Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Agar Anak Disiplin, Tak Perlu Gunakan Pola Asuh Otoriter

28 September 2024   06:56 Diperbarui: 28 September 2024   07:05 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pola asuh ini hanya mengutamakan komunikasi satu arah melalui berbagai larangan yang harus dihindari dan perintah yang harus dilakukan anak. 

Tak jarang orang tua dengan pola asuh otoriter memberikan hukuman atau menerapkan disiplin keras untuk mengendalikan perilaku anak, seperti memberikan hukuman fisik. 

Makanya, dulu ada rotan atau lidi yang lazim disiapkan orang tua di rumah, sebagai senjata yang akan digunakan untuk memukul kaki atau tangan anak yang tidak mematuhi aturan dari orang tua.

Tentu, hal tersebut akan membekas dalam ingatan si anak, sehingga memengaruhi kesehatan mentalnya, bahkan bisa mengalami trauma.

Beberapa dampak dari pola asuh orang tua yang otoriter terhadap anak adalah sebagai berikut.

Pertama, anak menjadi tidak kreatif untuk memulai hal baru, karena selalu takut salah. Kalau nanti sudah bekerja, ia hanya menunggu instruksi atasan

Kedua, anak tidak mandiri karena sulit mengambil keputusan sendiri. Bahkan, jangankan mengambil keputusan, sekadar mengemukakan pendapat saja tidak berani.

Ada hambatan mental yang membuat si anak tidak berani, yang sekaligus membuat anak merasa rendah diri. 

Apa artinya anak patuh dan disiplin, tapi seolah-olah tidak punya semangat, tidak punya "jiwa" yang bergelora?

Oleh karena itu, perlu penerapan pola asuh otoritatif atau yang dikenal juga dengan pola asuh demokratis. Jenis pengasuhan ini mengutamakan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. 

Dengan pola asuh otoritatif, orang tua selalu mendukung, responsif, mendengarkan pendapat anak, dan menanamkan kesadaran pada anak dengan menjelaskan setiap aturan secara bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun