Sebagus apapun jawabannya, toh, tidak bisa dianggap kompeten, karena semuanya serba berandai-andai dan tidak ada buktinya yang bisa dipertanggungjawabkan.
Maka, pertanyaan favorit para head hunter adalah, "Ceritakan pengalaman Anda selama bekerja dalam beberapa tahun terakhir ini, yang paling berkesan bagi Anda."
Tujuannya adalah untuk mengetahui apa saja prestasi yang telah ditorehkan si calon selama ini sebagai seorang profesional.Â
Itu pun tidak semua yang diklaim sebagai prestasi bisa diterima begitu saja oleh si pewawancara. Prestasi yang dicari adalah yang dihasilkan dari komptensi pribadi si calon.
Misalnya si calon menceritakan kesuksesannya sewaktu memimpin sebuah perusahaan, berhasil meraih keuntungan jauh melewati target.
Namun, setelah dikejar bagaimana cara mencari keuntungan besar itu, ternyata itu semacam windfall profit karena pelemahan rupiah yang signifikan. Maka, ini bukan karena kehebatan si calon.
Kembali ke debat capres-cawapres, untuk Pilpres mendatang petahana tidak ikut bertarung. Presiden Joko Widodo sudah tidak dibolehkan untuk mencalonkan diri lagi.
Artinya, dari semua kontestan yang ada, tidak satupun kontestan yang punya pengalaman sebagai presiden.
Tapi, dengan melihat rekam jejak semua kontenstan pada jabatan yang telah diembannya selama ini, bisa diprediksi akan seperti apa kira-kira bila nantinya menjadi presiden.
Maka, agar para pemilih tidak tergiur dengan janji-janji kampanye, lebih baik fokus mencermati bukti prestasi yang telah dihasilkan oleh para capres selama ini.
Itu artinya, prestasi Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta, Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, dan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah, menjadi penentu.