Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

13 Tahun Menanti, Kisah Pencari Rumput Naik Haji

12 Mei 2024   06:22 Diperbarui: 12 Mei 2024   06:27 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dok. iNews Jatim

Drama seri "Tukang Bubur Naik Haji" merupakan salah satu drama televisi yang menarik perhatian pemirsa untuk jangka waktu yang relatif lama.

Drama tersebut ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta nasional dan diproduksi sebanyak 2.185 episode. Periode penayangannya dari 28 Mei 2012 sampai 7 Februari 2017.

Dalam serial televisi itu dikisahkan tentang seorang penjual bubur ayam keliling yang akhirnya bisa naik haji, berkat ketekunannya dalam menabung.

Ternyata, di dunia nyata kisah yang mirip-mirip drama di atas, telah dilakukan oleh orang-orang yang meskipun profesinya dipandang sebelah mata oleh masyarakat, namun mampu naik haji.

Salah satunya dialami oleh seorang pencari rumput untuk pakan ternak di Lamongan, Jawa Timur, yang pada tahun ini berangkat ke tanah suci untuk menunaikan rukun Islam kelima itu.

Memang, kewajiban naik haji tidak berlaku bagi semua orang seperti kewajiban salat dan puasa di bulan Ramadan.

Bagi mereka yang tidak mampu secara finansial, mengingat betapa mahalnya ongkos naik haji (ONH), maka tidaklah wajib untuk melakukannya.

Tapi, soal kemampuan finansial ini sebetulnya bukan sesuatu yang bersifat melekat atau menetap. Artinya, bagi orang yang kemauannya kuat, selalu ada jalan untuk mengumpulkan uang.

Justru terkadang mereka yang dilihat dari kacamata umum dianggap punya kemampuan ekonomi, sebagian masih belum naik haji dengan alasan uangnya tidak cukup.

Jadi, soal kemampuan ekonomi ini sifatnya relatif dan kita tak bisa menilai seseorang hanya dari profesinya atau dari penampilan fisiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun