Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Galau Tak Punya Uang, Gaya Hidup Terlanjur Konsumtif

29 Mei 2024   06:03 Diperbarui: 29 Mei 2024   06:21 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dok. bfi.co.id

Gaya hidup konsumtif di era sekarang terlihat semakin subur dengan berbagai kemudahan berkat perkembangan teknologi informasi. Dengan rebahan pun, banyak barang yang bisa dibeli.

Apalagi bertubi-tubi muncul notifikasi di ponsel yang berupa konten promosi untuk membeli suatu barang, dengan aneka diskon yang menggoda.

Jelas, hal itu sangat merangsang nafsu orang-orang yang memang dari sononya sudah terlanjur bergaya hidup senang berbelanja.

Masalahnya, gaya hidup konsumtif menuntut suatu persyaratan mutlak, yang tak bisa diganggu gugat, yakni harus punya dana yang banyak.

Padahal, nasib seseorang tidak selalu sama dari suatu masa ke masa berikutnya. Bahkan, terkadang berlaku pepatah yang mengibaratkan hidup itu seperti roda.

Yang namanya roda atau ban yang sedang berputar, akan ada saat di puncak tertinggi, dan ada pula ketika terpuruk hingga ke dasar.

Memang, ada orang yang konsisten kaya, bahkan hartanya mungkin tidak akan habis sampai tujuh turunan. Tapi, yang crazy rich ini hanya segelintir.

Kompasianer Noer Ashari pernah menulis, apakah kekurangan uang akan menghambat kebahagiaan atau malah memicu tindakan kriminal?

Tulisan ini melanjutakan apa yang ditulis Noer, tapi lebih fokus membahas kelompok yang terlanjur jadi penganut gaya hidup konsumtif. Apa yang terjadi bila mereka tak punya uang?

Pertama, bisa jadi akan ada yang nekat untuk coba-coba melakukan pencurian. Jika berhasil, akan ketagihan dan bukan tidak mungkin menjadi pelaku kriminal yang "profesional".

Bahkan, kalapun tertangkap dan masuk penjara, terkadang malah menjadi kesempatan untuk menimba "ilmu kriminal" dari para pelaku kriminal yang juga dipenjarakan.

Kalau nanti ada titik balik kehidupan yang menimbulkan kesadaran pentingnya menerapkan ajaran agama, barulah si pelaku kembali ke jalan yang benar.

Kedua, bagi yang takut mengambil hak orang lain, boleh jadi akan berhiba-hiba, memelas meminta-minta ke teman-temannya, agar mendapatkan uang.

Mungkin pula mereka akan mengirim pesan untuk meminjam uang ke beberapa orang saudara, famili dan kerabatnya. 

Alasannya tentu bukan butuh uang untuk berbelanja, namun disamarkan misalnya dengan menuliskan butuh uang untuk berobat atau yang sejenis itu.

Ketiga, dengan begitu gampangnya sekarang mendapatkan pinjaman online (pinjol), maka banyak pula yang memuaskan nafsu belanja dengan cara gali lubang tutup lubang.

Maksudnya, mereka berbelanja dengan sistem bayar kemudian. Ketika ditagih, dibayar dengan cara berutang lagi melalui aplikasi pinjol yang lain.

Pinjol dan paylater membuat kehidupan menjadi mudah, tapi cara gali lubang tutup lubang ini akan ada batasnya, yakni ketika utang yang dulu kecil-kecil itu sudah menggunung.

Akibatnya, mereka yang terjerumus lilitan utang, bisa mengalami depresi. Yang lemah imannya dan mau mencuri takut tertangkap, ada yang sampai bunuh diri.

Lalu bagaimana sebaiknya, jika kita atau salah seorang saudara kita yang terlanjur bergaya hidup konsumtif, namun lagi galau karena bokek (tak punya uang).

Pertama, tak ada jalan lain, selain mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sederhana. Tentu, perubahan tak bisa dilakukan secara drastis, tapi bisa dilakukan sedikit demi sedikit.

Jangan gampang terlena dengan gaya hidup orang lain yang boros, dan tak perlu merasa malu untuk menuurunkan level gaya hidup.

Kedua, menerima dengan lapang dada kondisi saat ini, tanpa banyak mengeluh atau mengadu pada orang lain. Jadikan momen kekurangan uang untuk melakukan introspeksi

Ketiga, agar gigih berikhtiar mencari rezeki. Tak masalah apapun jenis pekerjaannya, asal halal. Pekerjaan yang dilihat orang lain sebagai "kerja kasar", lakukan dengan bersemangat.

Keempat, rajinlah bersilaturahmi tanpa terkesan mengadu atau meminta-minta. Silaturahmi itu memperpanjang umur dan bisa juga membawa rezeki dari pintu yang tak terduga.

Kelima, last but not least, selalu rajin beribadah dan berdoa. Hanya kepada Tuhan yang maha pengasih dan pemurah, doa selalu kita panjatkan. Insya Allah doanya terkabul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun