Allah SWT menegaskan dalam Al Quran: “Barang siapa yang telah diwajibkan berhaji, maka tidak boleh bagi mereka melakukan rofas (berkata kotor), tidak boleh fasik (keluar dari ketaatan terhadap Allah dan Rasul), bahkan bicara yang tidak diperlukan di tengah ibadah haji dan umroh”.
Intinya, orang yang baik ibadahnya dengan Allah adalah juga orang yang baik dalam hubungan sosial kemasyarakatannya dan di dalam persaudaraannya. Itulah perilaku muslim yang senantiasa mencerminkan akhlakul karimah.
Maka, mari kita perbaiki akhlak kita, kita perbaiki ibadah kita, agar kita nantinya benar-benar menjadi seorang muslim yang berhak mendapatkan cinta dari Rasulullah dan mendapatkan posisi terdekat di samping Rasulullah Muhammad saw.
Jika diterjemahkan pada filosofi yang berlaku umum, boleh dikatakan bahwa perilaku humanis menjadi penting sekali untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Wujud nyatanya adalah dengan menunjukan kasih sayang kepada sesama manusia, lebih peduli pada orang lain. Artinya, kita tidak boleh egois.
Dengan menunjukkan kasih sayang dan kepedulian, kita dapat membangun hubungan yang langgeng dan bermakna dengan orang lain, termasuk yang non muslim.
Memperlakukan semua pihak secara adil dan merata, tidak melakukan penipuan, tidak memanipulasi atau memanfaatkan kelemahan orang lain, bersikap jujur, komitmen dengan janji, adalah beberapa contoh sikap yang terpuji.
Etika berkomunikasi perlu pula menjadi perhatian kita. Berbicaralah dengan sopan, menghormati lawan bicara dan menghindari kata-kata atau perilaku yang merugikan atau menyakiti orang lain.
Nabi bersabda: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berbicara yang baik atau diam”.
Sekiranya semua kita menerapkan hal-hal di atas secara konsisten, akan tercipta dunia yang damai. Hubungan antar berbagai kelompok dan golongan, termasuk hubungan antar umat beragama akan berjalan dengan harmonis.