Karakter dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang unik pada diri seseorang yang tercermin dari perilakunya sehari-hari. Karakter berhubungan erat dengan sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti.
Selain itu, karakter disebut pula sebagai atribut yang membentuk ciri pribadi, etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, bahkan juga dari suatu kelompok atau bangsa.
Faktor-faktor utama yang membentuk karakter seseorang adalah perilaku kedua orang tuanya, lingkungan sosial, serta lingkungan alam tempat si anak tinggal atau sering beraktivitas.
Dalam kaitannya dengan bulan Ramadan yang baru kita tinggalkan, keluarga yang menjalankan puasa secara sungguh-sungguh di bulan Ramadan, akan melahirkan generasi yang baik karakternya.
Apalagi, bila keluarga tetangga juga begitu, dalam arti masyarakat di lingkungannya juga melaksanakan ibadah puasa dengan benar, maka lingkungan si anak betul-betul kondusif.
Perlu diingat, berpuasa secara sungguh-sungguh bukan sekadar menahan lapar dan haus saja. Tapi, tingkah laku dan tutur katanya pada orang lain, juga terkendali.
Dengan demikian, anak-anak yang mengikuti orang tua dan lingkungannya dengan berpuasa secara benar, akan terlatih berbicara jujur, sopan, dan tidak mem-bully teman-temannya.
Soal bully ini, seperti diketahui, sekarang ini makin banyak kasus yang terjadi di berbagai sekolah, dari tingakt SD hingga SMA, termasuk pula di pesantren.
Bukan hanya itu, di kalangan profesi terhormat pun banyak pula terjadi depresi dokter spesialis, karena saat mengikuti pendidikan calon dokter spesialis juga terkena pembulian.
Nah, bila nilai-nilai puasa Ramadan sudah terinternalisasi dalam jiwa seseorang, tak mungkin ia melakukan pembulian ke temannya.
Dalam perspektif yang lebih luas, puasa di bulan Ramadan menjadi momentum untuk pembentukan karakter bangsa.Â
Ini terwujud bila puasa menjadi semacam kawah candradimuka yang bersifat massal dan seperti yang disinggung di atas, harus dilakukan secara sungguh-sungguh.
Puasa yang dilakukan secara sungguh-sungguh akan melahirkan pribadi yang tangguh, sabar, ikhlas, gigih berjuang, serta memiliki solidaritas dan saling mengasihi satu sama lain.
Masalahnya, mereka yang berpuasa dengan sungguh-sungguh itu dan mentransformasikan nilai-nilai puasa dalam kesehariannya, mungkin jumlahya sedikit.
Makanya, tidak heran bila kita masih membaca di media massa atau media sosial, betapa banyaknya kasus kriminal yang terjadi di berbagai penjuru di negara kita.
Hal itu menjadi indikasi bahwa karakter bangsa yang unggul dengan akhlak mulia, masih jauh dari harapan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H