Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ke Mana Nadiem Makarim? Satu Menteri Lama Jadi Tiga Menteri Baru

24 Oktober 2024   06:12 Diperbarui: 24 Oktober 2024   06:18 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nadiem Makarim|dok. Reuters/Willy Kurniawan 

Ketika Nadiem Makarim dipilih sebagai menteri oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2019, banyak yang mengira Nadiem akan ditempatkan di kementerian yang berkaitan dengan informatika dan digitalisasi.

Hal ini mengingat latar belakangnya yang menjadi pendiri Gojek, startup Indonesia pertama yang tergolong unicorn (perusahaan rintisan yang memiliki valuasi mencapai US $ 1 miliar atau sekitar Rp 15 triliun).

Banyak pula yang menduga Nadiem sebetulnya secara finansial merugi bila menjadi menteri, karena penghasilannya akan turun drastis.

Apalagi, Nadiem merupakan putra seorang pengacara kondang Nono Anwar Makarim. Dengan gelar MBA dari Harvard Business School, rasanya Nadiem akan mantap memilih jalur pengusaha.

Kenyataannya, Nadiem ditunjuk untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sesuatu yang mungkin agak jauh dari bidang yang digeluti Nadiem sebelumnya. 

Namun, Nadiem bersedia mundur dari Gojek agar fokus mengabdi kepada masyarakat banyak. Bayangkan, betapa banyaknya pelajar dan pengajar yang diurus Nadiem.

Jika dihitung jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di setiap kementerian, jelas kementerian yang dipimpin Nadiem yang paling banyak. 

Dua tahun kemudian, bidang  Riset dan Teknologi digabung ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sehingga, Nadiem memimpin Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Unsur "teknologi" pada kementeriannya membuat Nadiem terasa klop dengan pengalaman panjangnya di usaha startup.

Terjadinya pandemi juga menjadi blessing in disguise karena proses belajar mengajar dilakukan secara online, yang juga jadi keahlian Nadiem dalam merancang berbagai aplikasi.

Tapi, pada awalnya, khusus untuk masalah pendidikan dan kebudayaan, publik agaknya pesimis dan merasa presiden keliru dalam memilih Nadiem.

Namun, secara perlahan tapi pasti Nadiem berhasil unjuk gigi. Bahkan, beberapa kali terjadi resuffle, Nadiem tidak tergoyahkan.

Program Merdeka Belajar dan juga Guru Penggerak adalah ide Nadiem yang dinilai sebagai program strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Sampailah akhirnya terjadilah transisi pemerintahan dari Presiden Joko Widodo ke Presiden Prabowo Subianto. Nadiem pun berakhir kiprahnya di Kemendikbudristek.

Uniknya, sekarang Kemendikbudristek dipecah menjadi 3 Kementerian. Sehingga, saat pisah sambut, satu menteri lama dilepas dan tiga menteri baru disambut.

Ketiga menteri baru adalah Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti; Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro; dan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.

Secara implisit bisa dibaca betapa "perkasa"-nya Nadiem karena nilainya sama dengan 3 orang menteri sekarang.

Pesan Nadiem kepada menteri baru adalah soal penguatan akses pendidikan kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu. Menurutnya, untuk mempercepat akses bisa dimanfaatkan teknologi.

Nadiem menyebut bahwa kebijakan Merdeka Belajar yang menjadi tonggak utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, telah disesuaikan dengan prinsip Ki Hajar Dewantara yang berfokus pada penguatan karakter.

Merespons pesan Nadiem, Abdul Mu'ti menyatakan ia dan pihaknya akan melestarikan dan menjaga hal-hal baik yang sudah ada. Juga, akan menggagas hal baru demi kemajuan pendidikan Indonesia.

Akan ke mana Nadiem Makarim setelah ini? Belum begitu jelas apa job Nadiem berikutnya. Dengan kreativitas dan inovasinya, tak sulit bagi Nadiem untuk tetap berkontribusi, meskipun tidak menjadi pejabat pemerintah.

Untuk sementara Nadiem barangkali hanya akan fokus untuk mengurus keluarganya. Menikmati masa "kebebasan" dari tugas negara atau pemerintah.

"Belum tahu (mau ke mana), mungkin sama keluarga saja, saya punya bayi baru," kata Nadiem, seperti dikutip dari media daring Kompas.com, Minggu (20/10/2024).

Agar legacy Nadiem selama menjadi menteri tidak sia-sia, diharapkan agar menteri baru tidak tergoda untuk buru-buru mengganti kurikulum pendidikan. Kalau untuk menyempurnakan tentu tidak masalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun