Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Algoritma Emosional dan Kebenaran di Balik Catur Dewa Kipas

17 Maret 2021   13:18 Diperbarui: 17 Maret 2021   13:26 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewa Kipas vs GothamChess (detik.com)

Dewa Kipas tidak bisa lagi rebahan sambil main catur di Chess.com. Atas nasib yang menimpanya, menuai simpati dari netizen Indonesia. GothamChess, Chess.com dibully habis-habisan. Netizen Indonesia yang digelari 'paling tidak sopan' se Asia Tenggara oleh Microsoft di tajuk 2020 Digital Civility Index (DCI), tidak peduli. Jangan tanya militansi netizen Indonesia. Dayana, Miss New Zeeland, Microsoft, bahkan negara Vanuatu sudah pernah merasakan dibully gara-gara menyinggung netizen Indonesia.

Fenomena netizen Indonesia yang tidak sopan di dunia maya, termasuk menyikapi Catur Dewa Kipas ini memprihatinkan. Ujaran kebencian menjadi faktor yang memprihatinkan karena jika digabung dengan hoax, dan penipuan mencapai 74%. Kultur masyarakat yang dikenal ramah tamah dalam menyambut warga negara lain saat berkunjung ke Indonesia, berbeda 180 derajat ketika berperilaku di dunia maya. Ini mungkin lebih disebabkannya gagapnya moralitas dan etika netizen Indonesia dalam berinteraksi di dunia maya, yang jauh berbeda dengan di kehidupan sehari-hari. Disamping itu rasionalitas berfikir menjadi lebih lambat dibanding respon emosi dalam memahami berbagai sumber informasi di media maya.    

Algoritma emosional, terjadi ketika proses berfikir oleh neokorteks lebih lambat daripada amigdala. Daniel Goleman dalam bukunya, Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ (kecerdasan emosional: mengapa dapat lebih berarti daripada IQ) mengenalkan istilah Pembajakan Amigdala untuk mendeskripsikan respon emosional orang-orang yang bereaksi secara seketika dan di luar ukuran kewajaran terhadap stimulus yang sebenarnya, karena hal tersebut lebih jauh, telah memicu ancaman emosional secara signifikan. Pengalaman yang terekam di dalam hipokampus memberitahu amigdala bahwa stimulus tersebut merupakan situasi yang memerlukan reaksi fisiologis pertahanan diri dari ancaman bahaya, maka amigdala memicu HPA (hypothalmic-hipofisis-adrenal) aksis dan membajak otak rasional. Aktivitas emosional otak ini memproses informasi beberapa milidetik lebih awal dibandingkan otak rasional (Wikipedia). Artinya informasi dari otak rasional neokorteks menjadi tidak berarti karena lebih lambat direspon.Emosi sudah terlanjur tercetuskan.

Podcast Deddy Corbuizer pun jadi ajang klarifikasi dari Dewa Kipas yang mengaku 'polos' aplikasi dunia maya, mengaku tidak bertindak cheat apalagi dibantu engine. Candu 'hasrat' selama 3 minggu di catur online mampu meningkat pesat hingga akurasi 93,5% berkat hafalan 'strategi' dan 'bangunan karakter' selama berlatih dengan bot Deep Shredder. Hal ini menjadi debatable, karena tidak logis, belajar catur butuh puluhan tahun, bahkan 20 tahun seperti yang dialami Irene Kharisma Sukandar, GM Wanita Indonesia. Surat terbuka pun dilayangkan,

"Saya gundah hati. Kejadian ini merugikan banyak pihak dan popularitasnya tidak sebanding dengan rasa malu teman-teman pecatur profesional di mata dunia internasional. Citra positif dan prestasi yang dibangun untuk tanah air sirna oleh pemberitaan yang negatif"

"Ayok diluruskan agar tidak berimbas terlalu dalam bagi kami patriot-patriot catur Indonesia", yang akhirnya hari ini akan juga berbicara di podcast Dedy Corbuizer. GothamChess pun mendukung langkah Irine.

Setelah Jumat 12 Maret 2021, PB Percasi menggelar konferensi pers via zoom bertajuk Edukasi Catur Online dan Problematikanya dengan narasumber Eka Putra Wirya (Dewan Pembina PB Percasi), Kristianus Liem (Kabid Pembinaan dan Prestasi PB Percasi), Hendry Djamal (Komisi Catur sekolah PB Percasi), GM Susanto Megaranto (atlet catur), IM/WGM Irene Kharisma Sukandar (atlet catur), serta MN Heri Darmanto, MKom, PN, NI (pengamat catur) (dilanjutkan klarifikasi Irine K Sukandar di podcast Dedy Corbuizer hari ini membuat kasus ini tuntas ?

Menurut saya, TIDAK !. 

Kecuali Dewa Kipas ternyata berbuat curang dibantu cheat engine dan mengaku telah berbuat curang. Maka kasus ditutup dengan kemenangan hegemoni ELO dan struktur piramida profesionalitas percaturan. Ini akan melegakan GothamChess, PB Percasi, Para WGM, GM. Master resmi yang terdaftar, beserta pendukungnya bahwa pola organisasi, proses rekrutmen, dan output dari pengakderan sudah berjalan dengan benar. Kredibilitas dan Citranya terpulihkan.

Tetapi jika Dewa Kipas memang benar bermain jujur, klarifikasi bentuk apapun hanya seperti bumbu yang tidak bermakna. Anomali ini menjadi cerita 'unik' yang tidak akan terhapus waktu. Kalaupun kejadian ini kemudian terkubur seiring waktu, tetap tidak akan pernah benar-benar lenyap. Kejadian ini telah membekas di benak GothamChess, para pegiat catur Indonesia, dan catatan digital abadi di dunia maya atas eksistensi Dewa Kipas.

GothamChess : Drama is Over, The Truth is Out (twitter.com)
GothamChess : Drama is Over, The Truth is Out (twitter.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun