Apakah Anda pernah melihat mantan pejabat yang di hari tuanya terlihat begitu renta dan merasa kesepian karena tidak punya sahabat yang dekat?
Bahkan, ketika sang mantan pejabat misalnya dirawat di rumah sakit karena mengidap stroke, sedikit sekali mantan anak buahnya yang datang membesuk.
Padahal, para mantan anak buahnya itu sekarang cukup banyak yang lagi memegang jabatan penting di lembaga yang dulu menjadi tempat si mantan pejabat berkarir.
Ya, si mantan pejabat yang kesepian dan sakit-sakitan itu dulu di kantornya terkenal sebagai bos yang sombong dan sering marah-marah ke anak buah.
Gayanya petentang-petenteng di depan semua pekerjanya. Bila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kemauannya, pekerja yang kebetulan lagi berada di dekatnya, disemprotnya dengan kata-kata kasar.
Tak heran, ketika ia memasuki masa pensiun, anak buahnya bergembira. Kegembiraan itu makin lengkap karena pengganti pejabat yang pensiun adalah sosok yang dikenal baik.
Begitulah memang kondisi yang harus dihadapi oleh mereka yang bekerja di kantor-kantor, baik instansi pemerintah, perusahaan milik negara dan juga milik swasta.
Hubungan yang baik dengan semua orang pada dasarnya menjadi hal penting. Hubungan tersebut juga perlu memperhatikan hirarki yang ada, seperti senior-junior dan atasan-bawahan.
Masalahnya, seperti yang berlaku di manapun juga, karakter, tingkah laku dan gaya seseorang dalam memperlakukan orang lain, berbeda-beda.
Mau tak mau kita harus siap beradaptasi dengan segala macam tipe manusia. Apalagi dalam konteks hubungan anak buah dengan bos, anak buah seakan-akan tak punya pilihan lain selain patuh.
Ketika dapat atasan yang baik hati, tentu suasana kerja sangat nyaman. Tak ada ketakutan jika hasil kerja anak buah tidak berkenan di hati bos.
Bos yang simpatik akan mengatakan dengan baik tentang apa yang perlu diperbaiki anak buah, bukan dengan cara marah-marah yang menyeramkan.
Tapi, ketika dapat atasan yang seperti kisah mantan pejabat di bagian pembukaan artikel ini, jelas suasana kerja jadi mencekam. Anak buah bekerja dalam kondisi stres.
Jadi, sekali lagi, di dunia kerja hal-hal seperti di atas merupakan hal biasa. Tulisan ini tidak akan mengelaborasi bagaimana sikap junior terhadap senior.
Junior yang sungkan, hormat, patuh, dan berbagai sikap yang menunjukkan kesetiaan kepada senior, ya begitulah memang seharusnya.
Bila dapat bos galak, sabar menjadi kata kunci. Kecuali, bila si bos melakukan tindak kekerasan, perlu dipikirkan untuk melaporkan ke pejabat lebih tinggi.
Tulisan ini akan lebih fokus pada bagaimana sebaiknya seorang senior bersikap kepada juniornya, agar tercipta hubungan baik dalam jangka panjang, bahkan hingga saat pensiun.
Jangan bangga dengan status senior. Justru perlu hati-hati, pada masanya si senior akan pensiun lebih dulu dan digantikan oleh juniornya.
Artinya, jika memandang untuk kebaikan di masa datang, maka yang senior lah yang perlu berbaik-baik dengan junior, karena junior adalah pemilik masa depan.
Jadi, beberapa hal yang perlu dilakukan senior, pertama, yang paling penting jangan sok kuasa. Jangan sedikit-sedikit menggertak, mengancam, atau mengintimidasi junior.
Kedua, memaklumi kesalahan yang dibuat junior, apalagi junior yang betul-betul baru bekerja. Lalu, mengajari atau membimbing junior dengan tulus.
Ketiga, membangun kerjasama yang baik. Adakalanya dalam satu proyek anggotanya sengaja dicampur anatara junior dan senior, agar tercipta tim yang solid.
Keempat, membela hak junior dengan ikhlas. Bila si junior sudah memenuhi syarat untuk promosi, ya proses segera sesuai prosedurnya. Hak cuti junior jangan ditahan-tahan, demikian juga hak lainnya.
Keuntungan dari tindakan di atas, buat si junior akan jadi sarana menimba pengalaman, dan bisa meneladani seniornya untuk bekal kelak saat jadi senior.
Adapun keuntungan buat perusahaan, agar terjadi koordinasi yang baik, sehingga kinerja perusahaan atau organisasi akan meningkat.
Nah, ini dia tujuan tulisan ini, menekankan keutungan buat si senior, yakni sebagai "investasi", agar saat pensiun kelak, ketika itu juniornya sudah jadi bos, akan tetap menghargainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H