”Konsumen membelanjakan lebih banyak saat menggunakan metode pembayaran non-tunai dibandingkan dengan uang tunai,” kata Lachland Schomburgk, mahasiswa program doktoral University of Adelaide yang memimpin penelitian.
Adapun kalau berbelanja yang pembayarannya dilakukan secara tunai, akan dapat mengerem hasrat belanja berlebih.
Logikanya, kalau dengan membayar tunai, kita langsung merasakan isi dompet yang makin tipis, sehingga akan berpikir matang untuk berbelanja lagi.
Kita akan bertanya kepada diri sendiri, apakah barang yang akan dibeli betul-betul kita butuhkan atau karena sekadar menurutkan hawa nafsu.
Maka, berbelanjalah di kios pinggir jalan atau di warung tetangga, juga di pasar tradisional yang mayoritas pedagangnya belum menyediakan fasilitas pembayaran non tunai.
Kalau berbelanja di minimarket, apalagi di mal-mal, si penjual cenderung mengarahkan pembeli untuk menggunakan pembayaran non tunai. Bahkan, ada penjual yang tidak menerima uang tunai.
Demikian pula untuk kaum rebahan yang terbiasa berbelanja secara online, pasti akan sulit melepaskan diri dari penggunaan sistem pembayaran non tunai.
Sekali lagi, demi mengerem keinginan boros dalam berbelanja, membayar secara tunai dapat membantu mengerem keinginan itu.
Untuk itu, kita harus tahan godaan ketika tanpa diminta di hape kita muncul berbagai program promo yang tidak perlu dibayar secara tunai, termasuk tawaran paylater.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H