A. Pendahuluan
Memasuki tahun 2017, dinamika perkembangan Kurikulum 2013 makin cepat dan signifikan, tidak hanya pada konten, tetapi juga pada implementasi proses pembelajaran dan sistem penilaian. Perkembangan ini secara yuridis didukung oleh Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, Permendikbud No. 23 tentang Standar Penilaian Pendidikan, dan Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Kerangka perkembangan kurikulum juga didukung oleh berbagai kebijakan yang dikembangkan secara nasional, yang substansinya meliputi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Kompetensi Abad 21 (4C), dan Penilaian Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Substansi perkembangan ini harus terimplementasi pada proses pembelajaran dan sistem penilaian. Implikasinya semua guru harus memahami perkembangan ini, mulai dari pemahaman secara konseptual, sampai kepada menyusun perencanaan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, sampai kepada proses penilaian pembelajaran.
Fenomena di lapangan menggambarkan perkembangan pemahaman yang beragam tentang pengimplementasian PPK, literasi, kecerdasan abad 21 (4C), dan soal HOTS.Masih terdapat pemahaman bahwa implementasi perkembangan ini dilakukan secara parsial setiap komponen. Pemahaman yang belum komprehensif ini juga dipengaruhi oleh munculnya berbaagai buku panduan tentang masing-masing komponen, dan dari lembaga yang berbeda. Contohnya, modul konsep PPK mengeluarkan contoh RPP yang mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter, tanpa menyinggung komponen lain.Â
Buku tentang panduan penyusunan RPP abad 21 (4C) juga mengeluarkan contoh RPP yang juga hanya fokus pada kompetensi abad 21 (4C). Begitu juga dengan buku panduan penyusunan soal HOTShanya fokus pada penyusunan soal HOTSsaja. Akibatnya menimbulkan kebingungan bagi guru, terlalu banyak model RPP yang harus diikuti, padahal semua komponen itu harus terintegrasi.
Dari hasil Monitoring dan Evaluasi Pendampingan Kurikulum 2013 terhadap sekolah sasaran implementasi Kurikulum 2013 di tahun 2017 yang dilaksanakan oleh LPMP Sumatera Barat pada tanggal 23 s.d. 25 Oktober 2017, diperoleh beberapa informasi penting, antara lain: (1) belum semua guru sasaran memahami konsep PPK, literasi, 4C, dan HOTSdengan baik; (2) belum semua guru sasaran mampu mengimplementasikannya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas yang begitu kompleks, tulisan sederhana ini mencoba membatasi pada pemaparan konsep PPK, literasi, 4C, dan HOTS secara sederhana, dan langkah-langkah mengimplementasikannya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Â
B. Dinamika Perkembangan Kurikulum 2013 di Tahun 2017
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Gerakan PPK merupakan gerakan lanjutan dari Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter yang telah  dimulai tahun 2010. Menghadapi perkembangan global yang memiliki dampak negatif terhadap penanaman nilai-nilai karakter, gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Dalam buku Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter (Kemdikbud, 2017) dijelaskan bahwa gerakan PPK bertujuan untuk:
- Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.
- Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadap dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.
- Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olahrasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik).
- Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter.
- Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumbersumber belajar di dalam dan di luar sekolah.
- Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).Pengembangan nilai-nilai karakter yang tahun 2010 yang lalu dikemas dalam 18 (delapan belas) nilai karakter, dalam gerakan PPK dikemas dalam bentuk nilai utama dan sub-sub nilai.Â
Nilai utama dan sub-sub nilai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Nilai Utama dan Sub Nilai PPK
No.Nilai UtamaSub Nilai1ReligiusCinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerjasama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksanakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih, dan lain-lain.2NasionalisApresiasi budaya, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragama budaya, suku, dan agama, dan lain-lain.3MandiriKerja profesional, kreatif, keberanian, keras, tangguh, tahan banting, daya juang, pembelajar sepanjang hayat, dan lain-lain.4Gotong RoyongSaling menghargai, kerjasama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, ikap empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan, dan lain-lain.5IntegritasKejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas), dan lain-lain.
Implementasi gerakan PPK mengenal mengenal implementasi berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat. Khusus yang berbasis kelas, pengimplementasiannya dikembangkan oleh guru, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Tuntutan kompetensi Abad 21 salah satunya adalah kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Oleh karena itu sekolah memiliki tanggung jawab berat untuk kembali menumbuhkan minat baca, yang semakin hari semakin menurun. Dalam Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah (Kemdikbud, 2017) dijelaskan bahwa tujuan umum dari GLS adalah untuk "Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat".Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk:
- Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah.
- Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
- Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
- Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Dalam pelaksanaannya, GLS memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya.
- Dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan kebutuhan peserta didik.
- Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum.
- Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan.
- Melibatkan kecakapan berkomunikasi lisan.
- Mempertimbangkan keberagaman.
Implementasi GLS dalam pembelajaran menuntut guru harus merancang, melaksanakan, dan melakukan penilaian yang mendukung gerakan literasi. Literasi tidak dimaknai sekadar membaca teks, tetapi juga non teks, seperti grafik, peta, gambar, gestur, dan sebagainya, namun pada tahap awal lebih ditekankan pada kemampuan membaca, dan memaknai bacaan tersebut. Dalam pembelajaran di kelas ditekankan kepada kemampuan untuk menggali berbagai sumber. Lebih jauh lagi gerakan literasi menggiring kepada kompetensi untuk memaknai informasi secara kritis, analitis, dan reflektif.
Kompetensi Abad 21
Kompetensi Abad 21 menuntut dunia pendidikan mengintegrasikan kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap Teknologi Ingermasi dan Komunikasi (TIK). Dunia pendidikan dituntut melahirkan peserta didik yang mampu menghadapi tantangan global. Tuntutan ini seiring dengan perkembangan pilar pendidikan yang dikembangkan oleh UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to be,dan learning to live together in peace.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melengkapi pilar tersebut dengan pilar yang sangat bermakna yang sejalan tujuan pendidikan nasional, yaitu "Belajar untuk memperkuat keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia".
Menghadapi tuntutan dan tangan yang begitu berat, Kemdikbud mengembangkan desain pembelajaran yang mengintegrasikan kecakapan Abad 21. Dalam buku  Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran(Direktorat SMA, 2017) dipaparkan bahwa kecakapan abad 21 yang dimaksud meliputi:
Kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical thinking and problem solving skill)Â
Kecakapan berfikir kritis dan pemecahan masalah yang dimaksud meliputi kemampuan: (a)Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan, baik induktif maupun deduktif dengan tepat dan sesuai situasi; (b)Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain dalam suatu mata pelajaran, dan keterkaitan antar konsep antara suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya; (c)Melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam mengolah data dan menggunakan argumen; (d)Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan argumen; (e)Mengolah dan menginterpretasi informasi yang diperoleh melalui simpulan awal dan mengujinya lewat analisis terbaik; (f)Membuat solusi dari berbagai bermasalahan non-rutin, baik dengan cara yang umum, maupun dengan caranya sendiri; (g)Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan; dan (i)Menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan suatu masalah.
Kecakapan berkomunikasi (Communication skills)
Kecakapan berkomunikasi dalam pembelajaran yang dimaksud: (a)Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT Literacy); (b)Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan; (c) Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi; (d)Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan terkait konten dan konteks pembicaraan; (e)Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang berlaku; dan (f) Komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi kemungkinan multibahasa.
Kreatifitas dan inovasi (Creativity and innovation)
Berkaitan dengan kreatifitas dan inovasi yang dituntut dalam pembelajaran meliputi: (a)Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasangagasan baru secara lisan atau tulisan; (b)Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda; (c)Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal; (d)Menggunakan konsepkonsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait, antar mata pelajaran, maupun dalam persoalan kontekstual; (e)Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran; (f)Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki; dan (g)Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan.
Kolaborasi (Collaboration)
Kemampuan berkolaborasi dalam pembelajaran yang dimaksud adalah: (a)Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok; (b)Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain; (c)Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda; dan (d)Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
SoalHigher Order Thinking Skills (HOTS)
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran dalam bentuk soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Soal HOTS tidak dimaknai sebagai sebagai yang sulit, tetapi secara konseptual soal-soal HOTSmengukur kemampuan:Â (a)Mentransfer satu konsep ke konsep lainnya; (b)Memproses dan menerapkan informasi; (c)Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda; (d)Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah; (e)Menelaah ide dan informasi secara kritis.
Mengacu kepada taksonomi Bloom yang telah disempurkan oleh Anderson & Krathwohl (2001), dimensi proses berpikir terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Dimensi berpikir C1 dan C2 dikelompokkan ke dalam level kognitif 1 (Low Order Thinking Skills/LOTS), C3 pada level kognitif 2 (Middle Order Thinking Skills/MOTS), dan C4 sampai C6 pada level kognitif 3 (HOTS). Soal-soal HOTS berada pada kemampuan ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
Dalam buku Penyusunan Soal HOTS(Direktorat Pembinaan SMA, 2017) dipaparkan bahwa soal-soal HOTS memiliki karakteristik sebagai berikut: (a)Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi; (b) Kemampuan yang dituntut untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).Â
Dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi juga dituntut kreativitas menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar, mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda, dan menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.
Kemampuan berfikir kritis yang dituntut haruslah berbasis permasalahan kontekstual, yaitu permasalahan situasi nyata kehidupan sehari-hari yang menjadi basis stimulus soal-soal HOTS. Peserta didik dilatih untuk menghubungkan (relate),  menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply)dan mengintegrasikan (integrate) konsep-konsep keilmuan yang dipelajari di kelas dengan kehidupan nyata keseharian. Penilaian berbasis situasi kontekstual memiliki karakteristik REACT, yaitu memilikik terkaitan dengan pengalaman kehidupan nyata (relating), ditekankan pada kemampuan menggali, menemukan, dan menciptakan (experiencing),menerapkan ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan masalah nyata kehidupan (applying),mengomunikasikan simpulan konteks masalah (communicating), dan mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi nyata (transfering).
C. Pengintegrasian Nilai-nilai Pendidikan Karakter, Gerakan Literasi, Kompetensi Abad 21 (4C), dan Soal HOTS dalam RPP
Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter, gerakan literasi, kompetensi abad 21 (4C), dan soal HOTS dalam RPP dapat digambarkan dalam pola sebagai berikut:
No.
Langkah Pengintegrasian
Komponen Pengitegrasian
PPK
GLS
Kompetensi Abad 21 (4C)
Soal HOTS
1
Analisis KD, IPK, dan materi pembelajaran.
Identifikasi nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam KD, IPK, dan materi pembelajaran
Identifikasi nilai-nilai pendidikan karakter yang dibutuhkan peserta didik.
Pilih nilai-nilai pendidikan karakter hasil identifikasi yang akan dikembang-kan dalam kegiatan pembelajaran
Identifikasi media dan sumber belajar yang dibutuhkan sesuai tuntutan KD, IPK, dan materi pembelajaran.
Identifikasi peluang penerapan kompetensi abad 21 (4C) dalam KD, IPK, dan materi pembelajaran.
Identifikasi metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran, karakteristik peserta didik, dan memberi ruang pengembang-an kompetensi abad 21 (4C).
Pilih metode/ model pembelajaran yang memberi ruang pengembang-an kompetensi abad 21 (4C).
Identifikasi level kognitif KD, IPK dan materi pembelajaran.
Jika tuntutan level kognitif KD, dan IPK dibawah level kognitif 3, tidak tertutup kemungkinan dikembang-kannya soal HOTS, dengan konsekuensi tuntaskan dulu tuntutan level kognitif KD dan IPK.
2
Rumuskan tujuan pembelajaran
Rumuskan nilai-nilai karakter yang telah dipilih dalam kalimat tujuan pembelajaran.
Rumuskan metode/model pembelajaran yang telah dipilih dalam kalimat tujuan pembelajaran.
3
Susun langkah-langkah kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup)
Gambarkan langkah kegiatan pembelajaran (sintak) yang mengembang-kan nilai-nilai pendidikan karakter.
Gambarkan langkah kegiatan pembelajaran (sintak) yang mengembang-kan gerakan literasi .
Susun langkah-langkah kegiatan pembelajaran (sintak) sesuai sintak dari metode/model pembelajaran yang telah dipilih yang memberi ruang pengembangan kompetensi abad 21 (4C).Kembangkan proses pembelajaran yang mengembang-kan kemampuan menyelesaikan soal HOTS.Â
4
Susun perencanaan penilaian proses dan akhir belajar
Susun jurnal observasi pembelajaran untuk menilai implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang telah dikembangkan selama proses pembelajaran berlangsung.
Susun soal-soal HOTS.
D. Penutup
Dinamika perkembangan Kurikulum 2013 di tahun 2017 yang meliputi pengitegrasian komponen PPK, literasi, kompetensi abad 21, dan soal HOTSmenuntut pemahaman substansi yang sangat komprehensif. Setelah substansi dipahami, selanjutnya dianalisis langkah-langkah pengimplementasian dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Khusus untuk perencanaan pembelajaran, pengimplementasian komponen PPK, literasi, kompetensi abad 21, dan soal HOTSharus tergambar dalam RPP.Â
Langkah penyusunan RPP tidak sebatas mengikuti regulasi yang ada, tetapi juga membutuhkan kemampuan analisis untuk mengintegrasikan komponen pengembangan ke dalam langkah-langkah atau sintak dalam pembelajaran, mulai dari pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Selanjutnya RPP dilengkapi dengan perangkat penilaian yang juga mengimplementasikan PPK, literasi, kompetensi abad 21, dan soal HOTS.Dengan demikian lahirlah sebuah RPP yang terintegrasi semua komponen pengembangan. Â
Bahan Bacaan
Direktorat Pembinaan SMA. 2017. Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran.Jakarta:Â Ditjen. Dikdasmen, Kemdikbud.
Direktorat Pembinaan SMA. 2017. Model Pengembangan RPP. Jakarta: Â Dirjen. Dikdasmen, Kemdikbud.
Direktorat Pembinaan SMA. 2017. Penyusunan Soal HOTS.Jakarta:Â Dirjen. Dikdasmen, Kemdikbud.
Kemdikbud. 2017. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter.Jakarta: Kemdikbud.
Kemdikbud. 2017. Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah.Jakarta: Kemdikbud.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI