Kosakata 'budiman' saat ini jarang saya dengar di percakapan sehari-hari. Dalam acara formal, kata yang mudah ditemui adalah 'terhormat', dalam acara keagamaan, kata 'mulia' lebih bertebaran. Kata budiman lebih banyak saya jumpai di karya sastra atau cerita anak tempo dulu.
Dalam KBBI, budiman memiliki arti :
bu*di*man n orang yang berbudi, pintar, dan bijaksana
Tentu berbeda rasa kedalaman makna membandingkan kata terhormat dan budiman walau sama-sama berkonotasi positif. Orang bisa saja karena kedudukan menjadi terhormat, tetapi belum tentu budiman. Orang yang dikenal budiman, cenderung akan dihormati karena kebijakan, kebaikan yang menyentuh rasa, bukan karena kedudukan.
Orang budiman tidak sekedar basa basi, pernyataan sikap tapi lebih pada tindakan yang dirasakan oleh orang lain. Sudah baik budi, cerdas memahami situasi dan  bijaksana dalam bersikap  dan bertindak. Budiman lebih berkarakter, komplit dan komprehensif.
Orang yang budiman, insya Allah berhati mulia. Mulia menjadi standar kehadiran seseorang di tengah orang lain karena hadits Nabi SAW menyebutkan bahwa orang yang paling mulia adalah yang paling banyak memberi manfaat pada orang lain.
Pandemi covid terbukti menggoyahkan sendi di semua level kehidupan. Dari interaksi kehidupan bernegara, kesehatan, ekonomi bangsa sampai di level interpersonal, orang per-orang. Wabah yang sudah berlangsung setahun lebih menjadi momok baik yang sehat, yang komorbid maupun yang pernah jadi penyintas. Tidak ada jaminan seseorang tidak terinfeksi.
Begitu banyak warga yang tertolak dan tidak terawat di fasilitas kesehatan, terpaksa isolasi mandiri di rumah. Respon begitu beragam sebagai dampak sosial. Yang lingkungannya faham, memunculkan orang-orang budiman. Sebaliknya, penyintas covid bisa menjadi bulan-bulanan di lingkungannya akibat stigma negatif, antipati dan ketidakfahaman.
Dari sisi penyintas yang melakukan isoman, jelas memerlukan perhatian juga dukungan dari keluarga dekat bahkan jika mengalami banyak keterbatasan maka uluran tangan tetangga, warga setempat, sangatlah berarti. Apakah sekedar simpati dukungan moril, berbagi informasi penting, berbagi suplemen, sembako, bahkan untuk gejala sedang dan berat yang mengalami drop saturasi sangat terbantu jika ada yang menyediakan tabung oksigen, dll.
Pandemi memunculkan sosok-sosok budiman di semua kategori keadaan tersebut. Sosok-sosok yang muncul dari kalangan warga untuk melayani kebutuhan warga, yang tidak tergantung dan terkooptasi oleh pemerintah. Bahkan kehadiran orsng-orang budiman ini tampak lebih jujur, cemerlang dan mulia disaat pemerintah kelimpungan kurang konstruktif dalam pengelolaan  tanggungjawab menyelesaikan pandemi.
Netizen Yang Budiman
Media sosial apapun sangat masif menyebarluaskan pernak-pernik 'apapun' terkait pandemi. Termasuk didalamnya media tayangan televisi, WAG, twitter, portal digital dan saya bisa memastikan termasuk FB dan IG yang saya tidak ikuti.
Banyak beredar di WAG keluarga dan pertemanan yang memberikan info-info sekitar virus corona, dampak global akibat pandemi, hasil penelitian, termasuk tips dan cara menyembuhkan diri selama isoman, baik yang ilmiah rasional, herbal dari alam sampai yang tidak masuk akal.Â
Semua memiliki cara, metode dan media yang beragam dalam mengekspresikan kebaikannya. Hanya disini, diranah dunia maya, diksi budiman kurang sreg ditempatkan. Orang baik, kali ya ? karena tendensi dibalik sebuah chat sangat 'maya'.
Ketika anak saya dalam masa isoman, saran-saran dari orang baik itu kami terima. Kami menghargainya, tetapi kami juga mesti bijak, karena sebagian besarnya adalah pesan-pesan chat yang diteruskan berulang-ulang yang belum tentu teruji, hanya efektif untuk keadaan tertentu, atau justru memiliki dampak negatif pada orang-orang dengan bawaan tubuh yang berbeda.
Dalam benak kami, semua adalah bentuk perhatian dan konstruksi berfikirnya adalah niat baik. Anak tidak perlu mencoba semua, intinya pada asupan gizi tidak boleh diabaikan, multivitamin dan obat didisplinkan, fikiran positif dan tubuh diistirahatkan.
Interaksi sosial 'maya' biasanya dengan cepat direspon di kalangan atau lingkungan terdekat. Ada keharuan saat warga bertetangga saling membantu dan dishare di media sosial. Hal-hal yang mampu menggugah nilai kemanusiaan.Â
Di timeline berbagai berseliweran cerita bagaimana donasi dikumpulkan untuk para tenaga medis, ada juga yang berniat membantu ekonomi kalangan bawah yang terdampak, apresiasi untuk para tukang ojek dan mereka yang tidak punya pilihan bekerja dari rumah, bantuan untuk usaha-usaha kecil, dan masih banyak lagi. Ini digerakkan oleh orang-orang budiman yang ide-idenya menyentuh rasa masyarakat, bahu membahu melakukan apa yang mereka bisa untuk menolong yang membutuhkan.
Disisi lainnya, media sosial juga mewadahi perdebatan-perdebatan tentang pandemi covid dalam perselisihan tak berujung pangkal. Silahkan baca di Negeri Sedang Kusut. Saya mengangkat realitas bagaimana warga dengan warga, warga dengan pemerintah terbelah yang diawali dari berita di media sosial yang tidak mampu dimanage dengan arif oleh stakeholder.
Pengusaha Yang Budiman
Ada begitu banyak pengusaha yang tergugah di masa pandemi dengan berbagai kesulitan ekonomi yang dialami masyarakat, dengan memberikan bantuan dana, fasilitas bahkan terjun dalam aktivitas sosial. Sebutlah yang lagi viral, Keluarga alm. Akidi Tio pengusaha Tionghoa dari Aceh Timur yang menyumbang 2T? Terlepas ini benar atau hoax, nyatanya ada begitu banyak pengusaha yang lain yang menyumbang dalam bentuk finansial, peralatan instrumen medis, masker, APD, obat dll, atau dibawah bendera perusahaan atau Yayasan.Â
Hal yang wajar pengusaha memiliki kelebihan finansial, kemudian menyumbang. Tapi jika ditelisik, ada sisi menarik. Disaat ekonomi tidak menentu, bisnis terhambat biasanya berimbas pada kerugian usaha, ujung-ujungnya penghematan operasional bahkan PHK pegawai. Dalam kasus ini berbeda. Menjadi tidak linier, tidak dikalkulasi, karena yang bermain saat itu adalah nurani yang paling dalam dari seorang manusia, bukan pengusaha.
Kalau pembaca mengikuti lima tulisan saya terdahulu dalam serial Saat Anak Disapa Delta, yaitu [1] Saat Anak Disapa Delta [2] Saat Isoman, Ditemani ... [3] Penyintas Covid Gen Z, Lebih Rasional ? [4] Di Puncak Infeksi, Nekat Menembus PPKM Darurat? [5] Ojek Online Saat Isoman, Layanan Sampai Tempat Pemakaman , saya seringkali menyebutkan kata orang budiman, di Depok  dimana anak saya menjalani isoman.
Belakangan baru saya ketahui, beliau adalah salah satu pengusaha nasional, yang namanya dengan mudah dapat dijumpai di media, yang juga sangat peduli pada warga yang terdampak pandemi covid.Â
Di kompleks rumah kediamannya sekaligus menjadi rumah tahfidz, ada banyak orang yang menjadi penyintas covid dari berbagai lapisan masyarakat, baik pegawai beliau atau dari luar seperti guru, santri, paramedis, sekuriti yang telah beliau rawat di kompleks tersebut hingga sembuh.Termasuk mempersilahkan mahasiswa tim PKL Kemendagri untuk tinggal di kompleks beliau.Â
Ketika anak saya dan seorang temannya mahasiswi menjadi penyintas covid, beliau melalui pegawai dan tenaga medis yang telah disiapkan, responsif dan memonitoring perkembangan proses isoman dengan baik. Isoman diperiksa, diberi obat secara berkala.
Yang dilihat anak, ada 2 dokter dan 2 perawat yang mondar mandir memberi layanan. Ada puluhan penyintas dirawat di beberapa rumah dan fasilitas kompleks. Anak saya selama sebulan lebih disana sempat berpindah di 4 lokasi.Â
Pertama di rumah base lantai 2, khusus untuk mahasiswa PKL. Karena drop bergejala pindah ke rumah kedua, sempat sehari tinggal sekamar sendiri di lantai 2 disana. Â Karena hasil swab positif, dipindahkan di rumah isolasi dekat masjid. Itulah rumah isoman terlama yang ditempati. Karena keadaan sudah agak membaik, anak dipindah lagi di rumah kedua tetapi ditempatkan di lantai satu. Selain itu rumah sebelumnya digunakan oleh penyintas yang baru. Hanya tiga hari anak yang makin membaik dipindah lagi di bangunan mushola yang berada di tengah taman dengan fasilitas restorasi dan pemeliharaan kolam ikan. Dan berarti 5 kali, karena saat ini tinggal di dalam Masjid bersama kedua temannya. Alhamdulillah.
Saat di mushola dekat kolam ikan itulah, anak sudah mulai mencuci baju sendiri, dimana sebelumnya kami harus kirim baju ganti selama isoman. Bisa berjalan sekeliling area yang sejuk, ditemani kicauan burung di pohn-pohon yang rindang. Masih bersama-sama dengan salah seorang pegawai pengusaha tersebut yang sekaligus pemilik kompleks hafidz Qur'an.
