Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Anak SMK Bunuh Satu Keluarga di Kaltim, Apa Motifnya?

9 Februari 2024   08:19 Diperbarui: 9 Februari 2024   08:29 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembunuhan | Dok. Freepik, dimuat Kompas.com

Sadis, menyeramkan, dan tidak masuk di akal. Itulah beberapa kata yang layak untuk menggambarkan perbuatan seorang remaja berusia 17 tahun yang masih sekolah di SMK.

JND, demikian inisial siswa salah satu SMK di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, melakukan pembunuhan terhadap 5 orang yang semuanya satu keluarga.

Ayah, Ibu, dan tiga anaknya tewas di tangan JND yang menggunakan parang, pada hari Selasa (6/2/2024) dini hari. Kelima korban telah dimakamkan Selasa sore di Desa Babulu Laut.

Awal kisah pembunuhan itu dimulai ketika JND bersama beberapa temannya melakukan pesta minuman keras menjelang tengah malam, ketika hari akan berganti dari Senin ke Selasa.

Usai menenggak miras, JND pulang ke rumahnya yang berjarak sekitar 500 meter dari tempat mereka berkumpul, seperti diberitakan Tribunnews.com (8/2/2024).

JND lantas mengambil parang yang panjangnya kurang lebih 60 sentimeter dan kemudian pergi ke rumah tetangganya.

Dalam kondisi yang masih mabuk, diduga JND ingin menuntaskan dendamnya terhadap satu keluarga yang nota bene adalah tetangganya itu.

Apa yang membuat JND dendam? Antara lain karena pernah terlibat adu mulut dari soal ayam hingga helm milik JND yang dipinjam tetangganya, namun setelah 3 hari belum dikembalikan.

Saat JND sampai di rumah tujuan, waktu menunjukkan pukul 01.45 WITA (Waktu Indonesia Bagian Tengah). JND selanjutnya mematikan aliran listrik di rumah itu.

Kepala keluarga berinisial W (35 tahun) yang baru pulang ke rumahnya, menjadi orang pertama yang dihabisi nyawanya oleh JND.

Kemudian, SW (34 tahun, istri dari W), yang dihabisi setelah SW terbangun mendengar adanya keributan.

3 anak W dan SW, masing-masing berusia 16 tahun, 11 tahun, dan 2,5 tahun menjadi sasaran berikutnya, sehingga satu keluarga itu habis semua.

Kelimanya tewas dengan cara yang sama, yakni menderita luka berat di bagian kepala, dan beberapa saat kemudian kehilangan nyawanya.

Siswa SMK tersebut masih sempat mengambil barang milik korban dan uang sekitar Rp 300.000 setelah melakukan pembunuhan.

JND sudah diamankan oleh pihak kepolisian setempat. Karena usianya yang masih 17 tahun, JND diperlakukan khusus sebagai anak, kata Kapolres Penajam Paser Utara, AKBP Supriyanto.

Kepada pihak kepolisian, JND juga mengaku memperkosa dua korbannya, yakni SW dan anak gadisnya yang berusia 16 tahun setelah tewas dibunuh.

Namun, pengakuan pemerkosaan tersebut perlu dibuktikan dari hasil otopsi kepada para korban.

Mengingat apa yang dilakukan JND boleh dikatakan sangat sadis untuk seorang anak belasan tahun, kemungkinan JND juga perlu diperiksa kondisi kejiwaannya.

Terlepas dari apapun hasil pemeriksaan kejiwaan nantinya, perlu diketahui bahwa pengaruh miras yang memabukkan memang sangat berbahaya.

Peristiwa remaja membunuh satu keluarga di atas sungguh membuat kita harus berpikir ulang, tentang bagaimana caranya agar anak-anak kita bisa mempunyai akhlak yang baik.

Jika remaja melakukan tindak kriminal seperti pembunuhan, itu tak layak lagi disebut sebagai sekadar kenakalan remaja.

Coba teliti berbagai berita di media massa dan media sosial, ternyata cukup banyak remaja yang menjadi pelaku utama dari kasus kriminal yang terungkap oleh pihak kepolisian.

Selain itu, mungkin tak kalah banyak pula kasus-kasus yang melibatkan remaja yang tidak dilaporkan oleh pihak keluarga korban, atau yang belum terungkap oleh pihak yang berwajib.

Tak pelak lagi, urusan pendidikan anak tak bisa hanya diserahkan kepada guru di sekolah atau guru mengaji di tempat anak-anak belajar mengaji.

Para orang tua harus terlibat aktif memantau perkembangan anak-anak mereka setiap hari. Siapa saja teman-teman mereka, di mana mereka berkumpul perlu diketahui.

Jangan sampai anak remaja dibebaskan pulang ke rumah saat tengah malam atau dini hari. Lingkungan pergaulan menjadi faktor penentu akhlak mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun