Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Pilu, Pengantar Makanan Meninggal Kelaparan di Medan

15 Agustus 2024   06:41 Diperbarui: 15 Agustus 2024   06:44 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Darwin saat terjatuh di depan kedai bakmi di Medan|dok. tribunnews.com

Sangat memilukan berita Kompas, Rabu (14/8/2022). Seorang pengemudi ojek daring meninggal kelaparan setelah dua hari tidak makan karena tidak punya uang untuk membeli makanan.

Ironisnya, Darwin Mangudut Simanjuntak, demikian nama pria malang berusia 49 tahun itu, tersungkur justru saat akan mengantarkan makanan yang dipesan pelanggannya.

Ceritanya, Darwin pada Minggu (11/8/2024) lagi mengantre di depan sebuah kedai bakmi di Jalan Sutomo Ujung, Kecamatan Medan Timur.

Darwin yang bekerja sambil menahan lapar itu tiba-tiba tersungkur hingga meninggal dunia. Dari keterangan rekannya, korban sempat curhat bahwa ia tidak makan.

Kisah-kisah sejenis itu semakin banyak saja kita baca di media massa dan media sosial. Termasuk kisah lansia yang meninggal tanpa diketahui orang lain.

Tak pelak lagi, kejadian di atas menjadi alarm bagi masyarakat perkotaan yang mengindikasikan adanya kerawanan sosial yang makin parah.

Kepedulian masyarakat terhadap orang-orang di sekitarnya pantas dipertanyakan. Sebagai contoh, Darwin tinggal di Jalan Pelita V, Keluaran Sidorame Barat I, Kecamatan Medan Perjuangan.

Bagaimana dengan peran tetangganya, peran Ketua atau aparat RT setempat, seberapa jauh mereka mengetahui bagaimana kondisi Darwin dan keluarganya?

Indahnya Berbagi dan Jumat Berkah

Program yang bersifat spontan yang bertujuan untuk berbagi, sebetulnya sekarang lumayan banyak, apalagi kalau bertujuan untuk dibagikan di media sosial.

Ada orang yang berbaik hati membagi-bagikan makanan kepada pengemudi ojek daring yang melalui jalan raya di lokasi pembagian.

Tak sedikit pula kedai makan yang membuat program "Jumat Berkah", yang menggratiskan pelanggannya ketika makan di hari Jumat.

Demikian pula di masjid-masjid, ada saja jemaah yang menyumbang makanan yang nantinya diambil oleh jemaah yang baru selesai melaksanakan salat Jumat.

Tapi, semuanya bersifat spontan dan belum tentu tepat sasaran. Yang dapat makanan bisa saja orang yang sebetulnya mampu membeli makanan.

Di lain pihak, orang yang betul-betul kelaparan tidak tahu atau tidak punya akses untuk mendapat bagian dari program "indahnya berbagi".

Namanya juga program spontan, tentu keberlanjutannya belum pasti. Lagi pula, mungkin juga ada niat pencitraan atau ingin viral, yang ikut membonceng program amal itu.

Kenali Tetangga dan Peran Ketua RT

Karena kita tak bisa berharap terlalu tinggi pada program spontan di atas, diperlukan upaya yang terencana dan dilaksanakan secara konsisten.

Program bantuan sosial dari pemerintah, pasti sudah terencana. Tapi, ini saja tidak cukup. Mereka yang sangat membutuhkan bantuan namun belum masuk database pemerintah, rasanya masih banyak.

Maka, kepada mereka yang tinggal di kota-kota besar, tak bisa lain, mari masing-masing kita punya inisiatif untuk membantu orang yang kurang mampu.

Hal itu dilakukan sekarang juga dan bisa dimulai dari yang kecil. Maksudnya, mulai dari orang terdekat kita, termasuk pula bila ada kerabat kita yang kehidupannya lagi terpuruk. 

Untuk itu, kita perlu mengenal siapa saja tetangga kita di sebelah kiri, sebelah kanan, depan dan belakang rumah kita. Kalau nama tetangga saja tidak tahu, bagaimana kita akan tahu kehidupannya.

Memang, atas nama privasi, banyak orang yang enggan saling berkunjung ke tetangga. Bahkan, sekadar bertegur sapa pun enggan.

Nah, rasa enggan itu yang perlu kita buang jauh-jauh. Kita tak perlu mencampuri urusan pribadi tetangga, tapi kita perlu sensitif untuk mampu mendeteksi tetangga yang sebaiknya kita bantu.

Kemudian, peran Ketua RT sangat penting sebagai "jembatan" saling mengenal antar warga. Bukankah RT punya hak untuk mengetahui identitas semua warganya?

Lebih bagus lagi, bila Ketua RT juga mengenal profil atau kondisi ekonomi masing-masingnya, dan punya data siapa saja yang sebaiknya dibantu. 

Lalu, dengan koordinasi RT, warganya yang mampu diimbau untuk memberikan sumbangan kepada warga yang tidak atau kurang mampu.

Dengan demikian, kepekaan sosial kita akan terasah dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata. Jangan ada lagi kejadian seperti di Medan di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun