Ada penjual pakaian yang pakaiannya sendiri terlihat tidak menarik. Ada dokter yang fisiknya terlihat tidak sehat seperti kegemukan yang berlebihan atau terlalu kurus.
Tak jarang pula terlihat pelaku usaha kuliner yang di tempatnya berjualan lagi asyik makan makanan yang dijual oleh pedagang lain.
Mungkin maksudnya baik, karena membantu si pedagang makanan yang lain, dalam arti sesama penjual makanan tidak saling bersaing.
Namun, calon konsumen yang melihat bisa menafsirkan lain, bahwa si pelaku usaha malah dinilai tidak menyukai makanan yang dijualnya.
Di lain pihak, ada pula gerai makanan  terkenal yang tidak memperkenankan karyawannya memakan makanan yang tidak habis terjual, padahal karyawannya suka makanan itu.
Kebijakan tersebut rasanya kurang tepat. Pada jam tutup restoran, jika masih ada makanan yang tersisa, daripada dibuang ke tempat sampah, alangkah baiknya dibagikan ke para karyawannya.
Dengan demikian, karyawan bersama keluarganya di rumah juga ikut merasakan nikmatnya makanan yang dijual di tempatnya bekerja.
Intinya, jadikan karyawan sebagai contoh yang baik, role model bagi pelanggan yang mau dijaring. Ini sekaligus meningkatkan sense of belonging para karyawan dan bangga akan perusahaan tempat mereka bekerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H