Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kisah Dosen: Antara Tensi dan Vaksinasi

12 Maret 2021   20:25 Diperbarui: 14 Maret 2021   07:39 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau vaksinasi untuk virus covid, wajar dong dosen berdebar-debar, kan belum pernah belajar. Virus yang sangat misterius. Vaksinasi juga baru sekali ini doang. Nah yang vaksinasi yang kedua, insya Allah tidak berdebar.

Jangan berdebat dengan mereka. Selalu ada argumentasi dan selalu menang sendiri. Itulah dosen, termasuk tentang tensi dan vaksinasi.

Saat saya giliran ditensi, saya berujar duluan ke anak muda perawat jaga,

"Wahh, saya agak tegang. Sepertinya tensi naik"

Dianya hanya senyum sambil mencatatkan sesuatu di kertas kecil, yang dibaliknya kemudian dituliskan Nomor phone saya. Hanya sekitar 5 menit, setelahnya diminta untuk antri entri data kertas kecil tadi, di loket lain. Loketnya masih di depan antrian yang kursinya berjejer-jejer  dengan keriuhan obrolan disela sela suara panggilan nomer antrian untuk periksa. Loket ini sebelah menyebelah dengan loket ambil data tensi. Hanya petugasnya didepan komputer.

Kali ini duduknya dideret terdepan antrian, di depan kursi-kursi antrian yang masih riuh rendah dengan obrolan. Sepertinya sampai sore pun obrolan akan tetap berlangsung sambung menyambung seiring dengan datang dan perginya orang.

Sambil duduk saya lihat tulisan dikertas kecil itu. Suhu normal. Saturasi Oksigen normal, tensi memenuhi syarat, denyut nadi 104 okelah, karena berdebar dan sedikit cemas, hahaha. Saya cari obrolan dengan rekan sebelah. 

"Tensi saya lumayan tinggi, pak berapa?", tanya saya ke pegawai FST yang akrab kukenal. 

"Lumayan tinggi" ujarnya. Saya lihat 161 mmHg. Wah iya betul. Lebih tinggi dari saya. Sebelah saya lagi duduk dua Doktor senior saya, di prodi yang berbeda. 

Ketika salah satu pak Doktor  menyebutkan tensinya 154 mmHg. Pak Doktor satunya menimpali,

"Ini mengantri vaksinasi, udah cemas duluan. Akibatnya naik semua tensi". Dan yang tidak saya ketahui, ternyata tensi beliau juga tinggi, sehingga sempat diminta istirahat sejenak untuk dites lagi. Kalau sudah turun, maka bisa berlanjut untuk desk selanjutnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun