Ada-ada saja praktik tipu-tipu mantan seorang kondektur bus dan penjual toko kelontong. Tak tanggung-tanggung, tipu-tipunya berhasil mengelabui sebuah klub Liga 1 Indonesia, PSS Sleman.
Ceritanya, si dokter gadungan yang bernama Elwizan Aminudin (sering dipanggil sebagai Dokter Amin) diterima sebagai dokter resmi tim PSS Sleman, sejak Februari 2020.
Elwizan dalam surat lamaran kerjanya ke PSS Sleman mencantumkan ijazah dokternya yang berasal dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Dalam daftar riwayat hidupnya, Elwizan juga mengaku pernah menangani Timnas U-16 dan Timnas U-19.
Dengan latar belakang seperti itu, Elwizan pun bergabung di klub PSS Sleman, dan menerima gaji sebesar Rp 15 juta sebulan.
Belakangan diketahui bahwa ijazah yang digunakan Elwizan adalah ijazah hasil editan alias ijazah palsu.
Kedok penipuannya terkuak setelah akun media sosial seorang kardiolog menyebut nama Elwizan tidak ada di aplikasi Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
Namun, Elwizan telah terlanjur bertugas sebagai dokter PSS sampai November 2021 saat ia pamit ke Palembang menengok orang tuanya yang sakit.
Dia tidak kembali lagi ke Sleman dan mengirimkan surat pengunduran diri pada 1 Desember 2021.Â
Kemudian, pada 3 Desember 2021 pihak manajemen PSS melapor ke polisi. Sejak itu Elwizan masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) alias buronan polisi.
Jejak Elwizan terendus di Tangerang, Provinsi Banten, dan ditangkap pada 24 Januari 2024. Maka berakhirlah petualangan sang dokter gadungan.
Apakah si dokter gadungan yang terlalu pintar melakukan penyamaran atau pihak klub yang lalai tidak meneliti ijazah dokter yang digunakan Elwizan Aminudin?
Ya, dua-duanya, baik si penipu maupun karena teledornya yang tertipu, maka terjadilah kasus yang rada unik sekaligus konyol itu.
Sebelum bertugas sebagai "dokter" di beberapa tim sepak bola, ternyata Elwizan bekerja sebagai kondektur bus di daerah Tangerang, sambil usaha jual kelontong.
Bayangkan, jika dokter gadungan menangani para pemain sepak bola yang terkena cedera, bisa-bisa bukan kesembuhan yang didapat, tapi malah semakin sakit.
Kasus Elwizan di atas menyadarkan kita agar selalu berhati-hati dalam berhadapan dengan seseorang yang belum kita kenal.
Pengakuannya sebagai seorang yang berprofesi tertentu tidak bisa langsung dipercaya begitu saja. Jangan terpukau dengan penampilan, siapa tahu itu sandiwara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H