Perubahan iklim (climate change) merupakan salah satu permasalahan global yang paling mendesak saat ini. Dampak perubahan iklim telah dirasakan di berbagai belahan dunia, mulai dari kenaikan permukaan laut, perubahan pola cuaca, hingga peningkatan suhu global. Menurut data dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), rata-rata permukaan air laut dunia telah naik 9 cm dalam 30 tahun, dari 1993 hingga 2023. Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk:
Pemanasan global yang menyebabkan pencairan es di kutub dan Greenland.
Perluasan volume air laut akibat pemanasan air laut.
Penurunan permukaan daratan akibat subsiden dan erosi.
Kenaikan permukaan laut merupakan salah satu dampak perubahan iklim yang paling signifikan. Kenaikan permukaan laut disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu Ekspansi Termal dan Pencairan Lapisan Es. Ekspansi termal terjadi ketika air laut menghangat dan mengembang. Suhu air laut telah meningkat secara signifikan sejak era industri, dan diperkirakan akan terus meningkat di masa depan. Pencairan lapisan es juga berkontribusi pada kenaikan permukaan laut. Lapisan es di kutub dan pegunungan telah menyusut secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, dan diperkirakan akan terus menyusut di masa depan.Kenaikan permukaan laut memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai wilayah di dunia, termasuk:
Garis pantai yang rentan terhadap banjir dan erosi.
Pulau-pulau kecil yang terancam tenggelam.
Infrastruktur yang terletak di pesisir, seperti pelabuhan, jalan, dan bangunan.
Lingkungan, seperti ekosistem pesisir dan terumbu karang.
Kenaikan permukaan laut memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk:
Banjir. Kenaikan permukaan laut menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas banjir di wilayah pesisir.
Intrusi air laut. Kenaikan permukaan laut menyebabkan intrusi air laut ke daratan, yang dapat merusak infrastruktur dan sumber daya air.
Kehilangan habitat. Kenaikan permukaan laut menyebabkan hilangnya habitat laut dan pesisir, yang dapat berdampak pada keanekaragaman hayati.
Pemindahan penduduk. Kenaikan permukaan laut dapat memaksa penduduk di wilayah pesisir untuk pindah ke tempat lain.
Dalam beberapa kajian dan analisis yang dilakukan, ditunjukkan data kenaikan permukaan laut dibeberapa wilayah di dunia pada tahun 2023:
Indonesia mengalami kenaikan permukaan air laut rata-rata sebesar 4 mm per tahun. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat kenaikan permukaan air laut tertinggi di dunia.
Amerika Serikat mengalami kenaikan permukaan air laut rata-rata sebesar 3,2 mm per tahun.
China mengalami kenaikan permukaan air laut rata-rata sebesar 3 mm per tahun.
India mengalami kenaikan permukaan air laut rata-rata sebesar 2,8 mm per tahun.
Dampak kenaikan permukaan laut di Indonesia sangatlah signifikan. Sekitar 12% wilayah Indonesia merupakan wilayah pesisir, dan populasi Indonesia yang tinggal di wilayah pesisir mencapai sekitar 60% dari total populasi. Kenaikan permukaan laut dapat menyebabkan banjir, erosi, dan kerusakan infrastruktur di wilayah pesisir Indonesia.
Lebih lanjut, perubahan pola cuaca merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim. Perubahan pola cuaca dapat menyebabkan berbagai fenomena cuaca ekstrem, seperti gelombang panas, kekeringan, banjir, dan badai. Berikut beberapa data perubahan pola cuaca di dunia pada tahun 2023:
Gelombang panas terjadi di berbagai wilayah di dunia, termasuk Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. Gelombang panas ini menyebabkan kematian dan kerusakan infrastruktur.
Kekurangan air terjadi di berbagai wilayah di dunia, termasuk Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Kekurangan air ini menyebabkan kelaparan dan konflik.
Banjir terjadi di berbagai wilayah di dunia, termasuk Asia, Amerika Serikat, dan Eropa. Banjir ini menyebabkan kerusakan infrastruktur dan pemukiman.
Badai terjadi di berbagai wilayah di dunia, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan Asia. Badai ini menyebabkan kerusakan infrastruktur dan pemukiman.
Berikut beberapa data perubahan pola cuaca di Indonesia pada tahun 2023:
Musim kemarau terjadi lebih lama dan lebih parah dari biasanya. Musim kemarau ini menyebabkan kekeringan dan kebakaran hutan.
Musim hujan terjadi lebih awal dan lebih intens dari biasanya. Musim hujan ini menyebabkan banjir dan longsor.
Fenomena cuaca ekstrem, seperti angin puting beliung dan hujan es, terjadi lebih sering dari biasanya.
Perubahan pola cuaca memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai sektor, termasuk pertanian, kesehatan, dan pariwisata. Upaya mitigasi dan adaptasi perubahan cuaca diperlukan untuk mengurangi dampak perubahan cuaca terhadap masyarakat dan lingkungan.
Selanjutnya, menurut data dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), rata-rata suhu global permukaan bumi pada tahun 2023 adalah 14,98 0C. Angka ini lebih tinggi 1,1 0C di atas tingkat pra-industri (1850-1900). Peningkatan suhu global ini disebabkan oleh aktivitas manusia yang menghasilkan gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida. Gas-gas ini memerangkap panas di atmosfer, sehingga menyebabkan suhu bumi meningkat. Peningkatan suhu global memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk:
Perubahan pola cuaca, seperti gelombang panas, kekeringan, banjir, dan badai.
Kenaikan permukaan laut, yang dapat menyebabkan banjir dan erosi di wilayah pesisir.
Perubahan ekosistem, seperti hilangnya habitat dan kepunahan spesies.
Dampak kesehatan, seperti peningkatan penyakit pernapasan dan kardiovaskular.
Kemudian dari beberapa data peningkatan suhu global pada tahun 2023, menunjukkan bahwa:
Rata-rata suhu global permukaan Bumi pada tahun 2023 adalah 14,98 0C. Angka ini lebih tinggi 1,1 0C di atas tingkat pra-industri (1850-1900).
Pada bulan Juni 2023, suhu global telah melebihi tingkat pra-industri, lebih dari 1,5 0C.
Pada bulan Juli 2023, suhu global mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.
Di Indonesia, rata-rata suhu udara pada tahun 2023 adalah 27,0 0C. Angka ini lebih tinggi 0,4 0C dari rata-rata suhu normal.
Konsep green energy (energi hijau) berbasis kemaritiman adalah konsep pemanfaatan sumber daya alam laut dan pesisir untuk menghasilkan energi yang ramah lingkungan. Konsep ini telah berkembang pesat di dunia internasional, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan dan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Negara-negara yang telah mengembangkan konsep green energy berbasis kemaritiman antara lain:
Amerika Serikat: Amerika Serikat telah mengembangkan berbagai proyek green energy berbasis kemaritiman, termasuk proyek pembangkit listrik tenaga surya di atas kapal dan proyek pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai.
China: China telah menjadi pemimpin dalam pengembangan energi angin lepas pantai.
Jepang: Jepang telah mengembangkan berbagai proyek green energy berbasis kemaritiman, termasuk proyek pembangkit listrik tenaga surya di atas kapal dan proyek pembangkit listrik tenaga pasang surut.
Norwegia: Norwegia telah menjadi pemimpin dalam pengembangan energi hidrogen berbasis kemaritiman.
Inggris: Inggris telah mengembangkan berbagai proyek green energy berbasis kemaritiman, termasuk proyek pembangkit listrik tenaga surya di atas kapal dan proyek pembangkit listrik tenaga gelombang.
Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki wilayah yang luas dan beragam, mulai dari daratan, lautan, hingga kepulauan. Untuk mengatasi dampak perubahan iklim, Indonesia perlu melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan mengembangkan konsep green energy (energi hijau) berbasis kemaritiman. Konsep ini merupakan upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam kelautan untuk menghasilkan energi yang ramah lingkungan. Berikut beberapa model konsep green energy berbasis kemaritiman yang dapat dikembangkan di Indonesia, yang juga merupakan potensi sumber daya kelautan, untuk dimanfaatkan dalam menghasilkan energi hijau, antara lain:
Energi Nuklir. Indonesia memeiliki potensi energi nuklir yang cukup besar. Berdasarkan data dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Indonesia memiliki cadangan uranium sebesar 90.000 ton dan thorium sebesar 140.000 ton. potensi energi nuklir di Indonesia mencapai 100 gigawatt (GW). Potensi ini berasal dari cadangan uranium dan thorium yang dimiliki Indonesia.
Energi Matahari. Indonesia memiliki potensi energi matahari yang sangat besar. Hal ini dikarenakan Indonesia terletak di garis khatulistiwa yang memiliki banyak sinar matahari sepanjang tahun. Indonesia memiliki potensi energi matahari yang sangat besar. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi energi matahari di Indonesia mencapai 3.295 gigawatt peak (GWp). Angka ini setara dengan 3 kali lipat konsumsi energi listrik nasional pada tahun 2023. Pada tahun 2023, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Indonesia baru mencapai 271,6 megawatt (MW).
Energi Angin. Indonesia memiliki potensi energi angin yang besar, terutama di wilayah pesisir dan laut. Indonesia memiliki potensi energi angin yang cukup besar. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi energi angin di Indonesia mencapai 154,9 gigawatt (GW). Pemanfaatan energi angin di Indonesia masih belum optimal. Pada tahun 2023, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) di Indonesia baru mencapai 157,41 megawatt (MW).
Energi Gelombang Laut. Indonesia memiliki potensi energi gelombang laut yang besar, terutama di wilayah perairan yang dangkal. Dan Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan garis pantai sepanjang lebih dari 54.710 kilometer. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi energi gelombang laut yang sangat besar. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi energi gelombang laut di Indonesia mencapai 41 gigawatt (GW). Angka ini setara dengan 40% dari konsumsi energi listrik nasional pada tahun 2023.
Energi Panas bumi. Indonesia memiliki potensi energi panas bumi yang besar, terutama di wilayah laut dalam. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi energi panas bumi di Indonesia mencapai 23,7 gigawatt (GW). Angka ini setara dengan 23% dari konsumsi energi listrik nasional pada tahun 2023. Pada tahun 2023, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Indonesia mencapai 1.930 megawatt (MW).
Energi Biomassa. Indonesia memiliki potensi energi biomassa yang besar, terutama dari limbah pertanian dan perikanan. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi energi biomassa di Indonesia mencapai 43,3 gigawatt (GW). Angka ini setara dengan 40% dari konsumsi energi listrik nasional pada tahun 2023. Pada tahun 2023, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBM) di Indonesia baru mencapai 1,9 gigawatt (GW).
Energi Hidrogen. Indonesia memiliki potensi energi hidrogen yang sangat besar, terutama di wilayah perairan yang kaya akan alga laut. Energi hidrogen dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Dalam pengembangan konsep green energy (energi hijau), terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pengembangan energi hijau berbasis kemaritiman di Indonesia:
Pemerintah perlu menetapkan target dan roadmap pengembangan energi hijau berbasis kemaritiman
Pemerintah perlu memberikan insentif dan dukungan finansial untuk pengembangan energi hijau
Pemerintah perlu mendorong pengembangan teknologi dan infrastruktur energi hijau
Swasta perlu berinvestasi dalam pengembangan energi hijau
Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan dukungan terhadap pengembangan energi hijau
Pengembangan konsep green energy berbasis kemaritiman memiliki beberapa manfaat, antara lain:
Membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Energi hijau merupakan energi yang ramah lingkungan dan tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca. Hal ini dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
Meningkatkan ketahanan energi. Indonesia memiliki potensi sumber daya kelautan yang berlimpah. Hal ini dapat membantu Indonesia meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Meningkatkan perekonomian. Pengembangan konsep green energy berbasis kemaritiman dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian.
Untuk mewujudkan konsep green energy berbasis kemaritiman, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Pemerintah perlu menyusun kebijakan yang mendukung pengembangan energi hijau, sedangkan swasta perlu berinvestasi dalam pengembangan teknologi energi hijau. Masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya energi hijau. Dengan dukungan dari berbagai pihak, konsep green energy berbasis kemaritiman dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi dampak perubahan iklim di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya