Apakah mengubah bagian tertentu dari tubuh kita, sesuatu yang baik-baik saja? Kata Tompi, yang bisa diubah itu nasib dan bukan takdir.Â
"Jadi laki-laki dan perempuan itu takdir, tapi punya payudara kecil itu nasib dan bisa diubah, seperti orang lain mengoperasi bibir sumbing," lanjut Tompi.
Sayangnya, panelis tidak mengelaborasi terkait fenomena maraknya para selebriti, yang dikuti oleh orang biasa yang punya uang, pergi ke Korea Selatan untuk melakukan operasi plastik (oplas).
Oplas di Korea dianggap hal yang membanggakan, mengingat penampilan wanita di sana jadi standar kecantikan saat ini. Demikian juga dengan kaum prianya yang dinilai sebagai tampan.
Masalahnya, tak sedikit dari mereka yang melakukan oplas, merasa menyesal karena penampilannya menjadi tidak seperti yang mereka harapkan.
"Dokter Indonesia itu sama bodohnya dengan dokter asing (untuk tidak mengatakan sama pintarnya)," kata Tompi. Atau katakanlah 11/12, dalam arti kemampuannya relatif sama. Beda tipis.
Tapi, Tompi mengakui bahwa yang kalah adalah di Indonesia adalah dari sisi hospitaliy-nya atau pelayanannya.
Waiting time-nya gila. Ketemu dokter di Indonesia cuma 10 menit, tapi menunggu berjam-jam. Kemudian masih menunggu lagi untuk ambil obat dan penyelesaian administrasi pembayaran.
Pengalaman Tompi sebagai dokter yang juga seniman, membuktikan bahwa otak kanan dan otak kiri bisa sama-sama digunakan secara seimbang, bukan memilih salah satu untuk dikembangkan.
Waktu masih mahasiswa kedokteran, Tompi mengaku menghafal materi perkuliahannya dengan cara unik, yakni dengan menyanyikannya.
Tompi sangat menyukai penyanyi Glen Fredly yang disebutnya orang yang paling hangat yang pernah ia kenal.Â