Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bersih-bersih Raga dan Jiwa Menuju Idul Fitri

19 Mei 2020   18:11 Diperbarui: 19 Mei 2020   18:23 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TIdak sekedar fisik, yang utama hati (republika.co.id)

Bersih (ber.sih): bebas dr kotoran, bening tidak keruh, tidak tercemar, tulus; ikhlas, tidak bernoda; suci, tidak dicampur dng unsur atau zat lain; asli, jelas dan rapi, habis sama sekali (KBBI)

Bersih-bersih itu sebuah proses, kerja atau usaha. Sifatnya positif, menjadi lebih baik. Maka bersih-bersih adalah upaya positif dan aktif dari bentuk kesadaran diri melakukan pembebasan atau tindakan penyucian dari segala bentuk noda, kotoran, kekeruhan, unsur-unsur pencemar.

Diri manusia, memiliki komponen yang begitu komplit. Kita sering menjumpai ungkapan yang menyebut 2 dimensi manusia yang tak terpisahkan, yaitu raga-jiwa, jasmani-rohani, lahir-batin. Hal itu mengisyaratkan bahwa dalam setiap dinamika kehidupan kedua dimensi itu saling mempengaruhi dan tidak saling berlepas diri.

Kalau mau bersih-bersih menuju Idul Fitri sayang kalau tanggung dan setengah-setengah, mengacu pada 2 dimensi diri manusia. Bersihkan raga, lingkungan hidup dan kecerdasan fisik kita. Bersihkan akal fikiran, kecerdasan spiritual dan jiwa kita. Sehingga mampu membangun struktur kecerdasan jiwa kita menjadi sehat dan kuat dan memenuhi kriteria seruan," Wahai jiwa yang tenang...". Nah, jadi bersih-bersihnya mesti komplit.

Bersih-Bersih Raga, Lingkungan Hidup dan Kecerdasan Fisik

Minggu, 2 hari lalu Pasar Anyar Bogor dalam sorotan dan menjadi viral karena masyarakat memenuhi pasar dengan berdesak-desakan, berkerumun tanpa jarak, mengabaikan protokol covid-19 dalam menyongsong Idul Fitri masyarakat. Yang memprihatinkan Bupati Arya Bima adalah bantuan sosial yang disalurkan digunakan untuk membel pakaian.

"Kalau belanja sembako kami maklumi. Tapi kalau belanja pakaian ini yang agak mengecewakan. Sudah saya katakan bahwa Lebaran tahun ini kita prihatin dulu. Kalau bantuan dari pemerintah dipakai beli baju, akan kami cabut bantuannya" (kompas.com)


Fenomena di pasar Anyar Bogor, menjadi ironi sekaligus problema sosial masyarakat kita, bagaimana memaknai Idul Fitri masih cenderung bersifat fisik semata. Baju baru sebagai wujud perubahan fisik benar, tetapi tidak memiliki signifikansi terhadap kesehatan diri dan keluarga secara keseluruhan. Justru pemanfaatan dana bantuan yang sebenarnya untuk bahan sembako dalam mempertangguh stamina dan kesehatan fisik, dihamburkan untuk baju lebaran yang tidak esensial baik di saat normal, apalagi di masa pandemi covid-19.

Ketika umat Islam menjalankan ibadah puasa dikala pandemi covid-19, itu sebenarnya bentuk ujian kecerdasan fisik. Bagaimana kita harus menjaga pola gizi makanan, tidak balas dendam dengan berlebihan memakan hidangan buka puasa, mengolahragakan tubuh dengan seimbang, mencuci tangan dan tubuh, termasuk mematuhi social distancing agar terhindar dari infeksi virus corona.

set rumah idul fitri (popbela.com)
set rumah idul fitri (popbela.com)

Diluar bulan Ramadan, setiap pribadi muslim sewajarnya tetap terjaga kebersihan diri dan lngkungannya. Menjaga wudhu setiap saat atau berwudhu setiap akan sholat 5 waktu, adalah bentuk kebersihan diri. Baju baru lebaran tidak menjamin bersih dan suci, apalagi dibeli saat pandemi. Substansinya adalah tubuh dan pakaian yang dpakai bebas dari kotoran, bersih dari kuman dan tentu suci untuk digunakan beribadah dan bermuamalah.

Selain tubuh, bersih-bersih juga dilakukan pada kediaman, rumah dan pekarangan. Penampilan sudah maksimal, tapi jangan sampai momen Idul Fitri menjadi tidak terkesan karena keadaan lingkungan yang tidak dibersihkan. Rumah berantakan, debu beterbangan, meja dan sofa kusam dan berjamur, sarang laba-laba memenuhi pojok-pojok ruangan.

Menjadi kebiasaan masyarakat, biasanya sebelum Idul Fitri selain bersih-bersih rumah dan pekarangan, juga mengecat tembok dan pagar. Seluruh anggota keluarga bahu-membahu bekerjasama dan berbagi tugas membersihkan seluruh ruang dan perabotan. Dilap, dipel, bahkan dicat ulang. Bunga-bunga disiram dan dipotong rapi. Ibu menyiapkan jajanan dan mengatur penampilan jajanan hidangan sehingga menarik dan berselera.

Penampakan fisik kediaman rumah yang lebih bersih, tertata rapi dan cerah dan penataan pekarangan yang sejuk nan indah akan mempengaruhi penghuninya untuk rileks, nyaman dan tenang. Terjaga dan terpelihara dari kotoran dan zat pencemar, bahkan mungkin lebih bersih dari bakteri, virus dan berbagi kuman.

Tetapi kebersihan yang satu ini bukan yang utama, kesempurnaan penampakan dan keindahan fisik hanyalah sarana mendapatkan kebahagiaan yang utuh. Justru yang paling utama dan sangat direkomendasikan baik dari aspek kesehatan, ajaran agama dalam rangka keselamatan dunia dan akhirat adalah kebersihan jiwa.

Bersih-Bersih Akal Fikiran, Kecerdasan Spiritual dan Jiwa

Sabda Nabi SAW, yang penting untuk di resapi yaitu tentang kebersihan hati.

Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu ialah Hati." (HR.Al-Bukhari).

TIdak sekedar fisik, yang utama hati (republika.co.id)
TIdak sekedar fisik, yang utama hati (republika.co.id)

Umat Islam dianugerahi limpahan amalan ibadah yang kesemuanya bermuara pada proses pembersihan jiwa. Ibadah syahadat, sholat, zakat, puasa, haji merupakan rukun Islam yang terkait langsung dengan pembersihan jiwa dan kesehatan spiritual, selain berdimensi lahir atau fisik.

Pada Ramadanlah umat Islam memiliki ruang jeda untuk melakukan tafakur, merefleksikan diri, dan mengendapkan batin. Menjernihkan batin dan akan meningkatkan kualitas kepribadian. Manusia yang tidak bisa mengendalikan nafsunya, hanya akan menjadi pribadi yang egois, perusak alam, dan pengejar kekuasaan untuk memuaskan nafsu belaka.

Alat pembersih jiwa saat berpuasa adalah ikhlas, sebagai ibadah yang sangat pribadi antara hamba pada Sang Pencipta, Allah SWT. Bersih-bersih jiwa, berarti menjalankan prosedur ibadah puasa dengan menempatkan ikhlas sebagai kontrolnya saat berusaha mengendalikan dan menahan diri dari nafsu ammarah dan nafsu lawwamah diri manusia.

 Ketika ikhlas ditempatkan dan dipergunakan dengan benar, diri pribadi muslim akan menuai kebeningan batin, kejernihan dan kesejukan spiritual. Pada titik inilah, manusia merasakan nafsu yang baik, nafsu muthmainnah. Yakni, nafsu yang lembut, jernih dan menghadirkan ketenangan serta meminimalisir gelisah yang menggelayut dalam jiwa. Jika ikhlas tidak dihadirkan karena masih ada tendensi dunia, maka gagallah proses bersih-bersih jiwanya, sia-sialah nilai amalannya. Yang didapat hanya lapar dahaga dan mungkin pujian manusia.

Orang yang paling bersih hatinya dan paling suci jiwanya adalah orang yang paling banyak memahami dan mengamalkan Al Qur'an dan Sunnah Nabi SAW. Bahkan membaca dan memahami kitab-kitab para ulama yang berisi ilmu yang bersumber dari Al Qur'an dan Sunnah adalah obat untuk membersihkan kotoran hati dan jiwa manusia.

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam Surga-Ku" (QS al-Fajr : 27-28).

Ketenangan jiwa juga akan menghindarkan manusia dari fitnah keji dan sikap yang zalim. Mereka yang mencapai maqam muthmainnah, tidak akan mudah panik, cemas tak tahu arah, tidak pembuat hoak, menyebar kesesatan. Juga, tidak akan membabi-buta dalam menumpahkan pikiran sesat dan merusak kehidupan.

Di akhir Ramadan, ibadah zakat menjadi bagian integral bagaimana bersih-bersih jiwa dilakukan dalam rangka hablum minannaas, berbuat baik pada sesama selain sedekah yang sudah dilakukan selama Ramadan. Puncaknya di malam Idul Fitri mengagungkan Allah sebagai representasi hablum minallah, kedekatan vertikal seorang hamba pada Allah SWT.

Smoga semangat bersih-bersih diri, bersih-bersih jiwa selama Ramadan dan menuju Idul Fitri, konsisten melekat dalam rutinitas keseharian diri kita, menjadi life style gaya hidup muslim yang modern bahkan seterusnya sampai usia membatasi ruang gerak di dunia.

Salam bersih-bersih.

alifis@corner

190520


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun