Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Sepi Order? Jangan Banting Harga dan Korbankan Mutu

9 Juli 2024   05:49 Diperbarui: 9 Juli 2024   06:03 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerjaan kontraktor | dok. procore.com, dimuat diklatkerja.com

Seorang teman yang berprofesi sebagai pemborong kecil-kecilan bagi pelanggan individu yang akan membangun atau merenovasi rumah, baru-baru ini mengeluh karena menderita kerugian.

Ceritanya, teman saya ini sudah lama tidak menerima order. Maka, ia bergerilya mendatangi para kenalannya yang diperkirakan membutuhkan renovasi rumah.

Singkat kata, ada seorang kenalannya yang setuju merenovasi rumahnya yang memang sudah kurang layak pakai. Tapi, orang ini maunya pakai sistem borongan dengan harga yang miring.

Bagaimana proses negosiasinya tak diceritakan kepada saya, tapi intinya terjadi kesepakatan yang diikat dengan semacam kontrak kerja antara kedua belah pihak.

Pelaksanaan renovasi berjalan dengan lancar, demikian pula pembayaran dari si pemesan sesuai dengan tahapan pembayaran yang tercantum dalam kontrak kerja.

Tapi, pada akhirnya sang kontraktor bangunan menyadari bahwa ia telah salah kalkulasi. Ia mengaku mengambil keputusan untuk berani banting harga karena putus asa dengan sepinya order.

Hebatnya, teman saya tetap bersikap profesional tak mau membangun asal-asalan. Toh itu rumah kenalannya juga yang bagaimanapun juga harus saling menjaga hubungan baik.

Lagipula, reputasi sangat penting artinya bagi portofolio seorang kontraktor. Atau, yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini, reputasi yang baik berlaku di semua bidang bisnis  apapun.

Jangan mengira bila satu pelanggan yang tidak puas, hal itu dampaknya hanya terbatas pada satu orang itu saja.

Bukan tidak mungkin yang satu orang itu bercerita ke teman atau familinya, lalu yang mendengar keluhannya akan bercerita lagi kepada orang lain.

Akhirnya, banyak orang yang sebetulnya adalah pelanggan potensial, tak mau menggunakan produk atau jasa dari pelaku usaha yang awalnya telah mengecewakan "hanya" satu pelanggan.

Memang, terkadang persaingan di dunia usaha sangat keras, sehingga melakukan banting harga hingga amat rendah, adakalanya terpaksa diambil.

Namun, membanting harga jangan sampai dilakukan dengan mengorbankan mutu hingga demikian rendah. 

Untuk produk murah, konsumen sebetulnya juga tahu tak mungkin akan mendapat produk kualitas terbaik.

Tapi, ada yang namanya standar minimal, yang bila suatu produk atau jasa tidak memenuhi standar minimal, pelanggan tak mau menggunakan atau membelinya.

Ingat, membanting harga itu tetap dengan kalkulasi yang matang, dan tetap menjaga mutu produk atau jasa yang dijual. Paling tidak, standar minimal harus dipenuhi.

Jika tidak memenuhi standar minimal, itu namanya tindakan bunuh diri, karena akan ditinggalkan  pelanggan.

Intinya, perlu kreativitas dalam berbisnis agar mampu bersaing. Faktor harga hanya salah satu saja yang perlu diperhatikan.

Demikian pula faktor modal, juga bukan yang paling menentukan. Jangan mengira mereka yang punya dana besar pasti usahanya sukses. 

Faktor kualitas produk, seperti yang telah disinggung di atas, tak dapat dipungkiri, merupakan faktor yang mutlak perlu. Ada yang kualitas standar minimal, kualitas sedang, dan tinggi. 

Faktor tempat atau lokasi usaha juga tak kalah pentingnya, terutama untuk jenis usaha produk yang dibutuhkan sehari-hari.

Faktor pelayanan, yang mencakup sumber daya manusia dan teknologi yang terlibat, jelas sangat mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Unsur kecepatan dan kemudahan pelayanan, serta komunikasi yang responsif, merupakan contoh indikator pelayanan yang baik.

Ingat, sekarang eranya media sosial, jadi perlu dimanfaatkan dalam berinteraksi dengan pelanggan atau calon pelanggan. Hal ini sekaligus juga menjadi bagian dari promosi.

Begitulah liku-liku dunia usaha. Pelaku usaha harus menikmati prosesnya. Mereka yang penuh kreativitas dan tahan banting, akan menuai kesuksesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun