Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Satu Keluarga Jadi Komplotan Pencuri, Nenek dan Cucu Ikut Terlibat

6 Agustus 2024   08:28 Diperbarui: 6 Agustus 2024   08:45 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga yang kompak mencuri di Tanjung Pinang|dok. ft-un/keprinews.co

Tindak pidana pencurian sebetulnya sudah hal biasa di negara kita. Tapi, kalau pelakunya 7 orang yang merupakan satu keluarga yang terdiri dari nenek hingga cucu, ini termasuk langka.

Hal seperti itulah yang baru-baru ini terungkap di Tanjung Pinang, kota yang juga menjadi ibu kota dari Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ini. 

Seperti yang diberitakan oleh lintaskepri.com (26/7/2024), komplotan pencuri tersebut berjumlah tujuh orang, dua di antaranya masih anak-anak berusia 6 dan 15 tahun.

Adapun lima orang dewasa yang terlibat terdiri nenek bersama anak laki-lakinya, anak perempuannya, dan menantunya. 

Pihak kepolisian dari Polresta Tanjung Pinang berhasil mengamankan para pelaku di Batam, pada Jumat (26/7/2024) yang lalu.

Yang memprihatinkan adalah terlibatnya anak-anak, yang diduga karena disuruh oleh orang tua dan neneknya. Anak harus dilindungi, bukan dijadikan alat untuk melakukan kejahatan. 

Bisa jadi, anak diajarkan cara mencuri ketika pedagang yang jadi sasaran lagi sibuk melayani orang tuanya yang pura-pura mau berbelanja.

Diberitakan bahwa pelaku beraksi dengan mencuri barang-barang toko atau minimarket, kemudian menjual hasil curiannya itu.

Kasus di atas menarik untuk dicermati, betapa soal usia dan jenis kelamin tidak lagi relevan dipersoalkan dalam membahas tindak pidana pencurian.

Laki-laki, perempuan, anak-anak dan kakek-nenek, bisa saja terlibat dalam aksi pencurian. Tingkatan keahliannya pun beragam, mulai dari sekadar coba-coba sampai yang profesional.

Namun, bila dalam satu keluarga semuaya terlibat, ini memang contoh ekstrim dalam konotasi negatif.

Biasanya lelaki yang "berprofesi" sebagai pencuri, akan sangat merahasiakan aksinya itu kepada istri, orang tua, dan anaknya.

Mungkin lambat laun keluarganya akan tahu, tapi mereka akan berpura-pura tidak tahu dan tidak melibatkan diri dalam aksi pencurian.

Bagaimanapun, secara fitrah seseorang berusaha tampil jadi orang baik di depan keluarganya dan juga di depan lingkungan terdekatnya.

Apalagi, di depan anak-anaknya. Anak-anak memerlukan figur orang tua yang bisa diteladani. Dan, ingat, anak adalah peniru paling baik dari apa yang dilihatnya di lingkungannya.

Nah, jika dari kecil anak sudah dilibatkan dalam tindak kriminal oleh orang tuanya, akan seperti apa masa depannya? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun