Barangkali, kedua kepentingan itu akan terjembatani ketika ada kader partai yang juga seorang profesional di bidang tertentu.Â
Masalahnya, betapa langkanya kader parpol yang sekaligus ahli di bidang tertentu, katakanlah seorang ekonom ulung, seorang yang berpengalaman dan berpengetahuan mendalam di bidang energi, dan ahli-ahli di bidang yang spesifik lainnya.
Dalam kondisi begitu, zaken kabinet murni diduga akan sulit terbentuk, mengingat gemuknya anggota koalisi dan langkanya orang yang profesional menjadi kader partai politik.
Maka, diperlukan kebesaran hati pengurus partai politik untuk tidak memaksakan kadernya yang disodorkan kepada Prabowo-Gibran.
Atau, bisa jadi jumlah kementerian akan meningkat tajam agar menteri asal parpol tertampung dan menteri profesional pun terakomodir.Â
Ada wacana yang menyebutkan akan ada 44 pos menteri pada kabinet mendatang. Kalau wacana ini betul-betul terwujud, jelas akan menambah beban anggaran dan mempersulit koordinasi antar menteri.
Seperti apa komposisi kabinet nantinya, kita tunggu saja. Zaken Kabinet atau bukan, hal mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar, semua menteri harus orang yang punya kompetensi dengan integritas yang teruji dilihat dari rekam jejaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H