Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Algoritma Emosional dan Kebenaran di Balik Catur Dewa Kipas

17 Maret 2021   13:18 Diperbarui: 17 Maret 2021   13:26 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewa Kipas vs GothamChess (detik.com)

"Dewa Kipas Langgar Fair Flay", tulis salah satu koran nasional, dan

"Drama is over, the truth is out", twit GothamChess 2 hari yang lalu untuk mengkonfirmasi followernya juga memuaskan kata hatinya.

Entah kapan opini akan terus digulirkan. GothamChess tidak akan pernah menerima kekalahan ini. Kredibiltasnya sudah terlalu besar. Harga diri dan martabatnya sudah begitu tinggi. Kekalahan ini melukainya. Responnya akan terus mengalir untuk membantah kekalahan itu, dengan logika argumentasi ataupun dengan emosi. Klarifikasi awal via anak Dewa Kipas pun tidak berarti, aliran kegundahan akan terus terbawa.

Algoritma Kebenaran

Jika Dewa Kipas benar-benar jujur, maka opini yang terjadi adalah membenturkan kebenaran versus kebenaran. Kebenaran nyata yaitu pengakuan main jujur Dewa Kipas dan bukti  video streaming kemenangan Dewa Kipas. Dan kemenangan argumentasi GothamChess yang dibackup algoritma sistem Chess.com dan justifikasi yang dikuatkan oleh pelaku dan institusi catur resmi di seluruh dunia. Kedua kebenaran ini relatif dari sudut pandang manusia, keduanya didesain oleh manusia.

Kebenaran Dewa Kipas terungkap langsung dari klarifikasinya. Itu sudah terjadi. Entah dilain hari. Kebenaran GothamChess adalah kebenaran asumsi dilandaskan pada algoritma kebenaran sistem Chess.com untuk mendeteksi kecurangan. Repotnya Chess.com tidak pernah mengungkap algoritma untuk mendeteksi kecurangan, termasuk dalam kasus blokir yang menimpa Dewa Kipas. Namun netizen masih bisa mengecek data permainan Dewa Kipas di Chess.com yang bersifat publik.

Akurasi Dewa Kipas Februari (SCUA TV - Youtube)
Akurasi Dewa Kipas Februari (SCUA TV - Youtube)

Akurasi Dewa Kipas Maret (SCUA TV - Youtube)
Akurasi Dewa Kipas Maret (SCUA TV - Youtube)

PB Percasi membedah data grafik permainan Dewa_Kipas selama bermain di Chess.com. PB Percasi menemukan ada kejanggalan dalam grafik permainan dan akurasi langkah Dewa_Kipas terutama pada perode 22 Februari sampai 2 Maret 2021. Kejanggalan yang dimaksud adalah grafik permainan Dewa_Kipas yang stabil di puncak dengan persentase rata-rata akurasi langkah mencapai 90 sampai 99 persen. Menurut PB Percasi, data itu tidak normal karena grafik permainan pecatur hebat sekalipun pasti naik turun dengan batas bawah dan atas rata-rata akurasi langkah pasti lebar (Kompas.com)

Kebenaran Dewa Kipas mungkin dinilai lebih subjektif dibanding kebenaran objektif algoritma sistem komputer Chess.com. Dan umum diketahui definisi kebenaran ilmiah manusia diarahkan untuk melebihkan objektivitas dan meninggalkan subjektivitas. Ini sudah menjadi asumsi mendasar. Tetapi dikembalikan pada sistem kebenaran sistem Chess.com, tidak boleh juga dikatakan kebenaran mutlak. Jangan salah, kode algoritma kebenaran itu sendiri bersumber dari pemikiran dan logika manusia. Parameter atau variabel yang dijadikan rujukan diputuskan dan diprogram secara kuantitatif dan kualitatif oleh logika manusia yang kerangka dasarnya subjektif. Penyimpangan dari algoritma kebenaran sistem komputer dijustifikasi sebagai error.  Anomali dari pola data yang normal dan lazim adalah keliru, salah.

Programmer menggunakan Computation Thinking (CT) atau berfikir komputasi sebagai pendekatan  penting dalam pengembangan aplikasi komputer. Bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk mendukung pemecahan masalah disemua disiplin ilmu, termasuk Humaniora, Science, Technology, Engineering, dan Matematika (STEM). Tak terkecuali juga dalam pengembangan algoritma kebenaran mendeteksi kecurangan pada sistem Chess.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun