecamatan Pace, Nganjuk turut kecipratan karena memiliki lahan di area yang dibebaskan. Rumah sederhana dengan lahan kebun yang tidak dapat dihandalkan tiba-tiba menjadi berkah. Bisa merenovasi rumah keluarga, membangun rumah baru, mobil baru, bahkan membeli tanah sawah baru di kampung lebih luas dan subur.

Memang sempat ada masalah. Sebelum groundbreaking di April 2020, tercatat masing ada 55 KK belum bersedia melepas lahan miliknya. Tetapi persoalan lahan di area pembangunan Bandara Internasional Dhoho Kediri akhirnya tuntas di Januari 2022, setelah 17 KK desa Bulusari menerima ganti rugi dari PT Gudang Garam dengan ganti untung 16 juta per-ru atau per-14 meter persegi sesuai keputusan KJPP (Kantor Jasa Penilai Publik). Tanah-tanah disekitar bandara melejit naik harganya. Diatas Rp 1 juta per meter persegi. Semua orang membicarakan efek ekonomis dari kehadiran bandara Gudang Garam ini.

Bandara Dhoho Kediri dibangun oleh PT Surya Dhoho Investama, anak perusahaan Gudang Garam. Yang sahamnya 99,9% punya Gudang Garam. Sisanya punya PT Surya Duta Investama, yang juga anak perusahaan Gudang Garam. Kabar terakhir, Gudang Garam menggelontorkan Rp 3 triliun kepada PT Surya Dhoho Indonesia, anak perusahaan Gudang Garam yang lain, yang 99,9% milik Gudang Garam juga untuk menambah modal pembangunan bandara terpadu, Dhoho Kediri. Hemm, kekayaan dan investasi yang putar-putar sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun