Masker itu belagu
Orang-orang berjalan cepat, enggan bertemu
Menutup rapat lobang hidung, mulut dan dagu
Entah kenapa, berjalan menjauh seakan saudara jauh
Tak terlihat lagi senyum gigi seri atau terbahak riuh
Tak mau dirangkul, didekati padahal kerabat dekat
Orang mulai melipat pantat duduk memadat
Repot, mengharap akrab manusia robot
Sanitizer kekasih baru
Dekap erat seperti handphone penyesat
Pagi siang senja, temaram menyapa
Tak terlupa mengelus tangan hingga rata
Wabah covid bikin gara-gara
Sentuhan kekasih paling lembut pun
Dicurigai dan mencurigakan
Jangan-jangan kasihnya tak tulus lagi
Kata sayang jadi alibi
Runyam dalam ketidakpastian
Rasa-rasa jadi tidak keruan
Pelajar Mahasiswa tak bahagia
Hilang sirna terkurung kebebasannya
Study From Home biadab tak beradab
Tugas Quiz silih berganti membebani
Kuliah online sekedar basa-basi
Otak berputar menggali ilmu sendri
Kapan semua usai
Bosan tak bisa berekspresi
Social distancing nyaring terdengar
Bukan urusan gue, orang-orang mengabaikan
Corona urusan kedua, perut harus dijaga
Entah kapan wabah akan sirna
Semua tak peduli, semua mau menang sendiri
Entahlah
Hari-hari sendu, ceria, biasa dan hampa
Si melankolis menumpahkan seuntai kata-kata puitis
Saudara plegmatis terdiam tanya tanpa rasa
Orang populis menyanyikan nada
Sang korelis teriak hingga serak
Sesaat kemudian mereda
Omelan tanpa suara
Meracau tak bermakna
Lalu diam.
alifis@corner
210520
#JanganMudikDulu, Chapter 1 Invasi Corona
#JanganMudikDulu, Chapter 3 Ini Belagu
#JanganMudikDulu, Chapter 4 Bijaksana Bijaksini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H