Para ahli memperkirakan bahwa kenaikan 2 derajat celcius akan menyebabkan 'lenyapnya' setengah dari cadangan air bersih di dunia. Cuaca menjadi semakin ekstrim dan bencana alam semakin sering terjadi. Kekeringan parah akan melanda berbagai kawasan hingga menyebabkan petani sulit menanan dan gagal panen. Bencana alam, angin badai dan banjir besar akan menyapu bersih ladang dan lahan pertanian tanpa sisa lebih sering lagi.
Maka kendati pun teknologi semakin maju, kemampuan pasokan pangan yang tumbuh menurut deret aritmatika, berdasarkan Teori Malthus, akan semakin sulit mengejar pertumbuhan populasi manusia. Oleh karena itu bukan tidak mungkin milyaran manusia akan terancam kelaparan dimasa yang akan datang.
Terendamnya sebagian permukaan bumi dan migrasi masal
Dari tahun ke tahun permukaan air laut terus mengalami peningkatan. Pada periode tahun 1993 sampai 2010 mengalami rata-rata kenaikan hampir 3 kali lipat yaitu 3.1 mm per tahun, dibanding periode 1901 sampai 1990 Â yang hanya 1.1 mm per tahun. Menurut para ahli hal ini disebabkan oleh mencairnya gunung-gunung dan selimut es terutama dikawasan Greenland dan Antartika (Kutub Selatan). Jika hal ini dibiarkan maka akselerasi kenaikan akan semakin cepat, diperkirakan pada masa yang akan datang kenaikannya meroket antara 5 mm sampai 15 mm per tahun.
Perubahan pola penyakit dan kesehatan
Perubahan iklim juga akan menyebabkan berubahnya pola penyebaran penyakit yang berkaitan dengan organisme vector (vector-borne disease) seperti malaria, demam berdarah dan lain-lain. Selain itu tergangunya ketersediaan pangan dan air bersih akan semakin memperburuk kondisi kondisi kesehatan terutama di negara dunia miskin.
Perubahan iklim selain mempengaruhi tingkat kesehatan juga berpengaruh pada tingkat produktivitas. Â Suhu yang tinggi akan mempengaruhi daya tahan tubuh dalam bekerja terutama bagi pekerja diluar ruangan seperti pekerja konstruksi, petani, jasa transpotasi dan lain sebagainya.
Energi dan perekonomian dunia
Ketersediaan energi juga erat kaitanya dengan perubahan iklim. Kekeringan bertambah parah akan menyebabkan ketersediaan air berkurang sehingga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) akan sulit menghasilkan energi. Menurunya produksi energi akan berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian karena keduanya berkait sangat erat.
Diperkirakan secara umum Eropa akan mengalami penurunan  produksi energi yang berasal dari PLTA sebesar 20 persen. Di Amerika Serikat, sekitar 7 persen energinya berasal dari PLTA. Sedangkan di Indonesia sendiri berdasarkan data Statistik Ketenagalistrikan tahun 2016 hampir 10 persen sarana pembangkit listrik mengandalkan air sebagai penggeraknya.