Selain tubuh, bersih-bersih juga dilakukan pada kediaman, rumah dan pekarangan. Penampilan sudah maksimal, tapi jangan sampai momen Idul Fitri menjadi tidak terkesan karena keadaan lingkungan yang tidak dibersihkan. Rumah berantakan, debu beterbangan, meja dan sofa kusam dan berjamur, sarang laba-laba memenuhi pojok-pojok ruangan.
Menjadi kebiasaan masyarakat, biasanya sebelum Idul Fitri selain bersih-bersih rumah dan pekarangan, juga mengecat tembok dan pagar. Seluruh anggota keluarga bahu-membahu bekerjasama dan berbagi tugas membersihkan seluruh ruang dan perabotan. Dilap, dipel, bahkan dicat ulang. Bunga-bunga disiram dan dipotong rapi. Ibu menyiapkan jajanan dan mengatur penampilan jajanan hidangan sehingga menarik dan berselera.
Penampakan fisik kediaman rumah yang lebih bersih, tertata rapi dan cerah dan penataan pekarangan yang sejuk nan indah akan mempengaruhi penghuninya untuk rileks, nyaman dan tenang. Terjaga dan terpelihara dari kotoran dan zat pencemar, bahkan mungkin lebih bersih dari bakteri, virus dan berbagi kuman.
Tetapi kebersihan yang satu ini bukan yang utama, kesempurnaan penampakan dan keindahan fisik hanyalah sarana mendapatkan kebahagiaan yang utuh. Justru yang paling utama dan sangat direkomendasikan baik dari aspek kesehatan, ajaran agama dalam rangka keselamatan dunia dan akhirat adalah kebersihan jiwa.
Bersih-Bersih Akal Fikiran, Kecerdasan Spiritual dan Jiwa
Sabda Nabi SAW, yang penting untuk di resapi yaitu tentang kebersihan hati.
Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu ialah Hati." (HR.Al-Bukhari).
Umat Islam dianugerahi limpahan amalan ibadah yang kesemuanya bermuara pada proses pembersihan jiwa. Ibadah syahadat, sholat, zakat, puasa, haji merupakan rukun Islam yang terkait langsung dengan pembersihan jiwa dan kesehatan spiritual, selain berdimensi lahir atau fisik.
Pada Ramadanlah umat Islam memiliki ruang jeda untuk melakukan tafakur, merefleksikan diri, dan mengendapkan batin. Menjernihkan batin dan akan meningkatkan kualitas kepribadian. Manusia yang tidak bisa mengendalikan nafsunya, hanya akan menjadi pribadi yang egois, perusak alam, dan pengejar kekuasaan untuk memuaskan nafsu belaka.
Alat pembersih jiwa saat berpuasa adalah ikhlas, sebagai ibadah yang sangat pribadi antara hamba pada Sang Pencipta, Allah SWT. Bersih-bersih jiwa, berarti menjalankan prosedur ibadah puasa dengan menempatkan ikhlas sebagai kontrolnya saat berusaha mengendalikan dan menahan diri dari nafsu ammarah dan nafsu lawwamah diri manusia.
 Ketika ikhlas ditempatkan dan dipergunakan dengan benar, diri pribadi muslim akan menuai kebeningan batin, kejernihan dan kesejukan spiritual. Pada titik inilah, manusia merasakan nafsu yang baik, nafsu muthmainnah. Yakni, nafsu yang lembut, jernih dan menghadirkan ketenangan serta meminimalisir gelisah yang menggelayut dalam jiwa. Jika ikhlas tidak dihadirkan karena masih ada tendensi dunia, maka gagallah proses bersih-bersih jiwanya, sia-sialah nilai amalannya. Yang didapat hanya lapar dahaga dan mungkin pujian manusia.