Lalu, dari uang yang diperolehnya, sebagian disisihkan untuk melakukan investasi. Dan hebatnya, mereka menjadikannya sebagai bagian dari gaya hidup.
Maksudnya, mereka memantau pergerakan harga sebagai aktivitas rutin keseharian di sela-sela kegiatan bekerja, kuliah atau di sela-sela bermedia sosial.
Pembicaraan antar anak muda yang lagi ngopi-ngopi cantik di kafe pun, antara lain menyangkut topik saham atau obligasi apa yang layak dibeli.
Dengan gawai di tangan, cukup sambil rebahan, anak muda banyak yang lincah bertransaksi melalui aplikasi yang difasilitasi oleh perusahaan sekuritas tertentu.
Sejak investor ritel, khususnya segmen anak muda, semakin banyak, berkurang pula kekhawatiran harga saham akan anjlok karena investor asing hengkang.
Soalnya, aksi jual investor asing mampu diserap oleh investor domestik, sehingga harga tidak turun begitu dalam.
Jadi, jangan pandang enteng investor ritel. Per individu dana mereka memang relatif kecil, tapi secara akumulatif dikalikan sekian juta orang, cukup signifikan dampaknya.
Dengan demikian, pasar modal kita telah mencatatkan sejumlah kemajuan, antara lain tidak lagi terlalu bergantung pada investor asing.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H