Mohon tunggu...
irzall
irzall Mohon Tunggu... Lainnya - Civil servant

solo traveller, coffee addict

Selanjutnya

Tutup

Trip

Solo Trip (Budget Murah) Ke Labuan Bajo

12 Oktober 2024   01:33 Diperbarui: 12 Oktober 2024   01:35 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Haloo Travelers...!!!

Orang gila mana yang kepikiran mau liburan 4 hari jelang jadwal trip tanpa perencanaan. Ya, Itu adalah saya.

Sudah lama vakum menulis blog. Apalagi, tentang solo backpacking. Selain karena sudah lebih dari satu tahun rehat solo backpacking, terkadang juga diri ini diliputi penat yang berkepanjangan, hingga membuat saya malas untuk menulis blog yang akhirnya merembet ke"buntu"an pikiran. Saya sejatinya bukan seorang penulis handal, tetapi hanya suka menulis. Maklum, masih amatir, jadi menulis hanya untuk menyederhanakan isi pikiran yang rumit, mencurahkan isi kepala dan pikiran kedalam coretan. Tak ada salahnya menuangkan kemelut yang bergelayut di pikiran kedalam tulisan. Tulisan tersebut dapat dibaca kembali atau disimpan sebagai arsip pribadi. Dengan mengungkapkan apa yang ada dalam hati setidaknya bisa mengurangi stres dan menghasilkan sebuah tulisan.

Oke gaess, kita balik ke topik. Awal rencana, saya dan dua teman kepikiran mau trekking ke Gunung Agung (Bali). Sayangnya setelah beberapa bulan berlalu dengan pelbagai kendala dan pertimbangan, terutama dikarenakan tiket pesawat yang masih mahal dan juga salah satu teman saya kembali akan berangkat untuk berlayar lagi alhasil, untuk trekking ke Agung kita pending (baca: gagal). Bingung karena sudah terlanjur ingin jalan di tahun ini, saya memilih banyak destinasi untuk menggantikan trekking Gunung Agung yang gagal.

Meskipun saya masih dalam proses merangkai rencana ngebolang untuk tahun depan, rasanya kini saya sudah sangat-sangat membutuhkan liburan singkat. Sebuah keinginan yang sudah membuncah tersebut membuat saya memutuskan solo trip singkat ke Labuan Bajo, Flores (NTT). Akhirnya, Hari Rabu pagi tanggal 21 Agustus 2024, sayapun membeli tiket pelni jurusan Makassar-Labuan Bajo. Saya issued tiket kapal laut 4 hari sebelum keberangkatan spontan bahkan tanpa itinerary sekali pun. Ada ungkapan yang bilang kalau unplanned trip is the most memorable one, dan ternyata itu benar adanya untuk trip saya ke Labuan Bajo kali ini.

Tidak, saya tidak mengajak siapapun, karena selain tidak akan ada teman yang mau diajak dadakan, well, saya juga tidak punya banyak teman dekat yang suka travelling. Traveling kok sendirian? Apa nggak kesepian tuh waktu di jalan? Aman gak traveling sendirian? Serunya Dimana? Pertanyaan senada ini kerap kali dilontarkan ke saya. Liburan tak harus selalu bersama teman atau keluarga. Terkadang solo traveling sendirian bisa jadi sangat berkesan dan seru. Melakukan solo traveling sebetulnya sangat menyenangkan karena dapat memberikan kesempatan untuk menjelajah secara bebas. Akan ada saja kisah seru dan tak terduga saat solo trip. Rasanya, tak ada momen liburan yang berjalan biasa saja. Selain itu, kamu juga dapat menemukan adanya kebebasan dan kesempatan untuk bisa mengenal diri dengan lebih baik.

Setelah melalui perjalanan laut kurang lebih 17 jam, sayapun menjejakkan kaki di Pulau flores tersebut, Setibanya di Labuan Bajo waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang dan saya belum memilih tempat menginap sama sekali. Sayapun bergegas turun dari kapal laut dan memutuskan untuk jalan-jalan di Kawasan Marina Waterfront. Sambil menikmati segelas kopi yang saya beli dari penjaja minuman di kawasan pelabuhan sembari searching hotel.

Karena hari sudah semakin terik sayapun langsung menghabiskan kopiku dan bergegas berlalu meninggalkan kawasan pelabuhan menyusuri jalan Soekarno Hatta dengan mengandalkan google maps untuk menuju lokasi hotel sambil mengeksplore ruas ruas jalanan kota Manggarai. Suasana jalan raya di pusat keramaian labuan bajo hari itu terlihat lenggang dari kendaraan, suasananya pun nyaman, udara juga sejuk meski matahari terik. terlihat banyak ojek yang lalu Lalang sembari menawarkan tumpangan kepada traveler atau turis termasuk saya. Saya hanya membawa daypack kecil, jadi cukup nyaman untuk berjalan santai di sekitaran jalan utama di Labuan Bajo tersebut.

Tidak kerasa perut mulai bergejolak ngasih sinyal untuk diisi, akhirnya saya memutuskan untuk mampir makan siang di salah satu angkringan di samping dermaga kampung ujung. Saya memesan nasi beserta lauknya plus kopi hitam khas Manggarai cuma 20rb-an aja udah cukup kenyang.

Sehabis menyantap makanan yang saya pesan, saya memutuskan untuk langsung menuju hotel tempatku akan menginap. Ternyata lokasi hotel yang sudah saya booking jaraknya hanya puluhan langkah jalan kaki dari angkringan tempat saya makan.

Tak perlu khawatir mencari penginapan di Labuan Bajo. Di jaman serba aplikasi ini, untuk mencari penginapan sangat mudah dengan harga yang terjangkau menyesuaikan budget. Salah satu alternatif penginapan yang bisa Anda coba adalah Siolai Hotel yang terletak di Kampung Ujung. Untuk kamarnya sendiri ada dua pilihan tipe kamar fan dan ac, kamar mandi dengan shower, closet duduk. Bagunan hotel ini memiliki 3 lantai dan masih terbilang baru. untuk kamarnya sendiri, menurutku sudah cukup luas dan nyaman. kamar mandinya bersih meskipun airnya sedikit terasa asin. Bagi saya penginapan yang dituju cukup untuk mandi dan beristirahat saja sehingga tidak perlu mematok jenis penginapan dengan fasilitas mewah. lagipula, rencananya sebagian besar waktu kuhabiskan untuk jelajah dan mengeksplore, jadi untuk kamar yang disediakan menurutku sudah lebih dari cukup. Disisi lain saya bukan tipe orang yang harus nginap di hotel dengan fasilitas mewah. Bagi saya asal bersih, rapi dan nyaman aja.

Selain ekonomis, saya memilih nginap disini karena hotelnya cukup rapi, bersih dan nyaman plus dapat sarapan juga. Mudah dijangkau serta akses kemana-manapun cukup mudah selain itu lokasinya dekat dengan Atm, pusat kuliner, pasar malam, Roxy dan staff nya ramah. Lokasi sangat strategis. Pokoknya, kalau mau sailing ke komodo tinggal melipir dikit ke dermaga.

Setelah istirahat sebentar di kamar, sambil beres-beres. Gak kerasa ternyata hari udah mulai sore. Akhirnya saya kemudian bergegas untuk mandi dan ganti baju. Sore sekitar pukul 17:00 WITA saya memutuskan untuk jalan-jalan. Tempat pertama yang menjadi tujuanku yaitu ke dermaga kampung. Supaya terasa lengkap, tak lupa saya memesan segelas kopi khas manggarai sebagai kawan nongkrong sambil menikmati pemandangan matahari terbenam. Puas menghabiskan waktu senja dan menikmati sunset di dermaga Kampung Ujung saya lanjut untuk jalan-jalan memutari kota Manggarai Barat hingga malam.

Mendekati jam makan malam, saya kembali menuju salah satu stand yang ada di pusat Kuliner Kampung Ujung Salah satu spot wisata kuliner Seafood yang paling terkenal di Labuan Bajo. Tiap sore sampai malam kawasan ini ramai oleh turis dan warga yang ingin menikmati pemandangan matahari terbenam. First impression saya buat pusat kuliner di kampung ujung ini, tempatnya lumayan nyaman, Kursi dan meja yang terbuat dari kayu tertata dengan rapi. Kita tinggal memilih meja, terdapat berbagai stand yang berjejeran di sepanjang jalan di area tersebut. Disini ada berbagai macam jenis olahan seafood. tipenya adalah warung tradisional pinggir jalan jadi jangan lupa tanya harga dulu dan jangan lupa untuk menawar harga terlebih dahulu sebelum memesan.

Tidak terasa malam makin larut, sayapun beranjak untuk kembali ke hotel dengan jalan kaki. Sesampai di hotel, saya langsung googling penyedia jasa open trip yang full/One day Trip sailing Komodo dengan itinerary Pulau Padar, Pulau Komodo, Manta Point, dan Pink Beach. Alhasil saya temukan satu yang agak worth it di budget saya dan biayanya pun sesuai dengan referensi yang banyak saya dapatkan dari youtube dan Instagram. Singkat cerita, saya akhirnya memutuskan untuk ikut tour ini. Untuk one day trip sailing Komodo yang saya ikuti ini termasuk murah hanya 600K/pack untuk 4 destinasi tersebut plus makan siang, snack, kopi atau teh sepuasnya selama trip, unlimited water complimentary, serta perlengkapan snorkeling. Praktis dan ekonomi, tidak ribet tinggal bayar di Lokasi meeting point terus berangkat. Meeting pointnya pun dekat dari hotel tempat saya nginap, hanya jalan beberapa langkah.

Jam 5 subuh saya sudah prepare menuju Lokasi meeting point di dermaga kampung ujung. Di dermaga saya ketemu orang lain yang ikut opentrip sama kaya saya, dan kita langsung akrab. Namanya juga open trip, pastinya ketemu orang-orang baru ya kan? Ini jadi kesempatan buat perluas networking, dapat teman baru, pengalaman dan bahkan pengetahuan baru. Biasanya pas join open trip dari pihak penyelenggara sudah ada itinerary alias rencana perjalanannya. Mulai dari akomodasi, tempat ngumpul atau meeting poin, kapan, dan kemana, destinasi, sampe jam makan sudah diatur. Jadi kita tinggal ikutin activity sesuai itinerary.

 Setibanya di meeting point yang saya lihat hanya beberapa bule dari berbagai negara dan 3 orang Indonesia asal Bali dan Bayuwangi. Ekpetasi saya, yang saya pikir peserta trip ini di dominasi oleh traveler setanah air, tau-tau peserta trip ialah WNA dari berbagai negara. ada perasaan tensin dan insecure. Jujur, ketika sampai di Lokasi meeting point. Ada rasa minder ketika ingin ngobrol dalam bahasa Inggris. Saya takut diacuhkan atau tidak dianggap. Alhamdulillah semuanya unexpectedly lancar dan bahkan saya dapat satu teman jalan bareng yang lucu dan seru yang berasal dari Francis.

Tetapi, ada saja momen miskomunikasi / lucu / aneh yang diakibatkan keterbatasan bahasa.  Saya kadang kala harus menggunakan Bahasa isyarat dan google translate saat berkomunikasi dengan dia. Dari awal, saya sudah tahu, banyak rumor mengatakan bahwa orang Perancis memang cenderung enggan berbahasa Inggris. Jadi ya saya tidak berekspektasi tinggi. Rumor ini terbukti bahkan sejak sebelum berangkat ke destinasi pertama. Saya pun diajak berkomunikasi dengan google translate ketika bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Perancis yang saya tidak mengerti sama sekali. Manusia diberikan insting untuk survive jadi tidak usah khawatir. Alhamdulillah komunikasinya lancar despite this language barrier. Terima kasih, google translate.

Walaupun struggle bahasa lumayan dirasakan selama perjalanan diatas di boat yang kami tumpangi, saya sebetulnya tidak terlalu merasa kesulitan dalam beraktivitas karena menurut saya, orang Perancis itu suka menolong dan peka jika ada orang lain kesusahan terlepas dari kendala bahasa. Saya sering kali dibantu orang Perancis ini ketika mati kutu tidak bisa menggunakan mini tripod untuk mengambil gambar diatas boat yang bergoyang. Merci!

Jam 05.30 pagi sesuai itinerary yang di buat pihak penyelenggara untuk ngumpul di meeting poin. Peserta open trip berkumpul lengkap tidak ada yang kurang. Setelah Briefeing danb diberikan Gambaran to do list dalam itinerary, baca doa, selanjutnya ialah perjalanan menuju destinasi pertama yaitu pulau Padar. Pulau Padar adalah pulau terbesar ketiga di Taman Nasional Komodo setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Pulau Padar bisa ditempuh dengan estimasi perjalanan kurang lebih 4 jam menggunakan kapal pinisi. Pulau Padar juga bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam dengan menggunakan kapal wisata jenis speed boat dari Pelabuhan Labuan Bajo.

Pulau Padar itu destinasi impian saya untuk di kunjungi selain Taman Nasional Pulau Komodo Terletak di antara pulau Sumbawa dan Flores di provinsi Nusa Tenggara Timur, Pulau Komodo menjadi Taman Nasional Komodo, kadal terbesar di dunia yang hanya dapat ditemui di wilayah ini. Terlebih lagi Taman Nasional Komodo telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.

Sudah tidak sabar melihat cantiknya pulau padar yang eksotis itu. Di perjalanan menuju destinasi pertama cuma duduk duduk sambil menikmati kopi diatas rooftop kapal selebihnya ngobrol ngalor kidul dengan peserta lain dan anak buah kapal biar lebih akrab, dan sesekali mengambil gambar gugusan pulau-pulau yang banyak dijumpai selama perjalanan dengan kondisi kapal yang kadang bergoyang naik turun akibat gelombang. Dan akhirnya jelang pukul 9 pagi sampai juga di dermaga pulau padar, tempat kapal-kapal wisata bersandar di depan pos penjualan tiket. Jika beruntung, Anda bisa melihat gerombolan rusa di bibir pantai begitu turun dari kapal wisata. Rusa-rusa tersebut terlihat jinak. Mereka berjalan berdekatan dengan wisatawan. Tak menjauh ketika didekati.

Perjalanan tracking dari pos pintu masuk menuju puncak padar normalnya kurang lebih 45 menit. Untuk sampai ke puncak Pulau Padar, wisatawan harus treking melalui jalur yang telah ditentukan. Treking ke puncak Pulau Padar membutuhkan stamina yang memadai, sebab terdapat lima pos dan 800-an anak tangga yang harus dilewati untuk mencapai puncak pulau. Pada beberapa bagian di jalur ini, wisatawan harus melewati bongkahan batu tak ada anak tangganya. selama saya menikmati tracking sampai ke puncak Padar, pengunjung rata-rata kebanyakan berasal dari luar negeri, dan hanya segelintir orang indonesia. Ada rasa bahagia dan bangga melihat banyaknya warga asing disini, hal ini membuktikan bahwa Indonesia memang pantas dijuluki surga wisata. Perjalanan tracking naik dan turun harus tetap berhati-hati, kita juga berhadapan atau mengantri dengan pengunjung.

Setelah puas menyaksikan dan mengabadikan panorama alam Pulau Padar kedalam handphone, sayapun memutuskan untuk segera turun kembali menuju ke pos utama karena matahari semakin terik dan masih ada itinerary selanjutnya ialah Taman Nasional Komodo, Pantai Pink dan Manta Point.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun