Mohon tunggu...
Muhammad Irwansyah
Muhammad Irwansyah Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat dan Konsultan Hukum | Konsultasi Hub. 081-554-067-595

✓Perhimpunan Advokat Indonesia | ✓Persaudaraan SH Terate

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Balik Lockdown Ada Persoalan Besar?

8 April 2020   14:47 Diperbarui: 8 April 2020   15:08 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edukasi Covid 19 (m.mediaindonesia.com)

Masyarakat hanya menangkap kita harus dan wajib dirumah, padahal jika kondisi ini terus yang akan dilakukan dapat memicu gangguan psikis, sosial, ekonomi dst. yang lebih besar terhadap sosial kemasyarakatan terlebih pemerintah acuh tak acuh pada persoalan masyarakat sekarang ini terutama terhadap kebutuhan ekonomi.

Bayangkan saja jika dibiarkan seperti ini tanpa ada solusi yang jelas terhadap pelaksanaan lockdown masyakarakat akan mengalami kesenjangan sosial yang lebih parah dalam perputaran ekonomi, di satu sisi masyarakat disuruh locdown secara paksa namun di satu sisi masyarakat memikirkan bagaimana hari-hari untuk menghidupi keluarganya sedangkan para pedagang menyambung hidup dengan cara berdagang.

Bahkan teman saya yang biasa mencari penghidupan dengan lewat gojek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sekarang kabarnya akan ditiadakan ojol (ojek online) dijalan dilarang membawa penumpang.

Lebih parah lagi para pekerja yang biasa mencari penghidupan dengan kerja sebagai kuli bangunan nanti dan beberapa minggu yang akan datang, apa harus dia lakukan untuk menghidupi keluarganya ditengah-tengah masyarakat kota sedangkan posisi orang Jakarta mayoritas sebagai orang perantauan.

Aneh dan nyata profesi yang biasa dia lakukan itu sekarang dilarang tanpa solusi yang jelas, lockdown selalu didengungkan perlahan hanya himbauan dan lama kelamaan seperti menjadi aturan yang memaksa bahkan sebagian orang karena terpaksa bekerja berusaha melanggar ketentuan lockdown dan akhirnya ditangkap akan diberi sanksi tegas.

Di satu sisi para kuli bangunan dengan kondisi sekarang ini merasa frustasi harus berbuat apa? Bekerja juga dilarang sedangkan anaknya menangis kelaparan, bahkan ketika akan pulang kampung pun sekarang dilarang dengan dasar memutus mata rantai, di satu sisi pemerintah tidak simpati dan usaha nyata terhadap kondisi masyakarat pada tingkatan bawah.

Tulisan ini berusaha mencoba memprediksi terhadap hal apa-apa yang akan terjadi pada hari yang akan datang sedangkan sampai detik ini belum ada solusi yang jelas terhadap wabah yang menjangkiti masyarakat.

Informasi tidak terbendung simpang siur patron apa yang jelas untuk menghadapi wabah ini supaya tidak menular wabah ataupun mematikannya.

Sebagian masyarakat secara personal sudah mengalami kebingungan harus mau ngapain? Sebagian pula sudah merasa bosan terhadap kebiasaan yang tidak jelas, sebagian pula sudah mengalami depresi terhadap kebiasaan itu karena harus dirumah seperti membolak balikan telap tangan yakni diluar kebiasaan aktivitas.

Jika kondisi yang seperti ini belum ada titik pencerahan kedepannya saya lebih kawatir nasib orang yang merantau ditengah masyarakat kota harus dengan apa untuk menyambung hidup ? 

sebagian orang pasti sudah mempersiapkan penghidupan ekonomi tetapi di sisi lain masyakat sosial acuh tak acuh bahkan tetangga kontrakan sendiri jarang yang saling mengenali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun