Bisa dikatakan bahwa distribusi kebahagiaan tersebut bisa dalam bentuk beberapa hal berikut ini.
Pertama, pembayaran zakat fitrah yang diberikan kepada warga desa yang dinilai layak menerimanya.
Kedua, pembayaran zakat mal atau zakat harta. Dari gaji, THR, dan penghasilan lain yang diterima para pemudik, bila telah memenuhi kriteria, wajib dikeluarkan zakatnya.
Ketiga, salam tempel lebaran yang dibagikan pemudik kepada familinya yang tinggal di kampung, terutama kepada anak-anak, remaja dan lansia.
Keempat, pengeluaran selama di kampung seperti membeli makanan di warung, membeli oleh-oleh khas yang akan dibawa balik ke kota perantauan, dan sebagainya.
Jelas, dari belanja di kampung itu akan membawa rezeki bagi para pedagang kecil di sana.Â
Intinya, meskipun mudik lebaran di satu sisi terkesan sebagai pemborosan, tapi dampak positifnya juga lumayan.
Selain positif dari sisi menyambung silaturahmi, yang juga tak kalah penting adalah berbagi kebahagiaan atau sebagai alat distribusi kebahagiaan dengan warga di desa asal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H