Perubahan itu Keniscayaan
Tak dapat dipungkiri, makin kentalnya pemanfaatan teknologi di semua sektor kehidupan termasuk di dunia pendidikan, tidak terlepas dari revolusi dunia digital.Â
Kita diingatkan pada jargon era pertengahan 90-an "cukup dengan sentuhan satu jari" sebagai gambaran makin pesatnya teknologi digital menggantikan teknologi analog.Â
Usangnya teknologi tabung dioda bergulir ke teknologi mikro yang kemudian segera tergantikan teknologi nano yang mentrigger lahirnya inovasi perangkat paling populer saat ini, smartphone.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, metode pendekatan dalam proses pembelajaran juga berubah. Dari gaya klasik yang menempatkan dosen sebagai pusat pembelajaran bergeser menjadi mahasiswa sebagai pusatnya (SCL, Student Center Learning).
Dengan semakin adaptifnya penerapan perangkat teknologi komunikasi dan informasi di dalam proses pembelajaran, disinilah mahasiswa memiliki keleluasaan dalam menentukan gaya belajarnya. Tidak lagi tergantung pada satu sumber dosen, tetapi banyak sumber belajar.
Kuliah Online di Tengah Pandemi
Wabah Covid-19 yang awalnya terdeteksi di kota Wuhan, China di akhir Desember 2019, akhirnya menyebar secara bergelombang menerpa negara-negara di dunia. Hampir semua sektor merasakan akibatnya.Â
Dunia pendidikan tinggi yang sedang terkaget-kaget, tergagap meraba mencari arah dan pegangan dengan didengungkannya "Kampus Merdeka" oleh pak Menteri Nadiem Makarim, menjadi  salah satu institusi yang cepat tanggap mengantisipasi penyebaran wabah dengan menutup kampus.Â
Jujur, pandemi Covid-19 menjadi ujian pertama sistem pendidikan tinggi di tiap kampus, siap tidak menerapkan sistem manajemen virtual.
Meniadakan tatap muka kuliah klasikal di kampus, menjadi kuliah online atau daring sejak pekan kedua Maret 2020. Sekali lagi, siap tidak siap. Banyak yang tergagap, ada yang kebingungan mencari format, ada pula yang beraksi minimalis. Namun, sebaliknya banyak yang termotivasi.