Mohon tunggu...
Irwan Syahputra Lubis
Irwan Syahputra Lubis Mohon Tunggu... Lainnya - hamba Allah; pendosa, pencinta santri dan ulama

Rezpector, pLettonic, OI, dan Kawan Fiersa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengaji bersama Serban Bang Ifit

9 Oktober 2021   17:24 Diperbarui: 10 Oktober 2021   10:43 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indra Wahyudi & Fitriadi (Bang Ifit) saat di Dayah Darul Ilham, Sawak Liek, Labuhanhaji, Aceh Selatan


***

Kemarin sore, menurut pengakuan beberapa orang yang sempat berjumpa dengan almarhum, semua berjalan dan terasa seperti biasa. Almarhum sempat menongkrong di salah satu warung kopi yang ada di Jalan Rintis, Desa Ujung, Singkil.


Menjelang magrib, almarhum bergegas dan bersiap untuk salat berjemaah dan mengikuti rutininas tawajuh setiap malam Sabtu di Pondok Pesantren Darul Hasanah Syekh Abdurrauf Singkil di Desa Kilangan. Tak lupa, almarhum mengajak beberapa orang sahabat yang dilihatnya masih duduk-duduk di warung.


Setelah sempat mengikuti pengajian sebelum Magrib, dilanjutkan dengan salat berjemaah, almarhum merasakan sakit yang begitu hebat di dadanya. Irfan, yang melihat almarhum tidak seperti biasanya, segera menuntun almarhum keluar dari masjid menuju permakaman Abuya pendiri Ponpes Darul Hasanah dan terbaring lemas di sana.


“Allah, Allah, Allah,” kata almarhum kesakitan sambil memegang dadanya. Keringatnya berkucuran, dari ujung kaki sampai kepala. Baju dan sarung yang dipakai almarhum pun basah karena peluh. “Allah, Allah, Allah,” kata almarhum mengerang.


Almarhum meminta Irfan agar mengobatinya dan mendoakannya. Irfan yang tidak tahu harus melakukan apa, menciduk air dari kimo dekat makam Buya, mengusapkannya tiga kali ke nisan, lalu menciduk air lagi dan mengusapkannya ke dada almarhum sembari berabithah dan membacakan selawat.


“Allah ...,” kata almarhum lagi. Kali ini sakitnya terasa berkurang. Singkat cerita, Irfan mengajak almarhum untuk pulang, tetapi almarhum menolak.


Indak. Sio-siolah ambo datang ka siko, Pan. Dari sabalum Magrib tadi ala di siko ambo. Kalau ndak tawajuh, rugi bana ko (Tidak, ah. Sia-sia kedatanganku kemari, Pan. Dari sebelum Magrib sudah di sini. Kalau tidak ikut tawajuh, rugi sekali),” kata almarhum kepada Irfan.


Irfan pasrah. Mereka berdua kembali masuk ke masjid. Setiba di masjid, lampu-lampu sudah dipadamkan, ibadah tawajuh segera dilaksanakan.

***


Selepas tawajuh dan salat Isya, saya tak melihat Bang Ifit. Rupanya--dari penjelasan seorang teman--ia telah sampai ke rumah dengan berjalan kaki, setelah sebelumnya sempat singgah di beberapa tempat.
Sepeda motor yang tadi dikendarainya untuk berangkat ke pesantren, serban, dan tasbih miliknya, masih tertinggal di pondok. Barang-barang tersebut kemudian dibawa oleh Irfan ke posko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun