Jejak Elwizan terendus di Tangerang, Provinsi Banten, dan ditangkap pada 24 Januari 2024. Maka berakhirlah petualangan sang dokter gadungan.
Apakah si dokter gadungan yang terlalu pintar melakukan penyamaran atau pihak klub yang lalai tidak meneliti ijazah dokter yang digunakan Elwizan Aminudin?
Ya, dua-duanya, baik si penipu maupun karena teledornya yang tertipu, maka terjadilah kasus yang rada unik sekaligus konyol itu.
Sebelum bertugas sebagai "dokter" di beberapa tim sepak bola, ternyata Elwizan bekerja sebagai kondektur bus di daerah Tangerang, sambil usaha jual kelontong.
Bayangkan, jika dokter gadungan menangani para pemain sepak bola yang terkena cedera, bisa-bisa bukan kesembuhan yang didapat, tapi malah semakin sakit.
Kasus Elwizan di atas menyadarkan kita agar selalu berhati-hati dalam berhadapan dengan seseorang yang belum kita kenal.
Pengakuannya sebagai seorang yang berprofesi tertentu tidak bisa langsung dipercaya begitu saja. Jangan terpukau dengan penampilan, siapa tahu itu sandiwara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H