Disitulah berdua sudah leluasa berkomunikasi dengan tubuh yang sudah semakin pulih. Anak akhirnya dapat cerita, dalam masa puncak infeksi di rumah isoman, mereka berdua sempat mendapatkan suntikan obat yang harganya sangat mahal bagi ukuran kami. Sekitar 5 jutaan perbotol kecil sekian ml. Mereka berdua masing-masing dapat 5 - 6 suntikan.Â
Allah Mahabijaksana, telah mengirimkan orang budiman dalam pengalaman hidup anak di masa pandemi sebagai penyintas covid. Menurut kami, ini menjadi fase hidup yang menyuguhkan pengalaman terhebat yang dihadapi anak. Lingkungan yang membelajarkan eksistensi diri sebagai insan - hamba Allah, pengabdian sesama, membekalkan etika dalam interaksi kemasyarakatan. Kami tak habis-habisnya bersyukur dalam prosesnya ditemukan dengan perhatian daei orang budiman.
Dan ada satu realitas yang menambah surprise, ternyata salah satu perawat yang menangani disana, adalah mahasiswa saya di Stikes Nusantara Kupang NTT, dimana saya pernah mengajar mata kuliah Fisika Keperawatan. Saya meminta anak untuk berfoto bersamanya. Hanya belum kesampaian. Akhirnya saya hubungi sendiri, mengucap terima kasih dan dikirim fotonya saat jadul. Betul, dan saya mengenalinya.
Peran yang sangat besar juga diberikan oleh teman-temannya, Dosen Pembimbing serta orang-orang yang berinteraksi di dalam kompleks milik orang budiman tersebut. Namanya cukup saya simpan sendiri.
Smoga Allah SWT mengirimkan orang-orang baik dan terbaik pada warga masyarakat yang terjepit dalam keterbatasan, terbatas sandang pangan papan, akses kesehatan dan dukungan moril materiil dalam menghadapi cobaan di masa pandemi.
Warga Bantu Warga
Ledakan eksponensial pasien covid melumpuhkan fasilitas kesehatan. Kehabisan oksigen di sebuah rumah sakit adalah bencana dan menyisakan pengakaman tragis saat pasien kehabisan nafas. Belum lagi yang isoman di rumah, berebut tangki dan oksigen di pasaran. Stakeholder kelimpungan. Mitigasi tidak terfikirkan, kejadian tak terduga menjadi mimpi buruk.
Banyak teknokrat, ilmuwan, praktisi yang terus berbagi dan berpartisipasi sebagai responsibilitas atas carut marutnya penanganan pandemi di negeri ini sesuai kompetensinya. Suaranya sudah jauh terdengar sejak awal pandemi, tapi memang tidak didengarkan.Â
Ada Pandu Riono, Zubairi Djoerban dan dokter dokter lainnya yang aktif bersosialisasi membahasakan latar medis dalam rangka membelajarkan masyatakat terkait covid, hidup sehat  dan edukasi menyikapi pandemi. Ada Fahem Younus, MD, dari USA yang turut prihatin pandemi di Indonesia lalu mentranslate sendiri chat dengan google translate, hanya agar pesannya bisa sampai ke rakyat Indonesia.
Yang menarik, atas inisiatif beberapa individu, puluhan organisasi sosial kemasyarakatan akhirnya memadukan diri dengan menghadirkan portal wargabantuwarga.com, gerakan yang mengkurasi berbagai informasi bantuan mengenai COVID-19 & hotline untuk membantu warga yang sedang kesulitan.Â
Portal yang berperan sebagai media center bagi siapapun yang membutuhkan informasi cepat di seluruh Indonesia. Portalnya berisi (1) Situs atau Kontak Penting Terkait COVID-19, (2) Daftar Kontak Fasilitas dan Alat Kesehatan per Provinsi, (3) Laman Edukasi COVID-19, dan (4) Donasi untuk Warga Terdampak.
Banyak organisasi dan individu yang kemudian terlibat dan turut bergabung. Bahkan relawan seluruh Indonesia juga berbondong-bondong mendaftar.
Kemarin angka kematian mencapai rekor, diatas 2000 jiwa tak tertolong, bahkan mungkin yang belum sempat tertangani. Pergi dalam kesunyian. Orang orang budiman menjadi harapan. Yang digerakkan oleh nurani bukan atas dasar kepentingan pribadi dan ambisi.
Orang orang budiman seperti inilah yang layak menjadi wakil rakyat, yang peduli akan nasib rakyat kecil dan masyarakat kalangan bawah secara jujur dan tanpa pamrih. Saat dalam masa sulit beginikah, rakyat Indonesia meneropong calon-calonnya yang akan menarik haluan kemana bangsa ini diarahkan. Tidak saat kampanye pemilu.
Terimaksih orang-orang budiman.
alifis@corner
280721 08:41
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H