Saya awalnya antusias sekali mengikuti siaran langsung pertandingan sepak bola yang berlangsung di Kuwait, Minggu (27/10/2024) mulai pukul 21.30 WIB, yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta.
Kenapa saya begitu antusias? Karena saya salah satu pendukung setia Timnas Indonesia, termasuk yang masih kelompok umur sekalipun.
Ketika itu, yang berlaga adalah Timnas Indonesia U-17 berhadapan dengan Tim Australia U-17. Ini merupakan laga pamungkas yang menentukan untuk mendapat tempat di Piala Asia U-17 tahun depan di Arab Saudi.Â
Sebelum laga di atas, posisi Australia lebih baik ketimbang Indonesia dalam klasemen sementara Grup G, yang berisi 4 tim, yakni tuan rumah Kuwait, Indonesia, Australia dan Kepulauan Mariana Utara.
Pada dua laga sebelumnya, Australia menang 19-0 atas Kepulauan Mariana Utara dan 3-1 atas Kuwait. Sedangkan, Indonesia menang 10-0 atas Kepulauan Mariana Utara dan 1-0 atas Kuwait.Â
Dengan demikian, selisih gol Australia surplus 21 gol, sedangkan Garuda Muda 10 gol lebih sedikit dengan surplus 11 gol.Â
Jadi, bila Australia bermain imbang dengan Indonesia, Australia akan mempertahankan posisinya sebagai juara grup G dan lolos langsung ke Piala Asia U-17 bersama 9 juara di grup lainnya.
Sebaliknya, Indonesia harus menang agar menjadi juara grup. Seandainya Indonesia bermain seri, nasibnya akan melihat posisi runner up di grup lainnya.
Hanya ada 5 runner up terbaik dari 10 grup yang ada, yang ikut melaju ke Arab Saudi. Wajar, kalau pencinta sepak bola di tanah air sangat berharap Indonesia mampu menang atas Australia.
Hal itu bukan semata untuk memastikan lolos langsung ke Arab Saudi, tapi sekaligus menjadi ajang balas dendam atas kekalahan Indonesia U-17 dari Australia U-17 di Jakarta beberapa bulan lalu dengan skor 3-5.
Kekalahan tersebut membuat Indonesia sebagai tuan rumah Piala AFF U-17 gagal melaju ke laga final. Indonesia finish sebagai juara ketiga setelah mengalahkan Vietnam di laga terakhir.
Nah, kembali ke laga di Kuwait, awalnya saya terhibur menikmati pertandingan. Meskipun Indonesia berkali-kali terancam oleh serangan Australia, Indonesia mampu menciptakan peluang dari serangan balik yang cepat.
Hasil 0-0 pada 45 menit babak pertama dihasilkan dari permainan yang fair dari kedua belah pihak. Demikian juga di awal babak kedua dimulai.
Kemudian, menginjak sekitar menit ke-60 muncullah drama di lapangan hijau yang sangat membosankan. Australia yang memulai keanehan tersebut.
2 atau 3 pemain belakang mereka saling mengoper bola seperti orang baru belajar main bola. Adegan itu dimainkan berulang-ulang dan berlama-lama.
Ironisnya, pemain Indonesia ikut-ikutan menonton pemain belakang Australia "latihan" di area pertahanan mereka sendiri.
Tak ada upaya pemain Indonesia untuk merebut bola. Pemain kita hanya menunggu saja kapan Australia akan menyerang. Sungguh, adegan tersebut memuakkan.
Rupanya pelatih kedua tim sudah dapat berita (dari hasil pertandingan di grup lainnya) bahwa bila pertandingan Indonesia vs Australia berakhir imbang, maka keduanya akan sama-sama melaju.Â
Maka, secara taktik sepak bola sah-sah saja Australia tak mau menyerang, karena takut dengan serangan balik cepat dari Indonesia. Kecolongan 1 gol membuat mereka gagal melaju.
Indonesia pun sama takutnya untuk bermain menyerang. Alhasil pertunjukan yang tidak fair dan membuang-buang waktu selama 30 menit terakhir pun seperti tak terhindarkan.
Dulu, dua tahun yang lalu, Shin Tae-yong (STY) mencela pelatih Thailand U-19 dan pelatih Vietnam U-19 yang juga bermain seperti Indonesia vs Australia sekarang.
Akibatnya, Indonesia U-19 ketika itu gagal melaju ke semifinal Piala AFF U-19. Shin Tae-yong mengatakan laga Thailand vs Vietnam sangat memalukan, karena mencederai prinsip fair play.
Nah, wajar kalau Nova Arianto dengan jujur mengakui bahwa sebagai pelatih Timnas Indonesia U-17, ia merasa malu. Nova selama ini menjadi asisten STY.
Tapi pelatih Australia U-17 seusai pertandingan malah menyatakan bangga dengan anak asuhnya yang telah menerapkan dengan baik taktik yang diraciknya.
Ya, silahkan publik sepak bola menghujat Australia dan Indonesia tidak menerapkan fair play. Namun, secara realistis itulah yang dipilih untuk mengamankan tiket ke Arab Saudi.
Ke depan, demi fair play, AFC sebagai konfederasi sepak bola Asia perlu mengubah sistem, misalnya pembagian grup dengan lebih banyak tim dalam 1 grup. Atau, pertandingan yang saling mempengaruhi perlu dimulai bersamaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI