Mohon tunggu...
Much. Irzal Ardiansyah
Much. Irzal Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Nikmati proses belajar dan mengajar

S2 Bimbingan dan Konseling- UNESA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Ilmu dan Etika Bimbingan dan Konseling

1 Desember 2021   10:16 Diperbarui: 1 Desember 2021   17:18 2482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           Menurut Gibson, R.L. & Mitchel (2011) bimbingan dan konseling berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu lain sebagai fondasinya yang bersumber dari disiplin keilmuan psikologi, seperti: psikologi pendidikan, psikologi sosial, psikologi ekologis, psikologi perkembangan. Kontribusi ilmu psikologi meliputi teori dan proses konseling, asesmen standar, teknik konseling individu dan kelompok, dan pengembangan karier serta teori-teori pengambilan keputusan. Ilmu psikologi memiliki kontribusi yang besar terhadap keilmuan bimbingan dan konseling terutama dari bidang psikologi pendidikan beserta kajian-kajiannya tentang teori belajar, pertumbuhan dan perkembangan manusia dan implikasinya bagi lingkup pendidikan.

Menurut Kartadinata (2011) menjabarkan bahwa bimbingan diartikan sebagai proses bantuan kepada individu untuk perkembangan optimum individu untuk memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri, perkembangan optimum adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi dan system nilai yang dianut. Konseling adalah proses bantuan yang dalam sejumlah literatur dipandang sebagai jantung bimbingan (counseling is the heart of guidance) karena bantuan konseling lebih langsung bersentuhan dengan masalah individu secara individual dan kelompok.

           Beberapa keterkaitan kontribusi dari sumber keilmuan terhadap ilmu bimbingan dan konseling, antara lain, pada ilmu Sosiologi berkontribusi terhadap ilmu bimbingan dan konseling dengan memahami posisi individu dalam konteks bimbingan dan konseling, dan di lembaga-lembaga sosial seperti keluarga, sekolah dan lembaga di mana individu dapat menerima layanan bimbingan dan konseling. Antropologi budaya berkontribusi untuk memahami suasana bimbingan dan konseling yang terkait dengan variabel budaya. Keragaman budaya sangat mempengaruhi kegiatan bimbingan dan konseling yang mendasari layanan bimbingan dan konseling lintas budaya. Psikologi mendukung bimbingan dan konseling dalam analisis situasi bimbingan dan konseling sebagai peristiwa tingkah laku dalam diri seorang individu. Psikologi sosial memberikan kontribusi penting untuk memahami perilaku sosial individu. Selalu ada perilaku sosial dalam bimbingan dan konseling, baik oleh konselor maupun konseli atau diantara keduanya.

           Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu sosial dasar seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi, dan psikologi sosial adalah untuk menemukan, menganalisis, dan menentukan solusi atas masalah yang dihadapi individu dalam kehidupannya. Ilmu bimbingan dan konseling adalah ilmu yang mengembangkan berbagai teori dan praktik bimbingan dan konseling dengan menggunakan metode ilmiah. Subyek utama kajian adalah esensi aktivitas, dan komunikasi antar pribadi manusia , yang memiliki aspek nilai-nilai agama, filsafat, psikologis, sosiologis, antropologis, dan budaya.

ASUMSI FILSAFAT KEILMUAN BIMBINGAN DAN KONSELING

          Tidak ada suatu filsafat umum yang mengintegrasikan semua pendekatan bimbingan dan konseling. Guru BK atau konselor harus menyadari bahwa pandangannya tentang sifat kemanusiaan tidak terlepas dari pandangannya terhadap proses layanan bimbingan dan konseling yang berdampak nyata pada pelaksanaannya. Ada beberapa aspek filsafat yang perlu dijadikan landasan dalam mengembangkan bimbingan dan konseling sebagai ilmu dan mengembangkan praktik bimbingan dan konseling. Aspek-aspek ini dijabarkan secara berbeda tergantung pada pandangan filsafat pengembang itu sendiri. Aspek-aspek itu sekurang-kurangnya mencakup: (1) hakekat manusia, (2) hakekat komunikasi, (3) hakekat kelompok (4) hakekat keluarga, (5) hakekat karir, 6) hakekat perkembangan, (7) hakekat cinta, dan (8) sistem nilai dan etika.  

         Adapun asumsi filsafat untuk membangun keilmuan bimbingan dan konseling serta menyiapkan berbagai teori dan praktik di bidang bimbingan dan konseling dijelaskan sebagai berikut:

  • Ontologi adalah  proses dan aktivitas yang direncanakan, sistematis, dan berkelanjutan yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Objek dalam bimbingan dan konseling adalah individu yang dibantu agar dapat membantu memecahkan masalahnya. Orang yang membutuhkan bantuan mengembangkan semua keunikannya dan mendapatkan bantuan dalam mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu.
  • Epistemologi adalah teori pengetahuan yang membahas secara komprehensif seluruh proses perolehan pengetahuan dan meragukan hubungan antara dua subjek antara konselor dan konseli. Bimbingan dan konseling adalah proses memperoleh pengetahuan melalui wawancara. Kegiatan ini digunakan untuk memperoleh dan memberikan berbagai jenis informasi, untuk memberikan pelatihan atau bimbingan, untuk meningkatkan kedewasaan, untuk memberikan dukungan pengambilan keputusan, dan untuk memberikan upaya penyembuhan. Konselor berusaha mengurangi jarak antara dirinya dengan konseli.
  • Aksiologis dalam Bimbingan dan Konseling merupakan untuk membantu individu memahami diri sendiri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, norma agama), mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul, dan berusaha menghindarinya., menumbuhkan lingkungan belajar yang kondusif yang digunakan untuk perkembangan siswa. Konselor memahami bahwa konseling merupakan sarat dengan nilai-nilai yang dapat menimbulkan prasangka.

ASPEK ETIKA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

          Sebagai ranah disiplin ilmu yang mandiri dan praktik, konseling memiliki aspek dan nilai etika yang dapat diwakili oleh semua praktisi konseling atau dijelaskan sebagai ahli profesional dalam ilmu psikologi dan konseling. Aspek etika  konseling dapat dibagi menjadi dua bidang antara lain: (1) aspek etika dalam hubungan konseling dalam proses terapeutik yaitu antara konselor dengan konseli; 2) aspek etika dari karakter konselor (Brammer, 1982).

Proses situasi hubungan Konseling 

  • Unik-Umum: merupakan pemahaman konselor tentang kepribadian dan faktor perilaku karakter konseli untuk mempunyai perbedaan meskipun permasalahan konseli memiliki kesamaan. Oleh karena itu, konselor tertantang dalam memahami perbedaan individu konseli dalam hal karakter dan kecenderungan psikologisnya.
  • Objektif-Subjektif: merupakan hubungan konselor dengan konseli dilihat dari objektivitas dan subjektivitas harus seimbang. Dalam etika konseling, harus seimbang antara keobjektifan konselor kepada masalah yang dibahas dengan bagaimana membangun kedekatan atau subjektivitas dengan konseli, sehingga konseli mau menceritakan permasalahan yang dirasakan.
  • Kognitif-Afektif:. merupakan tahap pembinaan dalam konseling. Keseimbangan antara kognitif dan afektif ini bermaksud dalam hal etika konselor dalam hubungan konseling, tahu kapan memperkuat konseli dari segi pengetahuan maupun dari segi memperkuat secara emosional/afektif. Pada fase ini terjadi dialektika antar konselor dan konseli.
  • Responsibilitas-Akuntabilitas: merupakan dimana konselor menerima konseli dalam hubungan konseling, maka konselor telah bertanggung jawab dengan kondisi konseli tersebut. Pada proses konseling, konselor memiliki etika hubungan tentang kondisi konseli sebelum dan sesudah konseling, maupun di luar proses konseling. Data konseli, dan kondisi konseli kedepannya dalam hubungan etika profesi adalah tanggung jawab konselor (Brammer, 1982, p. 148).

Karakteristik yang perlu dimiliki oleh seorang konselor, antara lain:

  • Keseimbangan Teknis Pribadi: merupakan kekuatan yang perlu ada dalam diri konselor, yaitu kekuatan skil interpersonal dan intra personal serta kualifikasi teknis sebagai ahli konseling/psikoterapis. 
  • Kompetensi Intelektual: merupakan kemampuan dan kecerdasarn yang dimiliki konselor sebagai pribadi yang membantu konseli. Kompetensi ini melingkupi pengalaman, ilmu pengetahuan dan kekuatan dalam kayakinan diri serta kemampuan berpikir logis filsafati.
  • Spontanitas: merupakan perilaku dan sikap konselor tidak ada yang dimodifikasi atau dikamuflasekan melainkan murni spontan dalam ekspresi wajah, senyuman, bahasa yang lembut, dan tegas, serta sikap profesional yang spontan muncul dalam diri konselor.
  • Penerimaan dan Peduli: Konselor memiliki kecenderungan peduli kepada konseli. Hal ini disebabkan kondisi konseli yang memiliki persoalan, menginginkan individu diluar dirinya memahami dirinya dan mau menerimanya. Oleh karena itu aspek etika karakter konselor harus memiliki penerimaan dan kepedulian terhadap konseli.
  • Memahami dan Empati: merupakan perasaan reaksi bagian dari konselor yang bisa membuat konseli merasakan dipahami, diterima, dam merasa lingkungan diluar dirinya mengempati kondisinya. Hal ini dilakukan agar konseli merasa nyaman dan mau menceritakan masalahnya pada konselor. Sehingga karakter etika konselor dalam memahami dan empati sangat diperlukan oleh konseli.
  • Hangat dan Interaksi Positif: merupakan aspek etika karakter yang mendukung kepercayaan dan kenyamanan konseli dalam proses konseling. Konselor harus mememiliki sikap, perilaku dan ekspresi wajah yang hangat dalam berhadapan dengan konseli.
  • Kongruen dan Transparansi: merupakan membangun kontrak dan struktur konseling terlebih dahulu, sehingga dalam proses konseling konselor yang kongruen dan transparansi akan mendapatkan kepercayaan dari konseli. Konseli diharapkan dapat ikut dengan konsep transparansi tersebut dalam menceritakan masalahnya pada konselor.
  • Fleksibel: hal ini dibutuhkan dalam hal meningkatkan keampuhan proses dan efek konseling. Dalam hal ini fleksibilitas konselor dalam sikap, tindakan, perilaku dan bahasa dalam menggunakan teknik dan kemampuan intelektual dan afektif terhadap konselinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun