Tentu tak semua bank diberi izin oleh pihak ITB mendirikan kantor di sana. Ada hitung-hitungannya kenapa ITB memilih bekerja sama dengan satu atau beberapa bank.
Demikian pula bagi pihak bank, akan ada pula hitung-hitungannya kenapa membidik kampus tertentu untuk diajak bekerja sama.
Kerja sama bank dengan kampus tidak harus diwujudkan dengan membuka kantor secara fisik, apalagi sekarang transaksi perbankan bisa dilakukan secara online.
Namun, kehadiran secara fisik diperlukan bila bank memperkirakan akan banyak sekali mahasiswa yang membuka rekening tabungan dan membayar UKT di banknya.
Selain itu, para dosen dan karyawan kampus bisa pula menjadi sasaran pemberian kredit, misalnya kredit kepemilikan kendaraan dan rumah.
Perguruan Tinggi sebagai institusi tentu ada saja kebutuhan transaksinya, yang akan lebih lancar bila dilakukan dengan membuka rekening di bank mitranya.
Pembayaran gaji dan honor pengajar, pengeluaran untuk berbagai acara di kampus, pembelian berbagai barang keperluan kampus, semunya bisa lewat rekening di bank mitra
Jelaslah, kenapa mahasiswa jadi incaran berbagai bank dan lembaga keuangan lainnya. Bank sangat berharap menjadi pilihan mahasiswa untuk membayar UKT.
Apalagi, kalau pihak kampus mewajibkan membayar UKT ke suatu rekening khusus yang dibuka di bank mitranya.
Bayangkan, jika sebuah bank berkerja sama dengan perguruan tinggi yang jumlah mahasiswanya di atas 10.000 orang, betapa besarnya dana yang masuk ke bank tersebut.
Ya, dana tersebut memang milik kampus. Tapi, besar kemungkinan dananya tidak langsung digunakan oleh pihak kampus, sehingga ada dana yang mengendap di bank.