Nah, kembali ke laga di Kuwait, awalnya saya terhibur menikmati pertandingan. Meskipun Indonesia berkali-kali terancam oleh serangan Australia, Indonesia mampu menciptakan peluang dari serangan balik yang cepat.
Hasil 0-0 pada 45 menit babak pertama dihasilkan dari permainan yang fair dari kedua belah pihak. Demikian juga di awal babak kedua dimulai.
Kemudian, menginjak sekitar menit ke-60 muncullah drama di lapangan hijau yang sangat membosankan. Australia yang memulai keanehan tersebut.
2 atau 3 pemain belakang mereka saling mengoper bola seperti orang baru belajar main bola. Adegan itu dimainkan berulang-ulang dan berlama-lama.
Ironisnya, pemain Indonesia ikut-ikutan menonton pemain belakang Australia "latihan" di area pertahanan mereka sendiri.
Tak ada upaya pemain Indonesia untuk merebut bola. Pemain kita hanya menunggu saja kapan Australia akan menyerang. Sungguh, adegan tersebut memuakkan.
Rupanya pelatih kedua tim sudah dapat berita (dari hasil pertandingan di grup lainnya) bahwa bila pertandingan Indonesia vs Australia berakhir imbang, maka keduanya akan sama-sama melaju.Â
Maka, secara taktik sepak bola sah-sah saja Australia tak mau menyerang, karena takut dengan serangan balik cepat dari Indonesia. Kecolongan 1 gol membuat mereka gagal melaju.
Indonesia pun sama takutnya untuk bermain menyerang. Alhasil pertunjukan yang tidak fair dan membuang-buang waktu selama 30 menit terakhir pun seperti tak terhindarkan.
Dulu, dua tahun yang lalu, Shin Tae-yong (STY) mencela pelatih Thailand U-19 dan pelatih Vietnam U-19 yang juga bermain seperti Indonesia vs Australia sekarang.
Akibatnya, Indonesia U-19 ketika itu gagal melaju ke semifinal Piala AFF U-19. Shin Tae-yong mengatakan laga Thailand vs Vietnam sangat memalukan, karena mencederai prinsip fair play.