Pada hari Minggu pagi (5/5/2024), sekitar pukul 10.00 WIB, tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal di ponsel saya, yang menanyakan apakah saya ada di rumah.
Saya agak kaget karena si pengirim pesan merupakan nomor yang tidak saya kenal. Ada dua pilihan yang tersedia yang muncul di layar, apakah nomor baru itu akan saya simpan atau diblokir.
Dari profil pengirim, saya tidak menemukan nama orang, tapi ada tulisan IDN dan lambang hati. Hal ini saya tafsirkan sebagai si empunya nomor cinta Indonesia (love IDN).
Untuk sementara saya mendiamkan pesan tersebut, juga tidak menyimpan nomor dan tidak memblokirnya. Saya juga tidak membalas pesan yang saya terima.
Eh, tak berapa lama setelah itu, nomor itu malah menelpon. Saya sengaja tidak mengangkat, justru saya makin curiga kalau yang menelpon berniat tidak baik ke saya.
Jujur, saya memang rada parno terhadap nomor tidak dikenal, dan sangat jarang saya mau menerima panggilan dari nomor-nomor yang belum saya simpan itu.
Soalnya, saya relatif banyak menerima telpon dari sales asuransi, investment banking, provider jaringan komunikasi, dan sebagainya yang sebetulnya mereka berniat baik.
Maksudnya, produk yang mereka tawarkan adalah produk legal. Tapi, saya malas melayani obrolan berpanjang-panjang yang sulit untuk dihentikan begitu saja.
Nah, tak jarang pula saya menerima panggilan dari nomor yang setelah saya telusuri, diduga berkaitan dengan pengelola investasi ilegal, judi online, dan hal lain yang sejenis.
Karena saya susah membedakan panggilan dari perusahaan yang legal dengan yang ilegal, maka mohon dimaklumi kalau saya akhirnya memukul rata menghindari semuanya.
Menurut saya, sekiranya si penelpon adalah sahabat lama saya atau salah seorang kerabat yang saya kebetulan belum punya nomornya, biasanya mereka mengirim pesan terlebih dahulu.
Dalam pesan tersebut, mereka memulai dengan menyebut nama dan apa tujuannya menghubungi, apakah sekadar bersilaturahmi atau ada tujuan khusus.
Kembali ke kisah telpon di atas, ternyata si penelpon kemudian kembali mengirim pesan sangat singkat, hanya menjelaskan namanya Dina.Â
Tapi, sekadar menyebutkan nama tanpa embel-embel lain dan tanpa mengatakan apa tujuannya, belum mengurangi kekhawatiran saya.
Untungnya, tiba-tiba saya ingat, jangan-jangan ini Dina yang sekitar 2 minggu sebelumnya saya pernah mengirim pesan untuk dikirimi abate.
Abate adalah bubuk yang ditebarkan di air yang tergenang, termasuk akuarium dan pot bunga, agar mencegah munculnya nyamuk penyebab demam berdarah.
Dulu, saya sangat gampang membeli Abate di apotik atau toko obat. Sejak 2 tahun terakhir, entah kenapa, abate tidak lagi tersedia di apotik.
Lalu, dari seorang tetangga, saya dapat nama Dina yang bertugas di sebuah puskesmas, yang bisa membantu memberikan abate.Â
Ternyata Dina punya nomor hape yang lain yang belum saya simpan, yang berbeda dengan nomor yang pernah saya hubungi.
Akhirnya, Dina saya telepon dan memintanya datang ke rumah membawa abate yang sebelumnya sudah saya pesan.
Alhamdulillah, meskipun diawali kecurigaan, bisa berakhir dengan happy ending, karena saya berhasil mendapatkan abate.
Ternyata tidak bagus terlalu parno seperti saya. Seharusnya saya proaktif begitu mendapat pesan apakah saya ada di rumah, dengan membalas pesan menanyakan dari siapa dan apa tujuannya.
Ada baiknya kita tidak memukul rata dengan menganggap semua nomor tidak dikenal sebagai hal yang panggilannya perlu ditolak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H