Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Agar Anak Disiplin, Tak Perlu Gunakan Pola Asuh Otoriter

28 September 2024   06:56 Diperbarui: 28 September 2024   07:05 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah yang hanya memerintah, tak mau mendengarkan kata anak, mungkin cocok di zaman dahulu kala, tapi untuk diterapkan di zaman sekarang, sudah tidak efektif lagi.

Apa yang dialami oleh generasi terdahulu sangat berbeda dengan yang dialami anak-anak zaman sekarang, antara lain karena pesatnya perkembangan teknologi informasi.

Artinya, anak punya banyak referensi untuk melakukan validasi apakah yang dikatakan orang tuanya betul atau tidak.

Tidak bisa lagi seorang ayah mengatakan bahwa: "dulu waktu ayah seumur kamu, ayah tidak pernah membantah kata orang tua."

Perkembangan teknologi telah mengubah banyak hal, termasuk cara berinteraksi dengan anak dan juga pola asuh yang sebaiknya dilakukan. Mau tak mau orang tua perlu menyesuaikan diri.

Para pakar parenting sepakat tentang pentingnya pola asuh anak, karena memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak. 

Pola asuh yang diterapkan dengan cara yang tepat, diyakini akan memberi dampak yang baik bagi kepribadian anak, begitu pula sebaliknya.

Penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa mereka telah dan akan terus menerapkan pola asuh yang mampu membuat anak berkembang secara sehat, baik secara fisik, mental, intelektual, dan juga spiritual.

Dulu, memang ada semacam pendapat umum, agar anak bisa disiplin, orang tua harus menerapkan pola asuh yang ketat, yang cenderung keras, atau sebut saja pola yang otoriter.

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter memiliki kontrol sangat tinggi terhadap anak, sedangkan tingkat responsifnya sangat rendah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun