Drama seri "Tukang Bubur Naik Haji" merupakan salah satu drama televisi yang menarik perhatian pemirsa untuk jangka waktu yang relatif lama.
Drama tersebut ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta nasional dan diproduksi sebanyak 2.185 episode. Periode penayangannya dari 28 Mei 2012 sampai 7 Februari 2017.
Dalam serial televisi itu dikisahkan tentang seorang penjual bubur ayam keliling yang akhirnya bisa naik haji, berkat ketekunannya dalam menabung.
Ternyata, di dunia nyata kisah yang mirip-mirip drama di atas, telah dilakukan oleh orang-orang yang meskipun profesinya dipandang sebelah mata oleh masyarakat, namun mampu naik haji.
Salah satunya dialami oleh seorang pencari rumput untuk pakan ternak di Lamongan, Jawa Timur, yang pada tahun ini berangkat ke tanah suci untuk menunaikan rukun Islam kelima itu.
Memang, kewajiban naik haji tidak berlaku bagi semua orang seperti kewajiban salat dan puasa di bulan Ramadan.
Bagi mereka yang tidak mampu secara finansial, mengingat betapa mahalnya ongkos naik haji (ONH), maka tidaklah wajib untuk melakukannya.
Tapi, soal kemampuan finansial ini sebetulnya bukan sesuatu yang bersifat melekat atau menetap. Artinya, bagi orang yang kemauannya kuat, selalu ada jalan untuk mengumpulkan uang.
Justru terkadang mereka yang dilihat dari kacamata umum dianggap punya kemampuan ekonomi, sebagian masih belum naik haji dengan alasan uangnya tidak cukup.
Jadi, soal kemampuan ekonomi ini sifatnya relatif dan kita tak bisa menilai seseorang hanya dari profesinya atau dari penampilan fisiknya.
Profesi pencari rumput mungkin termasuk profesi yang tidak ada orang yang mencita-citakannya. Tapi, jalan hidup seseorang membawanya sebagai pencari rumput.
Parijan, lelaki 65 tahun yang tinggal di Kelurahan Sukomulyo, Kecamatan Lamongan, bukanlah seorang pencari rumput biasa yang pasrah dengan kondisinya.
Sejak 13 tahun lalu, Parijan memberanikan diri mendaftar untuk berangkat haji. Setoran awalnya diambil dari tabungan yang disisihkannya secara konsisten.
Penghasilannya sebagai pencari rumput dan memelihara kambing milik orang lain, tentu tidak banyak.Â
Namun, kalau konsisten menabung akan berlaku pepatah "sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit".
Semoga kisah Parijan di atas bisa memotivasi siapapun untuk tidak pesimis. Kuncinya niat yang tulus, tekad yang kuat, disiplin bekerja dan menabung.
Tentu, jangan lupa berdoa setiap saat agar Allah memberikan rezeki halal agar bisa menutupi ONH.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H