Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ironi UMKM, Dukungan Setengah Hati bagi Penyelamat Ekonomi

13 Januari 2025   06:12 Diperbarui: 13 Januari 2025   06:12 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi UMKM|dok. Grab, dimuat Kompas.com

Pertama, kurangnya akses terhadap permodalan. Meskipun telah ada skema pinjaman bersubsidi seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), tapi malah banyak pelaku UMK yang terjerumus pinjol.

Artinya, KUR perlu dievaluasi ulang. Ada ketidaksinkronan antara kebijakan dengan implementasinya. Kebijakannya jelas, KUR bisa disalurkan tanpa agunan. Nyatanya, bank masih minta agunan atau jaminan.

Kedua, cara berbisnis pelaku UMK masih memakai cara yang tradisional, karena kurangnya pengetahuan teknologi digital. Padahal, era sekarang, pemasaran dan transaksi online lebih digandrungi masyarakat.

Diharapkan agar di setiap kabupaten dan kota bisa dibangun beberapa kampung marketer, yang mendidik dan melatih warga setempat memasarkan produk secara online.

Contoh suksesnya bisa melihat atau belajar ke Purbalingga, Jawa Tengah. Kalau pemuda di desa lain sibuk mencari kerja di kota besar, di pelosok desa di Kabupaten Purbalingga, ada ratusan pemuda yang bekerja online setiap harinya dengan bermodalkan smartphone.

Di Desa Tunjungmuli, Kecamatan Karangmoncol yang jauh dari keramaian kota ini tepatnya, para pemudanya sudah bisa menghasilkan jutaan rupiah dengan membantu memasarkan produk para pelaku pasar online dari seluruh Indonesia melalui Kampung Marketer.

Kampung Marketer sendiri dirintis oleh Nofi Bayu Darmawan, seorang pemuda desa setempat yang sudah menguasai internet marketer sejak kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Akuntansi (STAN) Jakarta.

Nofi bersedia mengorbankan kariernya di Kementerian Keuangan, dan terjun ke kampung halamannya, memberikan pelatihan teknis soal pemasaran secara online dan  pelatihan manajemen sederhana.

Ketiga, produk yang dijual kalah bersaing dengan barang impor. Apalagi, barang impor yang ilegal alias barang selundupan dijual dengan sangat murah, seperti yang terjadi pada produk pakaian jadi.

Solusinya, tak bisa lain, pemerintah perlu memperketat pengawasan untuk mencegah masuknya barang impor secara ilegal.

Keempat, terkait regulasi, pemerintah perlu menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan UMKM. Regulasinya yang memudahkan dan mengurangi hambatan birokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun