Pada pemilihan umum 2022, Duterte menyandingkan anak perempuannya, Sara Duterte-Carpio, untuk berpasangan dengan Bongbong Marcos.
Harapannya ialah ”perjodohan” politik itu memastikan keluarga Duterte tetap berada di pusaran kekuasaan Filipina. Pada saat yang sama, Marcos diharapkan melindungi Duterte dari gugatan ICC.
Pilpres di Filipina berbeda dengan Indonesia, karena presiden dan wakil presiden dipilih melalui pemilu masing-masing. Makanya, wakil presiden merasa memiliki dukungan yang nyata, bukan hanya karena disandingkan dengan calon presiden.
Dimungkinkan saja calon wapres yang disandingkan dengan capres menerima nasib yang berbeda. Misalnya capresnya menang, tapi cawapresnya malah terpilih dari kubu lawan si capres.
Adapun pasangan Bongbong-Sara memang dipasangkan dari awal dan sama-sama berhasil menang. Tapi, setelah terpilih, justru terlihat aroma ketidakharmonisan di antara keduanya.
Marcos dan Duterte memiliki pandangan berbeda tentang isu-isu strategis. Contohnya, keduanya bertengkar terkait persoalan di Laut China Selatan.
Marcos condong berdialog dengan AS dan mengaktifkan sejumlah perjanjian pertahanan dengan Washington. Sebaliknya, Duterte-Carpio seperti dulu yang dilakukan ayahnya, condong berdialog dengan China.
Dalam persaingan politik Marcos dan keluarga Duterte, puncaknya terjadi pada Juni 2024 saat Duterte-Carpio mengundurkan diri dari kabinet sebagai menteri pendidikan.
Kemudian Ketua DPR Romualdez mengurangi anggaran kantor wapres sampai dua pertiganya. Ini membuat Duterte-Carpio semakin berang.
Duterte-Carpio selanjutnya diselidiki atas tuduhan menyalahgunakan anggaran kerja wapres. Ketua Kantor Staf Wapres Filipina Zuleika Lopez ditangkap dan dijadikan tahanan rumah atas tuduhan menghambat penyelidikan oleh Komisi Etis DPR.
Pada 20 November 2024, Lopez dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan, yang membuat Duterte-Carpio mengadakan jumpa pers soal ancaman pembunuhan itu tadi.